batampos – Ratusan ton sampah di Kota Batam diangkut ke Tempat Pembungan Akhir (TPA) sampah Punggur setiap hari. Sampah ini masih didominasi sampah rumah tangga.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam Herman Rozi melalui Kabid Penge-lolaan Persampahan DLH Kota Batam Eka Suryanto mengatakan, rata-rata setiap hari 850 hingga 900 ton sampah diangkut menuju TPA Punggur dari sembilan kecamatan.
Proses penga-ngkutannya dilakukan setiap pagi, dari perumahan-perumahan, pasar dan tempat umum lainnya khususnya dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang disediakan DLH.DLH Kota Batam saat ini punya 140 truk sampah. 137 armada untuk pelayanan dan pengangkutan sampah, semantara tiga truk disiapkan di TPA Punggur.
Namun, kata Eka, sebanyak 52 unit truk sudah berusia di atas 10 tahun. Lima unit truk rusak parah dan tidak layak jalan. Ada juga armada yang masuk masa pemeliharaan atau service rutin bulanan.
”Di tahun 2025 kita sudah usulkan untuk peremajaan dan penambahan armada truk baru. Untuk anggarannya belum kita ajukan ke DPRD Batam,” katanya.
Ia menilai peremajaan dan penambahan armada baru sangat diperlukan untuk mengganti truk yang telah berumur maupun yang tidak layak jalan. ”Tahun 2025, kami usulkan 25 unit. Mudah-mudahan diakomodir,” harap Eka.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan menjadi kendala. Sehingga di pinggir jalan permukiman, terutama di dekat rumah liar muncul ”TPS-TPS” liar. Seperti yang terlihat di Jalan Pemuda dekat SMKN 2 Batam atau Kampung Air, Batam Kota.
Selain membuat lingkungan jorok, baunya juga cukp mengganggu siapa saja yang lewat.
Padahal, DLH sudah memasang imbauan ”Dilarang buang sampah di sini”. Namun tetap saja kelakuan warga yang bebal membuang sampahnya di tempat yang dilarang terebut. Data dari DLH Batam, mereka sudah memasang spanduk di 60 titik sampah liar di Batam.
”Kami angkut, nanti kami bersihkan dibuang lagi di sana begitu terus. Kami pasang spanduk bahkan kami juga sudah melakukan razia bagi yang buang sampah sembarangan,” tutur Eka.
Eka menambahkan, Pemerintah Kota (Pemko) Batam melalui DLH Kota Batam juga telah melaksanakan pe-ngangkutan sampah malam hari guna memaksimalkan pelayanan normal di siang hari. Pengangkutan sampah di malam hari ini lebih diprioritaskan kepada sampah-sampah liar dan beberapa lokasi yang memungkinkan untuk pengangkutan malam hari.
”Jadi selain di siang, pada malam hari petugas juga melakukan pengangkutan sampah,” tambahnya.
Pada malam hari, pihaknya menurunkan 14 armada, terdiri dari 8 unit amrol, 6 dump truk dan 18 orang ABK. Pengangkutan dimulai dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB.
”Kami adakan malam agar zero complaint, termasuk mem-backup pelayanan normal yang belum tuntas dan menata Batam bebas sampah,” ujarnya.
Selain itu, saat ini DLH telah melakukan patroli sampah minimal satu kali sehari guna menyisir jalan-jalan protokol dan sampah liar di seluruh Kota Batam. Seperti sampah yang terjatuh dari kendaraan di jalan protokol akan dibersihkan petugas patroli sehingga tak ada lagi sampah berserakan di jalan.
”Untuk saat ini ada 5 unit pikap yang kami siapkan di seluruh Kota Batam guna membersihkan sampah di jalan-jalan protokol atapun sampah liar lainnya,” ungkap Eka.
Eka menyebutkan TPA Punggur memiliki 2 zona pembuangan sampah yakni zona lama yang berkapasitas 10 hektare dan zona baru yang dibangun Kementerian PUPR seluas 1 hektare.
Pada zona lama, kata Eka, sudah hampir penuh dengan ketinggian sampah mencapai puluhan meter. Setiap hari, sekitar 300-an lori sampah masuk ke TPA dengan tonasi rata-rata mencapai 850-900 ton.
”Makanya dibagi dua zona. Hanya saja zona baru dari KLHK ini belum maksimal karena hanya sekitar 1 hektare,” katanya.
Ratusan ton sampah yang masuk ke TPA Punggur tentu saja akan memperpendek usia TPA. Diprediksi 6 tahun ke depan, TPA tidak akan mampu lagi menampung sampah. Untuk itu, Pemko Batam terus menggaungkan pemilahan sampah rumah tangga. Pemilahan sampah menjadi salah satu fokus utama DLH Batam untuk mengurangi sampah yang diangkut ke TPA Punggur.
”Pengelolaan sampah dari sumbernya, ini solusi kami. Sebab, untuk TPA belum ada rencana penambahan dan malahan sekarang informasinya 2030 nanti tak ada lagi pembangunan TPA. Jadi kami dituntut di 2025 melakukan pemilahan sampah sampai 30 persen dan penanganan 70 persen,” tuturnya.
Sampah yang dipilah adalah sampah anorganik semisal limbah botol plastik, kardus, plastik pembungkus makanan, dan sebagainya. Pemilahan sampah penting dilakukan agar dapat meningkatkan jumlah sampah yang didaur ulang. Sehingga, mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA Punggur dan sekaligus memperpanjang usia TPA tersebut.
”Jadi tidak mesti harus ada bank sampah dulu. Yang penting masyarakat mau memilah sampah dari rumah dan kami sudah siapkan call center. Masyarakat bisa menghubungi ke nomor ini dan kami akan jemput ke rumah-rumah,” katanya.
Solusi pemilahan bank sampah, akunya, sudah berjalan dengan baik. Pihaknya juga rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bahkan respons dari masyarakat sangat baik. Menurutnya, banyak masyarakat yang ingin membentuk bank sampah.
”Kami ada sosialisasi dengan masyarakat, artinya sosialisasi pemilahan sampah ini akan kami sampaikan kepada seluruh masyarakat Batam agar sampah anorganik ini dipilah dan tak masuk TPA,” tuturnya.
Disinggung rencana incenerator yang digadang akan menjadi solusi permasalahan sampah, Eka menjawab, selain biaya yang besar, incenerator sudah tak dianjurkan lagi. Sebab, membakar sampah akan memperburuk kualitas udara.
Begitu juga dengan solusi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) yang sebelumnya digaungkan menjadi solusi permasalahan sampah di Batam saat ini masih terkendala dari investor. Sebab dari pemerintah daerah sendiri mengarahkan pengelolaan tanpa tipping fee, yakni bea gerbang yang dikeluarkan pemerintah ke pihak pengolah sampah. Nilainya dihitung berdasarkan tonase sampah yang akan diolah.
”Ya kalau ada investor yang bisa mengelola TPA tanpa tipping fee kenapa tidak, ini tentu bisa menjadi solusi jangka panjang,” ujarnya.
Untuk retribusi, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam menargetkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari retribusi sampah di 2024 ini sebesar Rp45 miliar. Target ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pendapatan retribusi sampah di 2023 yang sebesar Rp37,5 miliar.
”Naik sekitar Rp7,5 miliar dibandingkan pendapatan tahun lalu,” katanya.
Eka menyebutkan, target dan pendapatan retribusi sampah selalu naik setiap tahun. Tahun 2022 lalu, pendapatan dari retribusi sampah di Kota Batam sebesar Rp35,9 miliar. Naik menjadi Rp37,4 miliar di tahun 2023.
”Untuk target Rp45 miliar tahun ini masih optimis tercapai. Sebab kami sudah mendata objek retribusi baru,” tambah Eka.
Penarikan retribusi sampah berbeda dengan pendapatan lain seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB). Retribusi baru bisa dilakukan setelah ada pelayanan. Ia mengakui, banyak perumahan baru dan kawasan pertokoan yang didata DLH kota Batam belum berpenghuni atau dihuni pemiliknya.
”Perumahan bertambah pendapatan juga bertambah belum bisa menjadi tolok ukur kami. Karena banyak juga kasawan baru ini belum berpenghuni yang belum menghasilkan sampah. Jadi kami gak bisa menyamakan dengan objek PBB, dimana selagi ada pemiliknya walau gak dihuni tetap ditagih,” jelasnya.
Pembayaran retribusi saat ini dilakukan secara nontunai dan semi nontunai. Beberapa perumahan besar, kawasan pertokoan sudah memakai nontunai. Bahkan wilayah Batam Kota sudah menggunakan pembayaran Qris untuk pembayaran retribusi sampah.
Sementara itu, di permukiman warga sendiri saat ini masih banyak ditemukan tumpukan sampah. Pun di pinggir jalan. Misalnya di wilayah Kecamatan Sagulung dan Batuaji. Tumpukan sampah rumah tangga ini terus bertambah dari waktu ke waktu dan menebarkan ancaman penyakit bagi masya-rakat yang berdiam di sekitarnya.
Hampir semua pinggir jalan, terutama jalan protokol dan jalan lingkungan ”dihiasi” tumpukan sampah rumah tangga yang sudah dalam kondisi membusuk. Seperti yang tampak di Kaveling Baru Sagulung.
Petugas pengangkut sampah kecamatan mengaku kewalahan membersihkan sampah di lokasi TPS liar tersebut. Sebab tiap hari warga membuang sampah ke lokasi tersebut dalam jumlah banyak. ”Bukannya tak diangkut. Selalu kami angkut tapi karena yang buang ke sini tak henti-henti, sampah akhirnya terus menumpuk dan bertambah banyak. Kami petugas ini bukan fokus satu tempat saja mengangkut sampah. Kami harus rutin keliling dalam pemukiman jadi memang agak kewalahan membereskan yang di luar TPS ini,” kata Agus, petugas kebersihan di Kecamatan Sagulung.
Arham, warga Perumahan Graha Nusa Batam yang dekat dengan TPS liar tersebut mengakui bahwa masih banyak warga yang membuang sampah ke pinggir jalan tersebut. ”Dari mana-mana itu orang yang buang sampah. Lewat pakai sepeda motor tinggal lempar. Bahkan ada yang juga datang bawa pikap untuk buang sampah ke sini. Beberapa kali kami pergoki tapi kabur mereka,” ujar Arham.
Sementara itu, Anggota DPRD Kota Batam, Muhammad Fadli, menyoroti pengelolaan sampah di Batam yang masih jauh dari harapan masyarakat. Menurutnya, pelayanan sampah di Kota Batam masih jauh dari yang diharapkan, meskipun anggaran pengelolaan sampah telah dianggarkan di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam dan di setiap kecamatan.
”Seharusnya pelayanan sampah ini lebih dioptimalkan oleh pemerintah, baik dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti alat angkut,” kata Fadli kepada Batam Pos, Selasa (25/6).
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah tempat pembuangan sementara (TPS). Fadli mendorong agar Pemko Batam dapat mengoptimalkan pengelolaan TPS tersebut. ”Kami di DPRD selalu mene-kankan permasalahan persampahan ini dalam setiap rapat. Kami harap anggaran untuk persampahan ini terus dioptimalkan untuk meningkatkan pelayanan. Seluruh OPD terkait harus memaksimalkan pelayanannya,” tegas Fadli.
Menurutnya, Kota Batam harus berbenah dari sisi penge-lolaan sampah, mengingat banyaknya wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung dan dapat melihat sisi buruk Kota Batam. ”Di balik pembangunan yang gencar, pengelolaan sampah masih jauh dari harapan,” ujarnya.
DPRD Batam terus berkomunikasi dengan DLH Batam dan mendorong OPD terkait untuk menganggarkan secara maksimal langkah-langkah tepat dalam penge-lolaan sampah. ”Tentu ini kembali ke pemerintah, yak-ni wali kota. Apakah berani menganggarkan pelayanan persampahan ini menjadi salah satu langkah atau terobosan untuk mengarahkan Kota Batam menjadi kota baru,” pungkasnya. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra / Eusesbius Sara / Azis Maulana