Selasa, 21 Januari 2025

104 Kasus DBD di Batam, Lima Diantaranya Meninggal Dunia

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi. Antisipasi DBD, Ketua RW 08 Perumahan Barelang Central Raya bersama warganya melakukan pengasapan (fogging) beberapa waktu lalu. Foto. Dalil Harahap/ Batam Pos

batampos – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Batam hingga kini masih menunjukkan tren meningkat. Meskipun tidak setinggi kasus-kasus di tahun sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Batam tetap meminta masyarakat waspada penularan DBD ini.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Batam hingga dengan 15 April 2024 ini terdapat 104 kasus DBD di Kota Batam. Kasus ini tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di Batam. “Ya, sampai pekan ke 13 ini ada 104 kasus DBD di Batam, ” ujar Kepala Dinas Kesehatan Batam Didi Kusmarjadi, Selasa (16/4).


Dikatakan Didi, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya jika tidak ditangani dengan baik. Tercatat di sepanjang tahun ini ada 5 warga Batam meninggal akibat penyakit demam berdarah tersebut.

Bila melihat data Dinkes data kematian akibat DBD ini juga meningkat dibanding tahun sebelumnya. Dimana di sepanjang tahun 2023 hanya ada tiga kasus kematian DBD. Sementara di tahun ini atau sampai April sudah ada empat kasus meninggal.

Adapun keempat pasien yang meninggal tersebut adalah TJ, 59, warga Sungai Lekop. Pasien meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Graha Hermin pada 9 Januari 2024 kemarin. Selanjutnya DP, 25, warga Baloi Permai Baloi, meninggal di RS Camata Sahidya pada 24 Januari lalu.

Pasiena lain, AE, 11, warga Belakang Padang meninggal di Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam 24 Januari 2024 lalu. Terakhir, WR, 5 , warga Sei Beduk yang sebelumnya sempat dibawa ke RSUD dan meninggal pada 30 Januari 2024. “Pasien meninggal ini dua diantaranya sudah dewasa, satu anak-anak dan dua lagi masih balita,” tuturnya.

Kasus DBD seringkali muncul di musim pancaroba, khususnya di awal tahun seperti sekarang ini. Tingginya curah hujan mempengaruhi peningkatan kasus DBD. Genangan air timbul setelah hujan berpotensi jadi sarang nyamuk berkembang biak.

“Peran masyarakat dalam mewaspadai penularan kasus DBD sangat besar. Jika terkena gejala DBD segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama,” ungkapnya.

Selain itu lanjut Didi, Walikota Batam juga mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan dini peningkatan DBD di Batam. Salah satu poinnya adalah, dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli dalam upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan upaya penggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus.

Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur kembali barang bekas yang dapat menampung air hujan serta plus cara lain dengan memantau wadah air yang dapat menjadi tempat perkembanganbiakan nyamuk aedes aegypty.

“Kita juga minta masyarakat mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam mengimplementasikan gerakan satu rumah satu jumantik untuk memantau dan memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungannya masing-masing, ” ujar Didi.

Dalam surat edaran ini juga meminta agar masyarakat untuk segera membawa ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama atau melaporkan apabila ada warga yang terkena DBD. Membantu petugas dalam kelancaran kegiatan penyelidikan epidemiologi dan fogging fokus yang dilakukan di wilayahnya masing-masing apabila ada kasus DBD.

“Kami mengimbau masyarakat agar secara dini mewaspadai potensi DBD karena ketika musim hujan kita tahu saat musim hujan biasanya kasus DBD meningkat,” ungkapnya. (*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update