Rabu, 15 Januari 2025

Balai Karantina Hewan Jamin Kesehatan Produk Perikanan untuk Ekspor

Berita Terkait

spot_img

batampos – Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri), menjamin kesehatan komoditas perikanan senilai Rp1,2 miliar rupiah tujuan Hongkong pada 8 Agustus 2024.

Jaminan terhadap kesehatan produk perikanan tersebut terdiri dari 9.891 ekor kerapu hidup, 330 ekor lobster, dan 423 ekor ikan kakatua.


Kepala Karantina Kepri, Herwintarti mengatakan, seluruh hasil perikanan itu merupakan tangkapan dan hasil budidaya nelayan sekitar Desa Sedanau, Natuna, yang mayoritas mempunyai keramba jaring apung. Serta berasal dari daerah sekitar yaitu Pulau Laut, Pulau Tiga, Midai, Subi, Serasan dan Ranai, yang merupakan hasil usaha ekonomi kerakyatan.

Menurutnya, secara garis besar hingga awal Agustus 2024, komoditas unggulan Karantina Kepri dari sektor perikanan dengan volume tertinggi adalah kepiting sebanyak 545.080 ekor, lobster tawar 362.640 ekor dan benih vaname sejumlah 237.581 ekor.

Sedangkan dilihat dari nilai ekonominya, nilai tertinggi adalah kerapu yaitu Rp18,42 miliar, diikuti kepiting Rp15,27 miliar, dan ikan betutu senilai Rp4,2 miliar rupiah. Negara tujuan ekspornya adalah Singapura, Tiongkok dan Hongkong.

Kepala Karantina Kepri, Herwintarti saat seremonial sertifikasi komoditas ikan di Natuna. (Balai Karantina Kepri untuk Batam Pos)

Untuk pengiriman dari Natuna, hingga Juli 2024 jumlah ekspornya adalah sebanyak 47.637 ekor ikan hidup yang terdiri dari kerapu cantang, kerapu macan, kerapu bakau dan lainnya dengan nilai ekonomis mencapai Rp6,28 miliar rupiah.

Herwintarti menyebut, bahwa letak geografis Kepri yang strategis berada di jalur pelayaran internasional, dan berbatasan langsung dengan Vietnam, Kamboja serta Malaysia memiliki potensi dan tantangan yang besar dalam pembangunan perikanan, terutama Kepri dengan luas wilayahnya 96 persen adalah perairan.

“Kabupaten Natuna banyak terdapat hasil alam dari tumbuhan seperti kelapa dan cengkeh yang memiliki potensi dan daya saing yang tinggi, sehingga didukung untuk dapat hilirisasi ekspor langsung ke negara tujuan serta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Natuna. Selain itu, Kabupaten Natuna merupakan lumbung sapi dan peternakan terbesar di Kepri yang mampu memasok sapi untuk kebutuhan Kepri,” katanya, Jumat (9/8).

Dengan potensi yang tinggi, di Kepri juga memiliki beberapa tantangan, diantaranya masih terdapat tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan, seperti Bandara Raden Sadjat, Pelabuhan Penagi, Selat Lampa dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan yang berpotensi menjadi empat pemasukan dan pengeluaran yang tidak resmi baik untuk komoditas hewan, ikan, tumbuhan maupun produknya. Sehingga Karantina Kepri terus bekerja sama dan menjalin sinergi dengan instansi terkait.

Upaya percepatan serta dorongan sertifikasi dan jaminan kesehatan terhadap produk hewan, ikan dan tumbuhan ekspor tersebut sejalan dengan arahan Kepala Badan Krantina Indonesia, Sahat M Panggabean yang meminta agar karantina terus mendorong percepatan layanan untuk memperlancar tata niaga perdagangan. Selain itu juga berguna memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dengan terus membangun sinergitas berkelanjutan dan implementasi sistem layanan digital secara integrasi.

Herwintarti juga menjelaskan, kegiatan ekspor merupakan salah satu poin penting pada sistem perkarantinaan yaitu dalam rangka mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina serta pengawasan atau pengendalian terhadap keamanan pangan juga mutu pangan yang dimasukkan ke dalam, tersebarnya dari suatu area ke area lain, atau dikeluarkan dari wilayah Indonesia.

Sekaligus juga menjadi economic tools dalam mengawal hilirisasi komoditas pertanian dan perikananan menuju ke pasar global. Alhasil, pada akhirnya dapat menyumbang devisa untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Terselengaranya sistem perkarantinaan hewan, ikan dan tumbuhan, hilirisasi ekspor serta digitalisasi dan percepatan layanan perkarantinaan adalah upaya untuk melindungi kekayaan keanakeragaman hayati Indonesia yang memerlukan dukungan dan kerjasama. Sinergitas seluruh instansi terkait juga ikut diperlukan untuk pengawasan bersama secara kuat,” ujar Herwintarti. (*)

 

Reporter: Arjuna

spot_img

Update