batampos – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam mencatat jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di Batam sepanjang Januari hingga Oktober 2024 mencapai 4.111 orang. TKA asal Cina mendominasi dengan jumlah mencapai 1.368 orang, hampir 30 persen dari total TKA yang tercatat di kota ini.
“Iya, pada periode Januari hingga Oktober 2024, TKA di Batam masih didominasi oleh pekerja asal Cina yang mencapai 28,9 persen dari keseluruhan TKA di sini,” ujar Kepala Disnaker Kota Batam, Rudi Sakyakirti, Senin (4/11).
Selain TKA dari Cina, Rudi menambahkan, tenaga kerja asing yang bekerja di Batam juga berasal dari India dengan 782 orang, Malaysia 477 orang, Singapura 392 orang, Filipina 243 orang, Jepang 125 orang, Myanmar 82 orang, Korea Selatan 77 orang, Inggris 66 orang, dan Vietnam 58 orang.
Menurut Rudi, dominasi TKA asal Cina ini tak lepas dari kehadiran perusahaan-perusahaan asal negara tersebut di Batam, serta penggunaan alat dan mesin buatan Cina yang digunakan oleh sejumlah industri di Batam.
“Ada korelasinya. Banyak perusahaan asal Cina beroperasi di sini, dan mereka juga menggunakan peralatan dari negara mereka sendiri, sehingga untuk tenaga mekanik dan teknisi, mereka mendatangkan langsung dari sana,” jelas Rudi.
Dari sisi sektor usaha, tenaga kerja asing di Batam terbanyak bekerja di sektor jasa konstruksi. Disusul sektor industri komponen elektronik dan sektor industri elektronik. Selain itu, terdapat juga TKA yang bekerja di jasa pertambangan minyak dan gas bumi, jasa pendidikan swasta, serta industri peralatan komunikasi.
“Di sektor konstruksi dan elektronik, terutama yang menggunakan alat berat dan teknologi tinggi, mereka membutuhkan TKA yang memiliki spesialisasi tertentu,” tambahnya.
Rudi menambahkan, TKA di Batam umumnya menempati jabatan profesional, dengan posisi terbanyak sebagai mechanical engineer yang mencapai 1.299 orang. Selanjutnya adalah production engineer dengan 894 orang, production manager sebanyak 512 orang, electrical engineer 373 orang, serta technical manager sebanyak 292 orang.
Posisi lainnya yang banyak ditempati TKA di Batam adalah general manager dengan 276 orang, quality control advisor 274 orang, quality control engineer 241 orang, serta direktur sebanyak 240 orang. Rudi menambahkan bahwa untuk syarat bekerja di Indonesia, TKA harus memiliki latar belakang pendidikan Sarjana, kompetensi yang sesuai, dan menduduki level jabatan tertentu.
“Jika melihat level jabatannya, TKA paling banyak menempati posisi profesional atau teknisi, yang memang membutuhkan keterampilan khusus dan pengalaman,” ungkapnya.
Beberapa perusahaan besar yang beroperasi di Batam juga tercatat sebagai pengguna TKA terbesar. PT Pegaunihan Technology Indonesia mempekerjakan 548 orang TKA, menjadikannya perusahaan dengan TKA terbanyak di Batam. Disusul oleh PT McDermott Indonesia yang mempekerjakan 340 orang, PT Wasco Engineering Indonesia dengan 325 orang, PT Amtex Engineering Batam sebanyak 313 orang, dan PT ASL Shipyard Indonesia yang mempekerjakan 259 TKA.
Perusahaan lainnya yang juga banyak mempekerjakan TKA adalah PT SMOE Indonesia dengan 258 orang, PT Infineon Technologies Batam 218 orang, PT Panasonic Industrial Devices Batam 202 orang, PT TJK Power 141 orang, dan PT TDK Electronics Indonesia yang memiliki 133 TKA.
Rudi menjelaskan bahwa pengajuan awal TKA dilakukan di pusat, sementara perpanjangan izin dilakukan di daerah asal perusahaan yang mempekerjakan. Misalnya, perusahaan yang berbasis di Batam akan memperpanjang izin TKA di Batam, sehingga retribusi masuk ke kas daerah. Namun, jika perusahaan memiliki kantor cabang di daerah lain, seperti di Karimun atau Bekasi, maka perpanjangan izin bisa dilakukan di tingkat provinsi atau pusat, sesuai lokasi perusahaan.
“Artinya, tidak semua TKA yang bekerja di Batam izinnya diperpanjang di sini. Tergantung pada lokasi perusahaan, ada beberapa kriteria yang diatur sesuai ketentuan,” ungkapnya.
Dengan jumlah tenaga kerja asing yang cukup signifikan di Batam, Rudi berharap kontribusi mereka bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di Batam, terutama dalam sektor-sektor yang membutuhkan keahlian teknis tinggi. Kehadiran TKA yang didominasi oleh tenaga dari Cina juga diharapkan dapat memberikan transfer ilmu dan teknologi bagi tenaga kerja lokal yang bekerja di sektor yang sama. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra