batampos – Masyarakat Batuaji dan Sagulung menolak keras rencana kenaikan tarif listrik seperti yang digaungkan-gaungkan oleh Dewan Pengawas BP Batam belakangan ini. Seperti pandangan pengusaha sebelumnya, masyarakat menilai rencana kenaikan ini tidak tepat, sebab tarif listrik di Batam sudah cukup tinggi dibandingkan daerah lain.
Masyarakat menolak keras dan berpeluang akan ada gejolak nantinya jika wacana ini diberlakukan.
“Sudah tinggi tarif listrik di Batam ini. Apa lagi yang mau dinaikan. Demo besar-besaran saja kalau memang mereka memberlakukan tarif baru nanti,” ujar Ashar, warga Sagulung.
Baca Juga:Â ASN dan Non ASN di Batam Diminta untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Warga penggunaan listrik pra bayar juga sangat keberatan dengan rencana kenaikan tarif listrik tersebut, sebab selama ini tergolong sudah tinggi.
“Beli token (listrik pra bayar) sudah banyak potongan selama ini. Isi 100 ribu dapat cuman 65 ribu. Sudah 35 ribu yang dipotong, ini mau naikin lagi nanti. Jangan lah karena ini menyusahkan masyarakat namanya,” kata Linda, warga lainnya.
Sebelumnya, pengusaha galangan kapal juga keberatan dengan rencana tersebut. Mereka menilai tarif listrik yang ditetapkan saat ini sudah tergolong tinggi.
“Jelas keberatan kami (pengusaha galangan kapal) karena memang sudah tinggi tarif listrik Batam saat ini dibandingkan daerah lain,” ujar Owner PT Citra Shipyard Ali Ulai yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Perusahaan Industri Galangan Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Kepri.
Baca Juga:Â Hang Nadim Gesa Penerbangan Reguler ke Incheon
Untuk itu Ali Ulai memintah agar wacana ini dipikirkan secara matang agar tidak berdampak nantinya. Dikatakannya jika PLN menaikan tarif listrik seperti yang diwacanakan itu, tentu akan mematahkan semangat dunia industri yang sedang bersemangat untuk kembali menghidupkan sektor industri di kota Batam saat ini.
“Jangan sampai lah. Kami mohon PLN dukung kami, dukung perekonomian Batam. Kalau naik tentu kita kalah bersaing dengan negara lain,” ujar Ali. (*)
Reporter: Eusebius Sara