batampos – Krisis air bersih di wilayah Kelurahan Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji semakin menjadi. Upaya pengelola untuk menyuplai air bersih dengan mobil tanki justru menciptakan masalah baru. Masyarakat saling menyalahkan bahkan cek cok mulut lantaran berebut suplai air tanki.
Suplai air menggunakan mobil tanki tidak mengcover semua kebutuhan masyarakat di sana sehingga warga yang tidak kebagian melakukan protes dan terjadi keributan yang berujung cek cok mulut.
“Satu perumahan yang diantar satu sampai dua mobil tanki, ya mana cukup. Paling satu dua blok yang kebagian. Blok lain yang tak dapat akhirnya saling menyalahkan. Cek Cok mulut lah, menyalahkan RT/RW lah, macam-macam persoalan yang muncul,” ujar Nursiah, warga perumahan Putera Jaya, Tanjunguncang.
Baca Juga:Â Desain Terminal Dua Bandara Hang Nadim Menunggu Review BP Batam
Darma Sitompul, perangkat RT di Kelurahan Tanjunguncang juga mengakui adanya persoalan baru tersebut. Situasi semakin tak terkendali karena persoalan air ini. Masyarakat saling sikut karena persoalan yang sudah lama terjadi namun tak ada solusinya itu.
“Sudah jenuh, stres warga dengan masalah air ini. Mohon ini segera ditanggapi agar gejolak yang tidak diinginkan bisa kita hindari,” ujar Darma.
Dijelaskan Darma dan tokoh masyarakat Tanjunguncang, berbagai upaya untuk menyelesaikan persoalan krisis air bersih ini sudah dilakukan dengan berbagai cara termasuk mendatangi kantor pengelolah air bersih Batam PT Moya. Namun penyelesaian belum ada.
Solusi sementara berupa mengirim air dengan mobil tanki justru memunculkan masalah baru karena penyuplaian tidak merata. Satu perumahan kebutuhan air yang bisa mencapai sepuluh tanki yang dikirim hanya dua atau tiga tanki.
Baca Juga:Â Seret Anak Mantan Gubernur Kepri, Perkara Korupsi Dana Hibah Dispora Segera Disidangkan
“Entah mau bagaimana lagi kami komplain. Sudah tak terkendali lagi gejolak warga sekarang. Berbagai persoalan terus bermunculan karena masalah krisis air bersih ini,” kata Syahrul, tokoh masyarakat lainnya.
Imbas dari krisis air bersih yang berkepanjangan ini, sebagian besar masyarakat di lokasi krisis air bersih sudah memilih pindah ke pemukiman lain. Kontrakan ataupun kos-kosan sudah banyak yang kosong. Warga yang memiliki hunian lebih dari satu memilih pindah ke hunian lain yang suplai airnya lancar.
“Yang bertahan di sini karena memang betul-betul ini rumahnya sendiri dan tak ada lagi rumah lain. Kalau yang ngontrak atau kos-kosan sudah pindah semua,” ujar Nasril, warga perumahan Sumberindo. (*)
Reporter: Eusebius Sara