Minggu, 1 Desember 2024
spot_img

Pastikan Penyebab Penyakit Gatal-gatal Warga Tanjunguncang, Dinkes dan DLH Batam Ambil Sampel ke Lapangan

Berita Terkait

spot_img
Dinkes, BTKLPP, Polsek Batuaji dan Kelurahan Tanjunguncang mengecek debu yang diduga penyebab gatal-gatal di Tanjunguncang, Batuaji, Rabu (17/4). F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam akhirnya menindaklanjuti keluhan masyarakat Kampung Jatim RT02/RW16, Kelurahan Tanjunguncang yang menderita penyakit gatal-gatal dan gangguan masyarakat akibat debu pabrik di lingkungan mereka.

Petugas dari dua dinas ini bersama jajaran Polsek Batuaji dan Kelurahan Tanjunguncang menemui warga yang berdampak. Selain mengorek informasi terkait keluhan tersebut, petugas juga mengambil sampel dari warga dan air di sekitar pemukiman tersebut.


“Dinkes lebih ke mencari tahu penyebab dan gejala penyakit gatal-gatal, sementara DLH itu ke pencemarannya. Ada sampel air tampungan warga yang dibawa untuk diteliti,” kata Ketua RT 02, Karman.

Baca Juga: Gatal-gatal Masih Menyerang, Warga Berharap Ada Tanggungjawab dari Perusahaan

Lurah Tanjunguncang Sutrisna Wijaya juga membenarkan kedatangan tim dari DLH dan Dinkes Batam menanggapi keluhan masyarakat tersebut. Tim masih lakukan pendalaman untuk memastikan pencemaran lingkungan akibat serbuan debu pabrik tersebut.

“Nanti akan disampikan lagi hasil seperti apa. Dinkes dan DLH sudah merespon ke lokasi tadi,” kata Sutrisna.

Mulyanto, warga yang berdampak berharap agar kondisi lingkungan yang tidak bersahabat itu segera ditangani dengan baik sehingga tak terulang lagi kedepannya. Dinas terkait juga harus tegas dengan pihak perusahaan untuk tidak lagi membuang debu pabrik ke pemukiman warga.

“Penyakit yang kami alami ini juga harus ada penanganan yang tepat. Bagaimanapun gatal-gatal ini muncul karena debu pabrik itu,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat yang berdiam di belakang kawasan industri Latrade Tanjunguncang diserang penyakit gatal-gatal. Penyakit akibat terkontaminasi debu pabrik dari PT GRM yang mengolah material PVC dalam kawasan industri Latrade ini mewabah sejak dua bulan yang lalu.

Baca Juga: Lion Air Tujuan Batam Return to Base ke Pekanbaru

Pasangan suami isteri Mulyanto dan Elvi misalkan, kondisinya memprihatinkan saat ini karena seluruh tubuh mereka bentol-bentol akibat kontaminasi debu serbuk olahan material PVC tersebut. Bahkan kaki Elvi sebagian sudah mengelupas dan memutih kulitnya karena sudah terlalu lama menderita sakit tersebut.

“Sampai bagian dalam semua kena. Inilah kaki saya sudah kelupas semua. Gatalnya minta ampun. Kami di sini airnya pakai tampung dan debu itu masuk juga, makanya begini jadinya kondisi kami di sini,” kata Elvi.

Sama halnya dengan Mulyanto yang sempat memperlihatkan kondisi tubuhnya yang banyak bintik akibat debu tersebut. Sekujur tubuhnya memang penuh dengan bekas-bekas luka akibat bentolan.

“Sengsara kami dibuat sama PT itu. Sudah mau dua tahun begini terus situasi kami di sini. Anak-anak semua tak sehat karena debu ini,” ujarnya.

Ketua RT 02 Karman mengamini keluhan warganya itu. Diapun sudah berupaya maksimal menyampaikan keluhan di lingkungan tempat tinggal mereka itu. Diapun berharap agar ini segera ditindak lanjuti oleh pihak terkait.

“Iya, sudah kita sampaikan ke kelurahan. Kita berharap agar ini direspon. Sudah banyak warga yang terkena gatal-gatal karena debu itu,” kata Karman.

Baca Juga: Warga Terkejut Tarif Parkir Pelabuhan Domestik Sekupang, Naik

Lurah Tanjunguncang Sutrisna Wijaya saat dikonfirmasi mengaku akan segera menindak lanjutin keluhan masyarakat tersebut ke Dinas terkait.

“Iya sudah ada laporan dari Pak RW. Kemarin katanya mereka masuk mediasi dulu dengan pihak perusahaan. Saya masih menunggu hasil mediasi mereka. Nanti seperti apa hasilnya akan kami tindak lanjuti ke Dinas terkait, ” kata Lurah.

Sementara Ahok perwakilan pihak PT GRM saat dikonfirmasi mengaku ada kebocoran sehingga keluarnya debu pabrik tersebut. Pihaknya akan segera memperbaiki kebocoran tersebut. (*)

 

Reporter: Eusebius Sara

spot_img

Update