Sabtu, 30 November 2024
spot_img

Rudi Panggil PT Moya, Keluhkan Biaya Perawatan hingga Rp 1 Triliun

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi. Petugas SPAM Batam mengecek ke rumah pelanggan yang mendapatkan air berwarna biru. Ternyata dari hasil investigasi air tersebut bukan bersumber dari perpipaan SPAM Batam melainkan penyebab air berwarna biru yang keluar dari keran air di rumah pelanggan disebabkan oleh masuknya cairan berwarna biru (berasal dari pembersih closet)

batampos – Buruknya pelayanan PT Moya sebagai pengelola layanan air bersih ke rumah-rumah warga di Batam ternyata sudah sampai ke telinga Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam. Atas keluhan itu, Kepala BP Batam Muhammad Rudi pun telah memanggil PT Moya, untuk mendengar alasan yang dikeluhkan masyarakat.

“Sudah kami panggil dia (PT Moya) itu berapa kali. Kami panggil untuk mengetahui laporannya seperti apa,” ujar Rudi, kemarin sore.


Menurut dia, dari pertemuan itu pihak PT Moya menyampaikan beberapa alasan. Diantaranya kondisi pipa-pipa yang sudah tua. Dimana penyambungan pipa baru dan pipa air yang sudah tua harus dipindahkan.

Baca Juga: Satu Pasien Covid-19 Masih Dirawat di RSUD Embung Fatimah

Begitu juga dengan jumlah pipa, tidak sepadan dengan banyaknya jumlah pelanggan. Namun tidak bisa dilakukan penyambungan baru, karena kondisi pipa yang sudah tua.

“Itulah yang harus diperbaiki sekaligus. Sekali perbaiki perlu Rp 1 triliun, itu pun tidak cukup,” sebut Rudi.

Ia memaparkan pada masa transisi yang terlalu lama, banyak barang yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Sehingga, solusinya harus diganti dan memerlukan anggaran yang besar.

“Pasca terima transisi yang terlalu lama barang-barang ini, sudah apkir semua. Dan harus diganti. Jadi butuh biaya. Solusinya siapa saja bisa kalau dia sanggup,” jelas Rudi.

Baca Juga: Pedagang Ungkap Lapak WTB Dibandrol Rp 15-35 Juta

Ungkapan kecewaan pelayanan air bersih yang dikelola PT Moya Indonesia kembali disampaikan warga Batam, Yaya. Keluhan yang air mati tiba-tiba membuatnya harus kewalahan untuk melakukan aktivitas.

Padahal keluhan sering ia sampaikan pada saat membayar tagihan air. Namun, jawaban yang didapat hanya normatif, untuk menyenangkan pelanggan. Tapi tindakan di lapangan tidak dilakukan.

“Seharusnya mereka mencari solusi bukan membiarkan begitu saja keluhan pelanggan. Padahal, saya orang yang tepat waktu saat membayar tagihan air baik online maupun offline,” tegasnya.

Begitu juga aliran air ke kawasan Nongsa yang biasanya lancar, namun pada pagi hari dan akhir pekan selalu mati. Hal ini tentunya membuat masyarakat semakin gerah, karena kesibukan di pagi hari harus terganggu karena air mati.

“Air sering mati, tapi tagihan naik. Bahkan bulan lalu, satu bulan saya tak di rumah, tapi tagihan air bisa sampai Rp 120 ribu,” jelas Novi. (*)

 

 

 

Reporter : Yashinta

spot_img

Update