Jumat, 27 Desember 2024

Ternyata masih Banyak Pulau Hinterland Batam Belum Dialiri Listrik

Berita Terkait

spot_img
Petugas dari PLN Batam menarik kabel untuk pemasangan infrastruktur listrik di Pulau Galang, Kota Batam. Foto: PLN Batam untuk Batam Pos

batampos- Pengelolaan listrik di Belakang Padang dan pulau-pulau sekitarnya menjadi tanggung jawab penuh dari PLN Unit Pelayanan Pelanggan (ULP) Belakang Padang.

Selain Belakang Padang, PLN ULP Belakang Padang juga mengelola listrik di Pulau Kasu, Pulau Pemping, Pulau Bulang, Pulau Pecong, Pulau Jaloh, Pantai Gelam, Pulau Selat Nenek, Pulau Temoyong, Pulau Abang, Pulau Batu Legong, Pulau Air Raja, Pulau Subang Mas, Pulang Sembulang dan Pulau Buluh. Pulau-pulau tersebut merupakan pulau penyangga Batam.


BACA JUGA: Merasakan Akselerasi Ekonomi Kawasan saat Listrik Merangkai Pulau Perbatasan

Manajer PLN Unit Pelayanan Pelanggan (ULP) Belakang Padang, Firmansyah mengatakan PLN akan terus berkomitmen menambah jalur kelistrikan di pulau-pulau yang belum teraliri listrik.

“Ada beberapa pulau yang belum teraliri listrik dan menjadi target kami, seperti di Pulau Sarang, Pulau Ranting dan Pulau Mecan,” katanya saat ditemui di kantornya di Belakang Padang, Rabu (15/12).

PLN mulai melistriki Pulau Belakang Padang sejak tahun 1997. Namun, saat itu masih menggunakan genset yang mampu mengalirkan listrik selama 14 jam, dari pukul 17.00 WIB hingga 05.00 WIB.

Seiring berjalannya waktu, proyek interkoneksi dari Batam ke Belakang Padang rampung pada 2013. Dalam prosesnya, PLN Persero membeli listrik dari Bright PLN Batam, sehingga mimpi warga setempat untuk mendapatkan pasokan listrik 24 jam bisa direalisasikan.

Setelah Belakang Padang, maka setrum PLN pun mengaliri Pulau Terung, Pulaui Kasu dan Pulau Pecung. Menurut Firmansyah, mengembangkan infrastruktur kelistrikan di daerah kepulauan memang sangat sulit. Dan tentu saja menguras biaya yang besar.

“Kondisi geografis, dimana antar pulau dipisahkan laut memang menjadi kendala. Kemudian transportasi juga untuk mengangkut tiang-tiang, material lainnya sangat terbatas. Biaya investasi besar, bisa mencapai ratusan miliar untuk kabel bawah laut. Kalau untuk pengadaan genset berkapasitas besar di satu pulau, maka biayanya sekitar Rp 4 miliar,” jelasnya.

Maka, untuk menggelar instalasi kabel bawah laut bukan perkara mudah. Satu-satunya solusi yang bisa ditawarkan ke pulau-pulau sekitar Belakang Padang yakni listrik melalui genset.

“Di Kasu sudah ada genset berkapasitas 400 Kw. Di Pecung dan Terung sudah 200 Kw, dan mampu berjalan selama 24 jam. Bahan bakar dari kami. Penduduk setempat juga kami subsidi, jadi bisa bayar token lebih murah, sekitar Rp 80 ribu per bulan,” paparnya.

Setelah menambah jaringan listrik di Pulau Jaloh dan Pulau Selat Nenek tahun lalu, maka untuk pengembangan di 2022, PLN akan ekspansi program listrik desa ke Pulau Geranting, Pulau Mecan dan Pulau Sarang. “Sudah mengajukan kontrak, jadi kami tinggal menunggu anggarannya turun,” tegasnya.

Berdasarkan data, total jumlah pelanggan PLN ULP Belakang Padang sudah mencapai 7.410 pelanggan. Pelanggan terbanyak di Pulau Belakang Padang, sebanyak 3.151. Kemudian di Pulau Terong sebanyak 656. Lalu di Pulau Kasu sebanyak 653, dan di Buluh sebanyak 623. Sementara, sisanya tersebar di 12 pulau lainnya. (*)

Reporter : Rifki Setiawan

spot_img

Update