batampos – Anggota Komisi III DPRD Batam, Djoko Mulyono pun menaruh perhatian atas keluhan masyarakat terkait distribusi air yang tidak lancar. Kendala suplai air ini dikarenakan rumitnya skema pengelolaan air bersih di Batam.
“Air Batam Hulu yang bertanggung jawab atas penyediaan air, bekerja sama dengan Air Batam Hilir (ABH) yang merupakan konsursium Moya dan BP Batam,” katanya.
Djoko menegaskan bahwa DPRD selalu aktif dalam memperjuangkan hak masyarakat atas air bersih. Mereka telah mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pihak terkait untuk mencari solusi.
“Namun, jawaban yang diberikan pihak terkait terkesan normatif, yaitu hanya menyiapkan mobil tangki dan segera memperbaiki pelayanan,” ujar dia.
Anggota DPRD Kepri, Uba Ingan Sigalingging juga berang atas kerja konsorsium air bersih di Batam. Permasalahan tersebut harus disikapi sangat serius lantaran itu bakal menimbulkan gambaran buruk terhadap Batam yang akrab dengan pariwisata dan sektor industri yang mentereng.
“Kita mempromosikan banyak hal, industri, pariwisata. Tapi dengan kondisi seperti ini tentu akan menjadi aib bagi kota kita karena orang yang datang mengetahui ternyata pelayanan dasar kita, pelayanan publik kita, buruk sekali. Maka ini bertentangan dengan semangat kita untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan Kota Batam,” kata Uba.
Ia menilai, bahwa selama ini BP Batam bisa menanggulangi hal tersebut. Ternyata, sampai hari ini, distribusi air menyulitkan warga termasuk juga dunia usaha.
Sementara, Anggota DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin, mengaku prihatin lantaran air yang notabene merupakan kebutuhan dasar masyarakat tak dapat terpenuhi. Bahkan beberapa pekan belakangan masyarakat Batam, mengeluh lantaran pendistribusian air bersih tak berjalan baik.
“Jumlah pertumbuhan penduduk terus naik dan jumlah industri di Batam juga naik. Saya kira sudah saatnya kita perlu mulai pakai SWRO (Sea Water Reverse Osmosis). Terutama wilayah KEK Nongsa dan kawasan industrial,” ujarnya.
Yang dimaksud SWRO atau proses sistem osmosis balik merupakan penggunaan membran Reverse Osmosis (RO) untuk memisahkan kandungan garam yang terkandung untuk didapatkan air tawar.
Wahyu juga menilai pelayanan yang diberikan oleh konsorsium air bersih di Batam tak bagus. Ditambah lagi dengan pipa-pipa yang sudah lama hingga menyebabkan kebocoran.
Sepanjang tahun 2024, terhitung sejak bulan Januari sampai penghujung Juni ini, terdapat 78 kali gangguan suplai air bersih di Batam. Masalah tersebut meliputi kebocoran pipa, sampai sistem kelistrikan.
Teranyar, pada 24 Juni kemarin, terbadi kebocoran pipa di depan SPBU Taman Harapan Indah, Bengkong. PT Air Batam Hilir (ABH) menginformasikan bahwa proses perbaikannya telah selesai.
Humas PT ABH, Ginda Alamsyah menyebut, kendala yang dialami tak serta merta akibat dari kesalahan konsorsium. Misal, gangguan pada sistem kelistrikan, itu wajar terjadi dikarenakan pemeliharaan rutin yang dilakukan secara berkala.
Sementara untuk gangguan seperti kebocoran pipa, disebabkan karena pengembangan pembangunan Batam yang masif. Terlepas dari itu, pihaknya terus berbenah dan selalu melakukan yang terbaik, termasuk cekatan dalam menuntaskan masalah.
“Kita ini, kan, ada dua perushaan, di hulu dan hilir. Kebocoran pipa itu wewenang hilir dan sistem kelistrikan itu di hulu,” kata Ginda, Selasa (25/6).
Rentetan kejadian tersebut menjadi catatan buruk buat pihak konsorsium air bersih. Tak jarang hal demikian disorot oleh DPRD setempat. (*)