batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam mencatat sepanjang tahun 2022 lalu, sebanyak 437 kasus Tuberculosis (TBC) ditemukan pada anak.
Merebaknya kasus TB pada anak ini dipengaruhi oleh orangtua yang terpapar dan dinyatakan positif TB. Di Batam kasus ini cukup banyak ditemukan, dari penemuan kasus sebesar 3.564 orang, 437 ditemukan pada anak, 251 dengan TB-HIV, dan 309 orang mendapatkan TPT kontak serumah semua usia, dan 82 orang meninggal.
Leni susanti, penanggung jawab program TBC Dinkes Kota Batam mengatakan anak menjadi kontrak erat yang memiliki potensi untuk tertular, jika orangtua positif TB.
Baca Juga: Kajari Batam Pimpinan Upacara Peringatan 17 Hari Bulan Tingkat Kota, Ini Pesannya…
“Interaksi paling minimal 6 jam dalam satu hari bisa menyebabkan anak menjadi suspect TB. Untuk itu jika merasa ada gejala TB segera periksakan diri,” kata dia saat dijumpai di Batam Center, Jumat (17/3).
Ia mengungkapkan Indonesia merupakan negara kedua dengan jumlah penderita TB setelah India. Dengan posisi tersebut perlu dilakukan langkah dan upaya bersama dalam penanggulangan TB.
“Target kan 2030 Indonesia bebas TB. Untuk itu diperlukan langkah strategis dari sekarang, termasuk memperkuat kerjasama dengan mitra Dinkes Batam,” ujarnya.
Baca Juga:Â Setahun Taman Rusa, Dua Fasilitas Baru Diresmikan
Ketua Yayasan Lintas Nusa, Pieter P. Pureklolong mengatakan sebagai mitr yang selama ini membantu Dinkes Batam, sudah menjalankan program untuk mengentaskan TB di Kota Batam.
Pencegahan penyebaran dini dilakukan dengan mendatangi kontak erat bersama petugas Puskesmas. Saat ini ada 37 kader yang disebar di 18 Puskesmas.
Program eliminasi TBC di Kota Batam masih memerlukan dukungan dari pemerintah. Dalam penanganan TB tentu diperlukan banyak dukungan, agar program ini bisa berjalan dengan baik.
Ia menyebutkan strategi penanggulangan TBC di antaranya, penguatan kepemimpinan program pada tingkat pusat, provinsi, dan kota.
Baca Juga:Â 7 Daftar Lowongan Kerja Batam Maret 2023
Peningkatan akses layanan TB yang bermutu dan berpihak pada pasien. Ketiga peningkatan upaya promosi, dan pencegahan pemberian obat pencegahan dan pengendalian infeksi.
“Serta peningkatan komunitas, teknologi, dan manajemen sistem kesehatan. Ini sudah berjalan bersama Dinkes Batam,” ujarnya.
Pieter juga menyebutkan pengambilan sampel TB juga menyasar sekolah. Berdasarkan data dari 3 sekolah, dan 200 sampel, ditemukan 3 kasus positif.
“Artinya TB bisa menyebar dimana saja dengan cepat. Makanya perlu tindakan preventif dalam mencegah, agar target 2030 bebas TB bisa terwujud,” bebernya.
Tidak saja itu, bersamaan kesehatan, permukiman kumuh, dan miskin (Kumis) juga menjadi sasaran dalam menjalankan penanggulangan.
Ke depan ada pekerjaan berat yang menunggu. Untuk menyukseskan program ini, diperlukan dukungan semua pihak, terutama pemerintah.
“Tim percepatan penanggulangan sudah dibentuk, dan kalau bisa ada perhatian lain yang diberikan, agar pelacakan suspek bisa berjalan lebih maksimal,” tutupnya.(*)
Reporter: Yulitavia