Jumat, 17 Januari 2025

Belum Ada Kasus Virus Nipah di Batam, Dinkes Batam Tingkatkan Kewaspadaan

Berita Terkait

spot_img
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi

batampos– Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/4022/2023. Regulasi ini mengatur terkait kewaspadaan di setiap daerah terhadap penyakit virus Nipah.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi mengaku sudah menerima edaran dari Kemenkes terkait kewaspadaan terhadap penyakit virus Nipah ini. Berdasarkan laporan petugas surveilans, sampai saat ini belum ditemukan kasus virus Nipah di Batam. Meski begitu, pengawasan akan terus diperketat. Khususnya di pintu masuk di Kota Batam.
“Di Malaysia memang sudah ditemukan (virus Nipah), sebagai daerah perbatasan dengan negara tetangga, tentu pengawasan akan terus diperketat, ” kata Didi, Jumat (29/9).
Dijelaskan, virus Nipah merupakan penyakit emerging zoonotik yang disebabkan oleh virus Nipah yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai host alamiahnya.
“Penularannya ke manusia melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan terinfeksi atau melalui makanan terkontaminasi oleh virus,” jelasnya.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala yang berbeda dari tanpa gejala (asimptomatis), infeksi saluran napas akut (ISPA) hingga ensefalitis fatal. Seseorang yang terinfeksi awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan nyeri tenggorokan. Gejala ini dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologislain yang menunjukkan ensefalitis akut. Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atipikal dan gangguan saluran pernapasan berat.
“Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejangakan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian. Tingkat kematian diperkirakan berkisar antara 40-75 persen,” ungkap Didi.
Selain itu seseorang dapat tertular virus Nipah melalui kontak langsung dengan hewan, termasuk zat ekskresi atau sekresi seperti urin, air liur, darah, atau sekresi pernapasan yang terinfeksi virus Nipah. Selain itu mengonsumsi daging mentah dari hewan yang terinfeksi atau produk makanan mentah yang telah terkontaminasi cairan tubuh dari hewan terinfeksi seperti nira sawit atau buah yang terkontaminasi kelelawar buah yang terinfeksi juga bisa menyebabkan tertular virus Nipah ini.
“Penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi dan umumnya terjadi pada keluarga atau tenaga kesehatan yang merawat pasien terinfeksi, ” terang Didi.
Virus Nipah bukanlah penyakit yang baru, virus Nipah pertama kali diidentifikasi berdasarkan laporan wabah yang terjadi pada peternak babi di sebuah desa di Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998-1999 yang berdampak hingga Singapura. Dari wabah tersebut dilaporkan 276 kasus konfirmasi dengan 106 kematian. Sejak tahun 1998 hingga saat ini, telah dilaporkan sebanyak 700 kasus pada manusia dengan 407 kematian di 5 negara (Malaysia,Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina).
Sebagian besar kasus(48% atau 336 kasus) dan kematian (58,5% atau 238 kematian) dilaporkan di Bangladesh.
Wabah terkini dilaporkan pada 4 Januari hingga 13 Februari 2023 di Bangladesh dengan 11 kasus (10 kasus konfirmasi dan 1 probable) dan 8 kematian. Dari 11 kasus yang ditemukan, 10 kasus memiliki riwayat konsumsi date palm sap (getah kurma) dan 1 kasus merupakan kasus kontak erat (dokter yang merawat salah satu kasus).
Didi menyebutkan sampai saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah. Untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah utamanya melalui pengendalian faktor risiko yang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan atau buah yang dikonsumsi. Tidak mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi sadapan aren atau nira pada malam hari. Oleh karenanya perlu dimasak sebelum dikonsumsi.
Mencuci dan mengupas buah secara menyuluruh, buang buah yang ada tanda gigitan kelelawar hindari kontak dengan hewan ternak (seperti babi, dan kuda) yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Apabila terpaksa melakukan kontak, maka menggunakan APD. Bagi petugas pemotong hewan, sarung tangan dan pelindung diri harus digunakan sewaktu menyembelih atau memotong hewan yang terinfeksi virus Nipah.
“Hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi dan konsumsi daging ternak secara matang, ” himbaunya. (*)
reporter: rengga
spot_img

Update