Sabtu, 30 November 2024
spot_img

Kota Elit, Air Sulit, Warga Menjerit

Berita Terkait

spot_img
ilustrasi

batampos – Kota Batam yang dikenal sebagai salah satu pusat industri dan perdagangan di Indonesia, kini tengah menghadapi masalah serius: krisis air bersih berkepanjangan.
Setelah pengelolaan air bersih beralih dari PT Adhya Tirta Batam (ATB) ke konsorsium baru PT Air Batam Hilir (ABH), warga semakin merasakan sulitnya mendapatkan pasokan air yang stabil. Mirisnya, di tengah kemajuan pesat sebagai kota modern, distribusi air di Batam justru semakin sulit, warga pun menjerit.

Tak sedikit keluhan disampaikan oleh para pelanggan. Mereka bahkan sampai merogoh kocek dalam-dalam jika aliran air mati. Semua demi kebutuhan sehari-hari.
Salah satunya dirasakan Silvania, warga Taman Baloi Mas, Batam. Alih-alih bisa merasakan manfaat lebih usai pergantian pengelola, malah situasi buruk terjadi saat ini.


”Dulu nggak gini-gini amat. Malah lebih baik. Harapan pelanggan itu pergantian dari ATB ke yang sekarang tentu pelayanan lebih baik, ini malah tambah buruk,” katanya, Sabtu (14/9).
Suplai air, diakuinya, acap kali mati. Waktunya pun tak menentu. Belum lagi ada kejadian seperti kebocoran pipa dan lain sebagainya yang membuat aliran air ke rumah-rumah pelanggan tersendat.

”Kemarin itu pas di depan Indomobil (pipa bocor). Berhari-hari mati air. Saya aja sampai beli air galon, bahkan sampai pindah menginap ke hotel agar bisa mandi,” ujarnya.
Daerah lain di Batam yang kerap mengalami mati air yakni di Tanjungsengkuang. Beberapa waktu yang lalu, hal serupa terjadi di sana akibat dari perbaikan pipa di Perumahan Happy Garden Nagoya.

”Dua hari ini air mati lagi di wilayah Tanjungsengkuang. Kemarin ada kebocoran pipa di Panbil lewat informasi dari ABH (PT Air Batam Hilir) di Instagram resminya. Tapi diinformasi tak disebut wilayah Batuampar dan sekitarnya terdampak, melainkan sebagian wilayah Batamcenter, tapi kok air tetap ngadat di wilayah Batuampar,” ujar salah seorang warga Tanjungsengkuang, Ratna.

Belum lagi kita berbicara daerah seperti Batuaji, Sagulung, hingga Tanjunguncang. Di daerah-daerah itu bisa dibilang darurat air bersih. Dan sampai sekarang tak ada penyelesaian dari konsorsium.

Perumahan Citra Batam contohya, ratusan warganya akhirnya menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, Senin (9/9) lalu. Mereka menuntut perbaikan segera terhadap masalah pelayanan air yang tidak optimal selama lebih dari dua tahun, serta ketidakpedulian dari PT Air Batam Hilir (ABH).

Ketua RT02/RW01 Citra Batam, Edi Fitria menjelaskan bahwa warga telah mengalami masalah air yang hanya mengalir sporadis tidak teratur antara pukul 01.00 WIB hingga 04.00 WIB dini hari.

“Meski PT ABH telah melakukan pengecekan, tidak ada tindakan lanjutan yang diambil. Warga juga melaporkan bahwa mereka dilarang untuk melakukan demo,” ujarnya.

Upaya warga terkait masalah ini telah dilakukan sejak Juli lalu dengan menyurati BP Batam,

PT ABH, dan SPAM, namun hingga kini belum ada solusi yang jelas.

Kekecewaan warga semakin mendalam ketika seorang lansia mengalami saraf kejepit akibat menampung air hujan karena selama seminggu tidak ada pasokan air bersih,†terangnya.
Warga menuntut BP Batam untuk menegur PT ABH, yang dianggap gagal dalam penyediaan air bersih. Mereka meminta normalisasi saluran air dan peningkatan kualitas air yang saat ini sangat keruh dan berbau lumpur.

Dengan jumlah penduduk sekitar 3.500 jiwa di Citra Batam, demonstrasi ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini.

Edi menegaskan, aksi itu murni sebagai bentuk keluhan terhadap pelayanan yang buruk, bukan untuk kepentingan politik.

“Dampaknya ke warga, terutama lansia, anak sekolah, dan pelaku usaha, sangat terdampak oleh masalah ini,” ujarnya.

Warga berencana terus memantau kinerja PT ABH dan akan menempuh jalur hukum jika kesepakatan mengenai perbaikan tidak terpenuhi.

“Kami bakal terus memantau kinerja mereka pasca ini dan berharap segera diperbaiki, jika tidak kami bakal menempuh jalur hukum,” tutupnya.

Soal gangguan suplai air bersih di Batam ini juga sudah sering diingatkan oleh Ombudsman RI perwakilan Kepri. Keluhan masyarakat makin hari kian meluas.

”Banyak pipa-pipa yang jadi pemicu penurunan debit air. Apapun itu, ini bentuk kegagalan SPAM Batam dan operator. Seharusnya mitigasi dan antisipasi terkait persoalan air ini, baik hulu sampai hilir ke pelanggan sudah dituntaskan,” kata Kepala Ombudsman RI perwakilan Kepri, Lagat Parroha Patar Siadari.

Belum lagi mengenai pipa air yang kerap bocor. Bagi Lagat, sudah waktunya dilakukan peremajaan pipa. Selain itu, ia risau konsorsium air bersih di Batam hanya mengandalkan pemasukan atau pendapatan dari bisnis air.

”Apakah ada nilai investasi BP Batam terhadap pengelolaan air ini? Karena selama ini kita tidak dengar ada nilai investasinya. Saya khawatir ini hanya mengandalkan pemasukan pendapatan dari air. Kalau itu pun, harusnya cukup karena air di Batam ini laris manis. Harusnya Pendapatan diputar lagi untuk pengembangan yang baik,” kata Lagat.

Ia harap, konsorsium air bersih dapat bekerja maksimal dalam memenuhi kebutuhan hak dasar masyarakat di Batam. Pelanggan membayar untuk itu, maka mereka berhak mendapatkan pelayanan yang optimal.

”Kalau kita komparasikan dengan masa ATB, jelas ATB lebih baik dari yang sekarang ini. Itu fakta yang tidak terbantahkan. Ingat, masyarakat bayar. Mereka berhak mendapatkan pelayanan air bersih yang terbaik,” ujar dia.

Corporate Communications PT ABH, Ginda Alamsyah mengatakan, dalam kurun waktu hampir satu dekade, pemerintah hanya mampu meningkatkan pasokan air dari 3.500 liter per detik (lps) menjadi 3.850 lps atau naik 350 lps.

“Kenaikan ini terjadi berkat dibangunnya Instalasi Pengolahan Air Mukakuning 2 dengan kapasitas 350 lps pada September 2023. Namun, pertumbuhan rata-rata pasokan air hanya sekitar 1 persen per tahun,” ujarnya, Jumat (13/9).

Sementara, jumlah pelanggan air bersih di Kota Batam terus meningkat. Mencapai 320.528. Meningkat signifikan dibandingkan tahun 2021 yang hanya sekitar 280 ribu pelanggan. Ya, Batam memang terus berkembang pesat. Dari sisi pertumbuhan ekonomi pada 2022 mencapai 6,8 persen, dan meningkat menjadi 7,04 persen pada 2023. Diperkirakan, angka ini akan terus naik hingga lebih dari 7 persen pada 2024. Sejalan dengan itu, permintaan air bersih akan terus meningkat pula.

Ironisnya, kemajuan ekonomi yang pesat tidak diiringi dengan peningkatan infrastruktur air bersih yang memadai. Kebutuhan air terus meningkat, tapi kapasitas pasokan tidak mampu mengejar perkembangan kota yang semakin padat.

Ginda mengakui, adanya daerah-daerah di Batam yang mengalami krisis air, namun ia enggan merinci lokasi-lokasi tersebut. Beberapa wilayah seperti Geysa Eterna Marina, Bengkong Nusantara, Kampung Utama, dan Putra Jaya hanya mendapatkan pasokan air beberapa jam sehari.

Situasi ini tentu mengecewakan, terutama bagi warga yang hidup di kota yang kerap digadang-gadang sebagai salah satu kota modern dengan pembangunan infrastruktur terpesat di Indonesia.

Di tengah keterbatasan air, BU SPAM sebagai penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bersama PT Air Batam Hilir, berjanji akan terus memperbaiki jaringan distribusi air agar dapat menjangkau seluruh wilayah Batam.

Selain itu, BP Batam telah mendapatkan bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp500 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan pasokan air sebesar 730 lps melalui pembangunan infrastruktur yang dijadwalkan selesai pada Desember 2024.

”Kami harap pasokan air ini akan mencukupi kebutuhan hingga akhir 2026,” kata Ginda.
Di balik janji-janji tersebut, warga Batam masih harus bersabar menghadapi kenyataan pahit. Konsorsium air bersih berulang kali menjanjikan perbaikan juga mengantisipasi kerusakan komponen penyuplai air, tetapi pasokan air yang tidak merata dan seringkali tersendat masih menjadi masalah sehari-hari.

Bahkan, PT ABH dan BU SPAM sudah bersiap untuk mengambil langkah darurat apabila ada warga atau daerah yang tidak mendapatkan air sama sekali–katakanlah penyaluran tangki air, menunjukkan betapa mendesaknya situasi saat ini. Tapi tetap saja itu tak begitu membuahkan hasil.

Kota Batam, yang berkembang pesat dengan gedung-gedung megah dan kawasan industri yang maju, kini menghadapi kenyataan bahwa infrastruktur dasar seperti air bersih saja masih jauh dari memadai.

Di tengah ambisi untuk menjadi kota modern, masalah air bersih yang tidak kunjung teratasi menjadi ironi pahit bagi rakyatnya. Air mana? Itu menjadi pertanyaan warga setiap harinya. (*)

 

Reporter: Arjuna

spot_img

Update