batampos – Kenaikan harga bright gas atau gas nonsubsidi oleh Pertamina seminggu belakangan dirasakan masyarakat Kota Batam cukup berat. Sebab, perbedaan harga cukup besar, apalagi jika dibanding-dibandingkan dengan gas bersubsidi atau gas melon 3 kilogram (kg).
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam (Disperindag), Gustisn Riau, mengaku sudah mendapat laporan kenaikan gas nonsubsidi di Batam dari masyarakat. Namun untuk rilis dan informasi resmi belum didapat dari Pertamina, terkait naiknya harga bright gas 12 kg dan 5,5 kg.
“Memang ada kenaikan gas nonsubsidi. Kamis minggu lalu, kami sudah bertemu dengan Pertamina dan mereka akan melaporkan secara resmi terkait kenaikan. Namun sampai saat ini, belum ada rilis resmi tersebut,” ujar Gustian, Jumat (7/1).
Dalam pertemuan itu, Pertamina juga menyampaikan kenaikan harga gas non subsidi di Batam sudah berulangkali. Namun, Pemko Batam dalam hal ini tak pernah tahu.
“Rupanya gas non subsidi ini sudah sering naik, tapi kami tak tahu. Karena sudah sering kali naik, pas sekali tahu makanya harganya tinggi. Karena itu saya mohon sekali, Pertamina di Kepri bisa menjawab alasan kenaikan gas non subsidi ini,” tegasnya.
Diakuinya, Pemko Batam dalam hal ini Disperindag Batam tak punya wewenang dalam hal pengawasaan harga gas non subsidi. Tapi paling tidak, Pertamina bisa memberi informasi terkait adanya kenaikan gas non subsidi.
“Pengawasaan non subsidi bukan ranah kami, kecuali gas melon atau gas 3 kg bersubsdi. Paling tidak ada laporan dari Pertamina, karena ini menyangkut kebutuhan masyarakat Kota Batam,” jelasnya.
Sampai saat ini, menurut Gustian, kuota gas masih aman. Meski untuk kuota gas bersubsidi di 2022 belum diinformasikan Pertamina.
“Terkait adanya kenaikan ini, kami akan menjaga kestablitasan gas bersubsidi, jangan sampai adanya kelangkaan. Untuk kuota di tahun 2022 kami masih menunggu informasi resmi dari Pertamina, jadi kami belum tahu kuotanya,” sebut Gustian.
Ia berharap, kuota gas bersubsidi di Batam bisa bertambah dibanding tahun lalu. Meski diakuinya, realisasi kuota gas bersubsidi di 2021 menurun dibanding tahun sebelumnya.
“Realisasinya turun dari kuota banyak. Turunnya kenapa? karena pedagang kaki lima banyak tak berjualan, sehingga kebutuhan berkurang. Tapi saya berharap, untuk kuota dapat ditambah, sebagai antisipasi lonjakan gas non subsidi ini,” pungkasnya. (*)
Reporter : Yashinta