Jumat, 15 November 2024

Krisis Air Bersih Belum Teratasi, Pak Wali

Berita Terkait

spot_img

batampos – Krisis air bersih masih berlanjut di wilayah Kecamatan Batuaji, Sagulung, Sekupang, dan Batuampar serta sejumlah titik di kecamatan lainnya. Di Kelurahan Tanjungsengkuang, Kecamatan Batuampar, hampir sepekan suplai air terhenti.
Warga setempat, Atik, meresahkan hal itu. Ketika malam, air mengalir sangat kecil. Sementara di siang hari, ngadat.

PT Air Batam Hilir (ABH) telah menjanjikan kecukupan air bagi pelanggannya yang terdampak dengan menyediakan air tangki. Sementara menurut warga, tangki air yang dikerah-kan ABH sulit didapat.

”Mau beli air tanki keliling itu susah. Katanya enggak semua tempat ada air baku yang jual, jadi tangki air keliling juga enggak gampang dijumpai. Minta kiriman tangki ke ABH, tapi tak dikirim,” kata dia, Rabu (31/7).

Atik mengakui, tak semua wilayah di Sengkuang mati air. Hanya di wilayah tertentu seperti daerah yang elevasinya tinggi atau berada di ujung pipa yang merasakan air mati, bahkan hingga malam hari.

Karena itu, ia meminta PT ABH untuk menggenjot tekanan air saat tengah malam. Sehingga, setidaknya warga tetap bisa menampung air meski satu atau dua drum dalam semalam.

”Sehingga warga yang tinggal di ujung pipa seperti di Tanjungsengkuang, punya peluang menadah air meski sedikit. Tapi kalau tekanan sama atau malah dikecilin saat dini hari, ya susah,” ujarnya.

Terpisah, Liam, warga sekitaran Nagoya, juga merasakan hal serupa. Namun, di tempatnya air tetap berjalan, hanya saja aliran air sangat kecil.

”Di Perumahan Happy Garden juga begitu. Ada saudara saya tinggal di sana, airnya kalau malam tak mengalir normal,” ujar dia.

Warga Orchid di Tunas Regency, Seibinti, Sagulung, berunjuk rasa dengan membawa ember dan panci penggorengan lantaran aliran air ke tempat tinggalnya tak mengalir lancar, beberapa waktu lalu. Sejumlah warga di berbagai wilayah mendesak pengelola air menggenjot suplainya supaya bisa merata.
F. Dalil Harahap/Batam Pos

Menjawab permasalahan tersebut, Corporate Communication PT ABH, Ginda Alamsyah, berharap warga sabar atas permasalahan yang terjadi. Ia menyampaikan bahwa saat ini petugas tengah menggesa penambahan debit atau produksi air.

Memang, debit air yang berkurang menyebabkan sejumlah wilayah di Batam terdampak. Beberapa daerah, khususnya area yang jauh dari pipa serta yang berada di elevasi tinggi, agak sulit mendapat air.

”Untuk di Tanjungsengkuang, tadi malam sempat mengalir pukul 2.00 WIB. Tapi pagi ini katanya mati lagi. Kami sedang menggesa ini agar segera teratasi,” kata Ginda, Rabu (31/7).
Sementara untuk permintaan tangki air, pihaknya mengusahakan itu dapat disalurkan dengan cepat. Namun, karena permintaan air tangki di waktu bersamaan secara masif, maka agak sedikit telat.

”Kami tetap usahakan mengirim bantuan air tangki per harinya. Kalau bisa permintaan itu melalui satu pintu, lewat perangkat RT/RW di kawasan sekitar saja,” katanya.

Ada 14 armada mobil tangki yang setiap saat melayani kebutuhan warga di daerah berdampak. Layanan ekstra ini diakui pihak ABH belum maksimal karena armada di lapangan harus keliling ke berbagai daerah berdampak secara merata.

”Tanjunguncang, Seilekop, Marina, dan juga Tanjungsengkuang. Inilah yang dilayani armada kami setiap hari. Kami minta perangkat di lokasi berdampak agar bisa mengoordinir, bantu mengatur suplai air ke masyarakat sehingga tidak berebutan,” katanya.

Bahkan, kericuhan kerap terjadi di lingkungan yang mengalami krisis air karena rebutan suplai air dengan mobil tangki ini. Kericuhan terakhir terjadi di Perumahan Gesya Eternal Marina, Senin (29/7) malam lalu. Ibu-ibu di perumahan ini cekcok mulut karena rebutan suplai air tangki yang terbatas tadi.

”Jadi berantem emak-emak berebut air saat mobil tangki masuk,” ujar Evan, perangkat RT perumahan Gesya Eternal Marina.

Dijelaskan Evan, kericuhan seperti ini kerap terjadi karena suplai air yang terbatas tadi. Kebutuhan air masyarakat di Perumahan Gesya ini idealnya 40 mobil tangki per hari, namun pengantaran hanya empat sampai lima tangki, sehingga warga berebutan untuk mendapatkan air tersebut.

Yang dialami warga perumahan Gesya ini juga dialami warga di Perumahan Putera Jaya, Tanjunguncang, Batuaji. Cekcok mulut hingga perselisihan sesama warga kerap terjadi karena persoalan krisis suplai air bersih ini. Air dari pipa yang sudah lama tidak mengalir lancar, ditambah lagi dengan suplai layanan ekstra mobil tanki yang terbatas, tentu membuat sesama warga saling sikut.

”Tak maksimal solusi sementara dengan suplai air tangki ini. Bisa bacok-bacokan orang nanti karena rebutan air ini. Mohonlah ini diperhatikan betul karena bisa membuat suasana kehidupan bertetang-ga tidak harmonis, ” ujar Ikhsan, perangkat RT di Perumahan Putera Jaya. (*)

 

Reporter : Eusebius Sara, Arjuna

spot_img

Update