Sabtu, 28 Desember 2024

Setiap Hari Batam Hasilkan 1.200 Ton Sampah

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi. Truk pengangkut sampah menurunkan muatan yang berasal dari sampah rumah tangga dan lainnya, di TPA Punggur, belum lama ini. Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos – Kamis siang (26/9), ratusan mahasiswa berkumpul di depan Kantor Wali Kota Batam, membawa pesan yang tak bisa diabaikan. Bukan soal Upah Minimum Kota, bukan pula tuntutan Uang Kuliah Tunggal, apalagi terkait Pilkada. Tuntutan mereka sederhana. Namun krusial, masalah sampah.

Di bawah terik matahari, suara-suara lantang menggema dari pengeras suara. Mereka menyampaikan keresahan tentang pengelolaan sampah di kota ini.


”Sampah menumpuk dan banyak berserakan di jalan,” kata Koordinator Lapangan Aliansi Pemuda Mahasiswa Batam (APMB), Habibi, yang memimpin aksi tersebut.

Keresahan ini bukan tanpa alasan. Masalah sampah di Batam sudah lama menjadi sorotan, namun belum ada solusi yang terasa nyata di lapangan. Di beberapa titik, sampah terlihat menumpuk hingga menggunung. Bahkan di sepanjang jalan-jalan utama, pemandangan plastik dan limbah lain berserakan, seolah menjadi bagian dari lanskap kota.

Keresahan para mahasiswa ini tentunya cukup beralasan. Hal ini jua membuat Pjs Wali Kota Batam, Andi Agung turun langsung mengecek pengelolaan sampah di Batam.

Lokasi yang ditinjau diantaranya TPA Punggur, Sekupang, dan lain-lain. Dia merasa miris dengan apa yang selama ini terjadi, bahkan menilai bahwa armada pengangkut sampah sudah tak layak pakai.

”Memang sudah tak layak pakai dan harus diganti. Sudah terduduk (rusak) semua barang (armada) itu,” kata dia

Pengelolaan atas sampah wajib dilakukan secara baik. Sementara bila dilihat kondisi saat ini, hanya 20 persen armada yang layak pakai, sedangkan sisanya dalam kondisi parah atau rusak berat.

”Jadi ini harus kami respons cepat. Buktinya usai turun ke beberapa titik, ada fakta bahwa memang armada harus diganti. Kalau diperbaiki, ongkosnya saja lebih besar dari pada beli armada baru,” kata Andi.

Pengelolaan sampah, menurutnya, adalah salah satu prioritas. Dia juga turut mendorong DPRD Batam untuk memprioritaskan pembelian armada baru.

”Batam adalah kota modern, kota wisata. Masa pengelolaan sampah seperti ini? Masalah pengelolaan sampah ini harus jadi prioritas untuk ditangani,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batam, penerimaan daerah dari persampahan itu mencapai Rp38 miliar per tahunnya. Dengan besaran angka segitu, ia menilai dananya harus dikembalikan lagi peruntukannya ke pengelolaan sampah.
Dengan demikian, Andi yakin problem yang selama ini terjadi dan dikeluhkan masyarakat dapat teratasi. Petugas kebersihan pun bakalan merasa nyaman apabila sedang bertugas dengan dibekali armada yang memadai.

”Kalau banyak sampah di jalan, artinya ada masalah dengan pengelolaan. Kepentingan saya di sini murni untuk penyelesaian persoalan sampah, dan kepentingan masyarakat Batam,” ujar dia.

Armada pengangkut sampah yang dimiliki saat ini adalah 140 unit, dan hanya 26 unit yang berusia lima tahun, sedangkan sisanya sudah berusia belasan tahun. Perlu langkah konkret lagi agar ada solusi dalam penyelesaiannya.

”Kalau sampah beres, maka kota ini juga akan bersih, dan indah. Sehingga impian untuk menciptakan kota yang modern dan maju bisa terwujud,” kata Andi.

Selain itu, langkah lainnya yang juga penting adalah memetakan lokasi TPS yang layak, dan mudah dijangkau masyarakat. Selain itu, pengangkutan sampah tepat waktu juga menjadi atensi.

”Masyarakat ini, kan, maunya sampah diangkut tepat waktu. Ini juga yang jadi faktor mereka (masyarakat) buang sendiri sampahnya, namun sayangnya tidak di tempatnya. Makanya perlu sekali pendataan TPS yang gampang dijangkau masyarakat,” kata dia.

Kepada masyarakat Batam, Andi mengimbau agar lebih peduli terhadap lingkungan. Ia mengajak agar masyarakat bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang bebas sampah.

DLH Batam, tak sepenuhnya salah dalam pengelolaan sampah. Ada aspek lain yang membuat DLH Batam tak berdaya menghadapi problem sampah di Batam.

Hal itu disampaikan oleh Pengamat Lingkungan, Hendrik Hermawan, beberapa waktu lalu. Dia menilai, rendahnya anggaran pengelolaan sampah di Kota Batam menjadi salah satu kendala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam mengelola sampah.

Selain itu, masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan ikut mempengaruhi hal tersebut. ”Saya melihatnya ada beberapa aspek. Dari sisi anggaran dan juga kesadaran masyarakat itu sendiri,” ujarnya, Rabu (27/6).

Tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur. F. Cecep Mulyana/Batam Pos

Kata Hendrik, Batam menghasilkan 1.200 ton sampah per hari. Tingginya tonase sampah ini tidak lepas dari budaya konsumtif masyarakat Batam. Bahkan, 70 persen dari sampah tersebut adalah sampah organik.

Produksi sampah di Batam, lanjut Hendrik, hampir sama dengan produksi sampah di Kota Surabaya, 1.500 ton per hari. Hanya saja dari sisi anggaran Batam kalah jauh dimana anggaran per tahun Surabaya mencapai Rp 300 miliar. Kalah jauh Batam yang hanya Rp 70 miliar per tahun.

”Dengan tonase yang hampir sama namun anggaran jauh berbeda ini tentu menjadi dilema. Karena bagaimanapun juga pengelolaan sampahnya itu tak lepas dari sisi anggaran. Makanya kita sering melihat di jalan armada tua dan bahkan melebihi kapasitasnya mengangkut sampah,” ucap Hendrik.

Problem sampah ditambah dengan kurangnya atau rendahnya kesadaran masyarakat atas problem sampah. Fenomena sampah berserakan di pinggir jalan, sudah menjadi hal yang lumrah. Harusnya, kata Hendrik, masyarakat paham problem besar dari sikap membuang sampah sembarangan.

”Mereka tak hanya melanggar Perda Nomor 2 tahun 2013, akan tetapi juga melanggar Perda no 4 tahun 2026 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,” ucap Hendrik.

Meskipun problem sampah Batam semakin rumit. DLH Batam masih tidak melakukan penambahan personel atau petugas kebersihan. Tidak ada penambahan petugas, disebabkan juga belum adanya penambahan armada di tahun 2024.

”Jumlah tenaga kebersihan saat ini ada 1.040 orang, dan belum ada rencana penambahan untuk tahun 2024. Kecuali jika ada penambahan armada, mungkin baru akan dibutuhkan tenaga tambahan seperti sopir,” ujar Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Batam, Eka Suryanto, Selasa (24/9) lalu.

Meskipun tidak ada penambahan personel, DLH Batam berupaya meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan, DLH Batam akan lebih fokus pada evaluasi pola kerja para petugas kebersihan yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat bekerja lebih efektif di lapangan.

”Kami akan terus mengevaluasi pola kerja mereka agar lebih optimal. Ini menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kinerja tanpa harus menambah jumlah personel,” ucap Eka.
Dia berharap dengan personel terbatas, DLH Batam tetap mumpuni dalam menjaga kebersihan kota, terutama dalam menangani volume sampah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan kota.

DLH Kota Batam telah mengusulkan penambahan 25 armada truk amrol sampah untuk tahun depan. Usulan ini, sebagai bagian dari rencana peremajaan armada truk sampah yang ada saat ini.

Peremajaan ini sudah seharusnya dilakukan. Sebab, dari 140 unit truk sampah yang beroperasi di Batam, sebanyak 52 unit sudah berusia lebih dari 10 tahun. Selain itu, lima unit truk berada dalam kondisi rusak parah dan tidak layak jalan, sementara belasan armada lainnya memerlukan pemeliharaan rutin bulanan.

”Insya Allah, di tahun 2025 nanti kita sudah usulkan untuk peremajaan dan penambahan armada truk baru,” ujar Eka. (*)

spot_img

Update