batampos – Pada Tahun 2022 Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Batam menuntut 11 terdakwa dengan hukuman seumur hidup dan tujuh dituntut hukuman mati.
Hal ini disampaikan Kasi Pidum Kejari Batam, Amanda, saat konfrensi pers pencapaian kinerja Kejari Batam Tahun 2022 di Aula Lantai 3 Kantor Kejari Batam, Rabu (21/12/2022).
“Tahun ini kami masih ada melakukan penuntutan hukuman mati terhadap terdakwa narkotika,” tegas Amanda.
Ia menjelaskan, total jumlah perkara tindak pidana yang ditangani Kejari Batam hingga pertengahan Desember tercatat 2.836.
Baca Juga:Â Kejari Batam Umumkan Tersangka SIMRS BP Batam Minggu Depan
Jumlah perkara ini pun naik jika dibandingkan tahun lalu. Hanya saja, Amanda tidak menyebutkan berapa perkara tindak pidana tahun sebelumnya.
“Untuk jumlah tindak pidana, naik dibandingkan tahun sebelumnya. Total sidang online selama 2022 yakni 2836 perkara,” katanya.
Dikatakannya, perkara tindakpindana yang mendominasi yakni terkait harta benda, mulai dari pencurian, penipuan hingga penggelapan. Sedangkan perkara tertinggi nomor 2 yakni untuk kasus narkotika.
Baca Juga:Â Imigrasi Batam Buka Layanan Paspor di Jam Istirahat
“Lebih mirisnya, untuk kasus pencabulan anak naik dibanding tahun lalu. Angka pencabulan anak lebih dari 60 perkara. Dan ini sangat mengkhawatirkan,” jelasnya Amanda.
Kajari Batam, Herlina Setyorini, mengaku sangat prihatin dengan tingginya kasus pencabulan anak di Batam. Ia berharap hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku, dapat memberi efek jera. Baik itu untuk pelaku dan masyarakat lainnya.
Baca Juga:Â Pemesanan Hotel di Batam Mulai Melonjak
“Jadi memang tak ada alasan untuk memaafkan para pelaku cabul ini. Sangat miris kasus ini terus meningkat, kami pun memberi hukuman yang tinggi,” tegas Herlina.
Di lain hal, Herlina juga mengapresiasi capaian kinerja seluruh Kepala Seksi (Kasi), Jaksa hingga pegawai di lingkungan Kejari Batam. Dimana capaian kinerja setiap bidang melebihi dari target.
Baca Juga:Â Harga Tiket Kapal Roro Batam-Sei Selari
“Alhamdulillah kinerja semua nya baik capaian luarbiasa. Jadi jangan ada yang bilang kami tak kerja. Karena tidak semua yang kami lakukan, langsung kami ekspos. Ada prosesnya,” pungkas Herlina.(*)
Reporter: Yashinta
