batampos – Ratusan ton sampah di Kota Batam diangkut ke Tempat Pembungan Akhir (TPA) Punggur, Nongsa setiap harinya. Sekitar 850 ton sampah rumah tangga ini diangkut oleh 137 unit armada yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam dan tiga unit armada di TPA Punggur.
“Jadi ada sekitar 850 ton sampah yang masuk ke TPA Punggur setiap harinya,” ujar Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Batam Eka Suryanto kepada Batam Pos, Kamis (25/1).
Menurutnya, ratusan ton sampah ini berasal dari 9 kecamatan di Kota Batam. Meliputi Kecamatan Batam Kota, Sagulung, Batu Ampar, Sekupang, Bengkong, Kecamatan Nongsa, Batu Aji Kecamatan Sungai Beduk, dan Kecamatan Lubuk Baja.
Baca Juga:Â DLH Batam Targetkan Retribusi Sampah Rp 45 Miliar
Ia menjelaskan, proses pengangkutan sampah dari wilayah ini dilakukan rutin setiap pagi hari. Khususnya di titik-titik Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang sudah disediakan oleh DLH. Selain itu petugas kebersihan juga mengangkut sampah ke perumahan-perumahan, pasar dan tempat umum lainnya.
“DLH berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kualitas pelayanan persampahan. Setiap kendaraan ditentukan jadwal pelayanan persampahan satu minggu dua kali pelayanan, sesuai dengan lokasi tugas di setiap kecamatan, ” ungkap Eka.
Ia menyebutkan, saat ini TPA Punggur memiliki dua zona pembuangan sampah yakni zona lama yang berkapasitas luas 10 hektare dan zona baru yang dibangun Kementrian PUPR pada 2018 seluas satu hektare. Pada zona lama ini, kata Eka, hampir penuh dengan ketinggian sampah capai puluhan meter
“Makanya dibagi dua zona. Hanya saja zona baru ini belum maksimal karena hanya sekitar 1 hektare, ” kata Eka.
Ia menyebutkan, ratusan ton sampah yang masuk ke TPA ini tentu saja akan memperpendek usia TPA. Diprediksi 6 tahun ke depan, TPA tidak akan mampu lagi menampung sampah di Batam. Untuk itu pemerintah kota Batam terus mengaungkan pemilahan sampah rumah tangga. Pemilahan sampah menjadi salah satu fokus utama DLH Batam untuk mengurangi sampah yang diangkut ke TPA Pembuangan Akhir (TPA) Punggur.
“Pengelolaan sampah dari sumbernya, ini solusi kita. Sebab, untuk TPA belum ada rencana penambahan dan malahan sekarang informasinya 2030 nanti tak ada lagi pembangunan TPA. Jadi kita dituntut di 2025 melakukan pemilahan sampah sampai 30 persen dan penanganan 70 persen, ” ucap Eka.
Sampah yang dipilah adalah sampah anorganik semisal limbah botol plastik, kardus, plastik pembungkus makanan, dan sebagainya. Pemilahan sampah penting dilakukan agar dapat meningkatkan jumlah sampah yang didaur ulang. Sehingga, mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA Punggur dan sekaligus memperpanjang usia dari TPA tersebut.
“Jadi tidak mesti harus ada bank sampah dulu. Yang penting masyarakat mau memilah sampah dari rumah dan kita sudah siapkan call center. Masyarakat bisa menghubungi ke nomor ini dan kami akan menjemput ke rumah-rumah, ” ungkap Eka.
Ditambahnya, solusi pemilahan bank sampah sudah berjalan dengan baik. Pihaknya juga rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bahkan respon dari masyarakat saat ini sudah sangat baik, banyak dari masyarakat yang ingin membentuk bank sampah. Ini tentu saja sebagai bukti masyarakat semakin cerdas, terbuka dan sadar akan masalah dari sampah ini.
“Artinya sosialisasi pemilahan sampah ini akan kita sampaikan kepada seluruh masyarakat Batam agar sampah anorganik ini dipilah dan tak masuk TPA, ” tuturnya.
Eka menambahkan saat ini di Batam memiliki 300an bank sampah, namun yang aktif berjumlah 160an bank sampah yang tersebar di sembilan kecamatan. Rinciannya 23 titik bank sampah di Batuaji, Sagulung 27 titik, Sekupang 31 titik, Sei beduk 13 titik, Lubuk Baja 5 titik, Batu Ampar 8 titik, Bengkong 7 titik, Batam kota 25 titik dan Bulang satu titik.
Bank sampah ini mampu memilah sampah plastik, botol dan sampah bernilai ekonomis lainnya 25,8 ton setiap bulannya. Meskipun masih jauh dari jumlah sampah yang dihasilkan tiap harinya, tentu dengan kehadiran bank sampah ini turut serta mampu mengurangi sampah anorganik di TPA Punggur.
“25,8 ton ini yang dijual ke kita ya. Belum termasuk yang dijual ke swasta tentu angkanya bertambah lagi. 140 titik inilah yang kita jemput setiap bulannya ada juga yang di pulau,” bebernya.
Selain itu untuk mengurangi timbulan sampah masuk TPA, DLH juga lagi giat-giatnya mengajak masyarakat Batam untuk memilah sampah dari sumber atau rumah. “Kita berharap sampai dengan tahun 2025 bisa kita kurangi sampah 30 persen dan bank sampah adalah wadah untuk pengumpulan sampah terpilah atau yang sudah dipilah, ” pungkasnya.
Ketua Komisi III DPRD Batam Djoko Mulyono mengatakan, sudah seharusnya Pemko Batam memiliki sistem pengolahan sampah yang memakai teknologi modern guna keseimbangan TPA Punggur. Menurutnya, beberapa waktu lalu sudah ada beberapa investor yang akan menanamkan modal untuk pengelolaan TPA Punggur. Hanya saja mereka menawarkan biaya (cost) yang sangat tinggi sehingga membebani APBD.
“Ada juga investor yang sudah datang ke DDPR, namun karena biaya pengelolan sampai ke TPA Punggur sangat tinggi dan cukup membebani APBD kita. Makanya kita berharap ada solusi jangka panjang, teknologi pengolahan sampah modern namun tidak menguras APBD kita, ” kata Djoko.
Ia mencontohkan ketika saat melakukan kunjungan kerja ke TPA Manggar Kalimantan Timur. TPA ini tidak hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan gas metana, namun juga memasok biomassa untuk co-firing PLTU Teluk Balikpapan.
Penumpukan sampah yang digunakan TPA Sampah Manggar dengan memanfaatkan tumpukan sampah yang menghasilkan gas metan tersebut menjadi energi baru terbarukan.
“Di TPA Manggar sampah bisa dimaksimalkan dengan menjadi disel. Cuma memang butuh anggaran untuk instalasi. Selain itu biayanya juga tak terlalu besar dibandingkan dengan teknologi pengolahan sampah yang lain dan bisa diterapkan di Batam, ” ujar Djoko.
Ia menyebutkan, dengan menggunakan teknologi canggih yang dapat mengubah fungsi atau memusnahkan sampah. Sehingga, tumpukan sampah tidak semakin meningkat setiap harinya. “Ke depan mau tidak mau kita harus menerapkan teknologi pengolahan sampah yang modern ini, ” ucap Djoko. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra