Rabu, 4 Desember 2024

Amati Kopi Hidupkan Musik Jazz di Batam

Berita Terkait

spot_img
Suasana panggung di Amati Jazz Night. Foto: Arjuna/ Batam Pos

batampos – Amati Jazz Night, sebuah panggung bagi para musisi jazz di Batam untuk unjuk gigi dan eksis kembali. Event ini konsisten ditaja oleh Amati Kopi Batamcenter pada setiap Jumat malam.

Acara ini tidak hanya menjadi panggung bagi musisi lokal saja, tapi juga diramaikan oleh musisi internasional. Inisiatif ini diprakarsai oleh Lutfi Prakarsa, yang tak lain merupakan Owner Amati Kopi. Ia ingin mengubah cara masyarakat Batam menikmati musik jazz.


“Tiap Jumat malam kita mengadakan Amati Jazz Night. Kami bekerja sama dengan para musisi jazz di Batam. Tujuannya adalah bagaimana cara kita menghidupkan komunitas jazz di sini,” kata Lutfi, Jumat (6/9).

Tak tanggung-tanggung, dia berkomitmen untuk menghadirkan musisi internasional setiap bulan. Untuk kali ini, yang mengisi acara adalah salah seorang musisi jazz asal Filipina. Ke depan, ada rencana dari dia dan rekan-rekan untuk mendatangkan musisi dari Singapura, Swedia, hingga Italia untuk jamming bersama.

Amati Jazz Night ini sebenarnya dimulai pada bulan Agustus lalu dan sekarang sudah memasuki gelaran kelima. Menurut Lutfi, respons dari pengunjung sangat positif. Tamu yang datang ke kafe justru merasa bahwa jazz yang sebelumnya dianggap sebagai musik ‘rumit’, nyatanya dapat dinikmati secara santai sambil menikmati secangkir kopi.

“Mindset orang itu kalau dengar musik jazz pasti ribet. Tapi ternyata sambil ngopi pun bisa menikmati,” ujarnya.

Secara persona, Lutfi merasa bahwa jazz adalah genre musik yang unik dan seimbang. Jazz memberikan ruang bagi setiap pemain untuk menunjukkan kemampuannya. Meski dia bukanlah seorang musisi jazz, kecintaannya terhadap jenis musik ini sudah muncul sejak SMA.

“Saya pribadi lumayan menggemari jazz. Musisi favorit saya seperti Frank Sinatra, Eumir Deodato, sampai Earth, Wind and Fire. Jazz ini bisa dinikmati kapan saja,” katanya.

Saking sukanya dengan jazz, Lutfi bahkan rutin menghadiri konser jazz, mulai dari Prambanan Jazz, hingga Borobudur Jazz. Ia pernah terlibat dalam tim penyelenggara beberapa acara jazz besar, yang pada akhirya semakin memperdalam kecintaanya pada genre musik tersebut.

Salah satu musisi yang tampil di Amati Jazz Night, Chepy Sukardi, bersyukur atas adanya acara ini. Kata dia, banyak kafe di Batam, tapi tidak banyak yang menyuguhkan musik jazz.

Menurutnya, potensi jazz di Batam sebenarnya besar, dengan banyaknya band jazz dan penikmat musik. Namun, kesempatan untuk tampil secara reguler masih terbatas, bahkan sangat minim.

“Kalau lebih banyak kafe yang terbuka buat musisi jazz bermain, saya rasa teman-teman bakal senang,” katanya.

Chepy sedikit bercerita tentang bagaimana ia mencintai jazz, dan itu bermuka sejak 1997 silam. Awalnya ia tertarik dengan musik rock. Namun, sebuah workshop jazz yang diikutinya di Bandung membuat dia jatuh hati pada jazz.

Dia kemudian membawa jazz kembali ke Batam saat pulang dari Bandung circa 2003 lalu. Meski pada masa itu hanya sedikit tempat yang menyediakan panggung bagi jazz.

“Dulu banyak hotel yang menyediakan musik smooth jazz, tapi sekarang sudah jarang,” kenang Chepy.

Baik Lutfi maupun Chepy sepakat bahwa anggapan jazz adalah ‘musik orang kaya’ tidak sepenuhnya benar. Jazz adalah musik yang keluar dari hati. Stereotip jazz ialah musik golongan berdasi lengkap dengan jas rapi patah dengan banyaknya musisi-musisi yang membawakan jazz di jalanan. Ya, artinya jazz itu universal.

“Mungkin setiap bulan, kami akan bekerjasama dengan musisi internasional untuk terus menghadirkan jazz di Amati Kopi. InsyaAllah,” ujar Chepy. (*)

Reporter: Arjuna

spot_img

Update