batampos – Sepanjang tahun 2022 hingga Januari 2023, Seksi Konservasi Wilayah II Batam menangani empat kejadian interaksi satwa liar buaya dengan manusia.
Peristiwa itu terjadi di masing-masing wilayah yang berbeda yaitu di Pulau Jaloh, Pulau Temoyong, Tanjungpiayu, dan Nongsa.
Kasi Konservasi Wilayah Kepri, BKSDA Riau, Decky Indra Prasetya, menyampaikan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Jaloh dan Temoyong sekitar lebih kurang 5 ekor buaya, Tanjung piayu sebanyak 1 ekor, dan penyitaan dari SMA II Batam sebanyak 1 ekor.
Baca Juga:Â Lion Air Layani Penerbangan Perdana Umrah Langsung Batam-Madinah
“Secara umum interaksi negatif buaya dengan manusia terjadi karena manusia yang masuk kedalam habitat buaya, terutama pada musim kawin dan bertelur, karena pada musim tersebut buaya lebih agresif,” ujar Decky, Senin (16/1/2033).
Menurutnya, perubahan habitat buaya seperti penebangan hutan mangrove dan reklamasi pantai, menyebabkan berkurangnya habitat dan sumber pakan alami bagi buaya.
“Lokasi habitat alami buaya muara di Pulau Batam dan sekitarnya ada di kawasan hutan mangrove, hutan lindung Sei Pelunut, Sungai Peparan yang berada di Sagulung,” ujarnya.
Baca Juga:Â Antispasi Penculikan, Anak Harus Menunggu di Dalam Sekolah
Kemudian di kawasan pantai yang berada di Pulau Temoyong, Bulang, Bulan, Nibung, Ladi. Kawasan Hutan Mangrove yang berada di hutan lindung Sei Beduk dan kawasan mangrove Tanjung Piayu
Perubahan habitat buaya seperti penebangan hutan mangrove (bakau) dan reklamasi pantai, juga menyebabkan berkurangnya habitat dan sumber pakan alami bagi buaya.
“Diimbau untuk berhati-hati dan waspada jika beraktivitas di area sekitar muara tempat habitat alami buaya,” imbau Decky.(*)
Reporter: Azis Maulana