Kamis, 5 Desember 2024

722 Kasus DBD selama Januari-Desember 2024, 13 Orang Meninggal

Berita Terkait

spot_img
Hujan mengguyur Kota Batam, Selasa (3/12). Lonjakan kasus DBD ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi belakangan ini.
F. Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batam terus mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, sejak 1 Januari hingga 1 Desember 2024, tercatat sebanyak 722 kasus DBD dengan 13 orang meninggal dunia akibat demam berdarah.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan bahwa lonjakan kasus DBD ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi belakangan ini. Kondisi tersebut menyebabkan banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.


“Secara nasional memang terjadi peningkatan kasus dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Di Kota Batam sendiri, kasus meninggal mencapai 13 orang,” ujar Didi, Selasa (3/12).

Jumlah kasus tahun ini lebih tinggi dibandingkan 392 kasus pada 2023. Meskipun demikian, angka tersebut masih di bawah puncak kasus 2022 yang mencapai 902 kasus.

Menurutnya, Kecamatan Bengkong menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, mencapai 121 kasus dengan incident rate (IR) 93 per 100.000 penduduk. Disusul oleh Kecamatan Batam Kota dengan 110 kasus (IR 54/100.000), Sagulung 109 kasus (IR 49/100.000), dan Sekupang 96 kasus (IR 54/100.000).

Kecamatan Batuaji mencatat 73 kasus (IR 50/100.000), sementara Batuampar memiliki 70 kasus (IR 109/100.000). Sisanya berasal dari gabu-ngan enam kecamatan lainnya di Kota Batam.

Ia juga mengingatkan pentingnya langkah pencegahan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), seperti me-nguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, serta mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat genangan air.

Didi menambahkan bahwa rendahnya kesadaran masya-rakat dalam mengenali gejala awal DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan munculnya bintik merah pada kulit, menjadi salah satu penyebab utama terlambatnya penanganan kasus. “Kami terus mendorong edukasi melalui Puskesmas dan Posyandu agar masyarakat lebih tanggap dalam mengenali gejala dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika terindikasi DBD,” tuturnya.

Dinkes Batam juga telah melakukan berbagai upaya seperti fogging, pembagian larvasida, dan sosialisasi intensif di kecamatan-kecamatan dengan kasus tinggi. “Peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tetap menjadi kunci utama untuk menekan kasus DBD,” pungkas Didi. (*)

 

Reporter : Rengga Yuliandra

spot_img

Update