Minggu, 1 Desember 2024
spot_img

Stok Gas di Pangkalan Kosong Tapi di Pengecer Berserak, DPRD Provinsi Minta Pengawasan Diperketat

Berita Terkait

spot_img
Anggota DPRD Kepri Wahyu Wahyudin melakukan sidak ke SPBE di Kabil, Rabu (27/12). F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos – Keluhan mengenai ketersediaan gas 3 kilogram (kg) masih dirasakan warga di sejumlah wilayah. Hal ini turut menarik perhatian dari DPRD Provinsi Kepri.

Anggota DPRD Provinsi Kepri, Wahyu Wahyudin usai meninjau SPBE di Kabil menyampaikan informasi dari Pertamina stok gas berlebih, namun di lapangan warga mengaku kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg.


“Tadi saya lihat untuk proses pengisian tidak ada masalah. Jadi dimana kendala sebenarnya atas keluhan masyarakat ini. Pengecer menjual di atas HET, yang bahkan terlewat tinggi,” kata dia, Rabu (27/12).

Baca Juga: Gas 3 Kg Diduga Masih Banyak Digunakan Sektor Usaha di Batam

Menurutnya, masyarakat sudah sesuai prosedur dalam mendapatkan gas, mereka mendatangi pangkalan resmi, namun kosong. Sementara di pedagang pinggir jalan berserak tabung gas tapi harganya jauh melebihi HET.

“Pengawasannya dimana untuk ini. Pangkalan kosong tapi di pinggir jalan ada. Makanya saya cek langsung tadi pengisian di SPBE, dan mereka bilang tak ada masalah,” sebutnya.

Ia meminta kepada Pertamina dan Disperindag untuk mengawasi, dan mencari tahu oknum yang dengan sengaja memasarkan gas mereka pada pengecer ini.

Jika memang ada pangkalan yang bermain, ia meminta ditindak tegas. Sebab pendistribusian gas ini yang ingin dipastikan tepat sasaran. Warga sudah ada jatahnya, namun ketika mereka butuh, malah tak ada.

Baca Juga: Bea Cukai Sita 455 Ponsel Bekas di Bandara Hang Nadim, Ini Pernyataan PT BIB

“Pertamina bilang tak ada kendala. Bahkan penyaluran sesuai jadwal. Ini lah yang menjadi pekerjaan rumah (PR). Harus didorong agar ada regulasi yang mengatur soal pengecer ini,” ujarnya.

Sekarang ini, warga yang tidak mendapatkan gas di pangkalan resmi, harus mencari di tempat lain. Salah satunya di pinggir jalan, karena ini sudah menjadi kebutuhan, mau tidak mau tentu harus tetap beli, walaupun harganya lebih tinggi dari HET.

“Keluhan sejauh ini ada yang beli Rp30 ribu, bahkan ada informasi yang menyebutkan Rp35-40 ribu. Ini sudah praktik nakal dan meresahkan,” ungkapnya. (*)

 

Reporter: Yulitavia

spot_img

Update