Kamis, 17 Oktober 2024

Harmonisasi SMK dan DUDI

Berita Terkait

spot_img
F Opini Ibu Emilia Harmonisasi SMK dan DUDI
Emilia Ayu Dewi Karuniawati, S.Pd., M.Par
Konsorsium Politeknik Se-Kepri
Direktur Politeknik Bintan Cakrawala)

Emilia Ayu Dewi Karuniawati, S.Pd., M.Par

Konsorsium Politeknik Se-Kepri
Direktur Politeknik Bintan Cakrawala

Batam sebagai kota industri menjadi tujuan bagi tenaga-tenaga kerja di Indonesia untuk mencari pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pekerja yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya adalah saya. Lalu, kemana masyarakat tempatan? Data yang diperoleh dari hasil survey yang dilakukan oleh tim konsorsium TKDV Kepulauan Riau menyatakan bahwa tingkat migrasi usia kerja ke Batam tinggi, hal tersebut terjadi karena peluang kerja yang besar di sektor industri. Hal ini mengakibatkan persaingan usia kerja di Kepri cukup tinggi (Gambar 1).

1 1

Gambar 1. Migrasi tenaga kerja di Kepulauan Riau
Berkaca pada fenomena tersebut dan dengan terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diharapkan dapat memberikan jawaban untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang kompeten. Pada saat ini peminatan masyarakat terhadap SMK semakin besar dengan harapan untuk dapat langsung terserap industri setelah lulus (Gambar 2).

2

Gambar.2. Ketertarikan masyarakat terhadap SMK
Demikian pula sebaliknya, dari industri berharap mendapatkan tenaga kerja muda yang proaktif, lincah dan kompeten. Sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dari masyarakat tempatan agar dapat menurunkan turn over karyawan yang diakibatkan karena keinginan untuk kembali ke daerah asalnya. Dalam perjalanannya, tenyata masih muncul gap antara kebutuhan dan ketersediaan (demand & supply) tenaga kerja tersebut.

Data jumlah pengangguran dari lulusan sekolah kejuruan dan pendidikan vokasi di Kepri cukup tinggi jika dibandingkan dengan sekolah non kejuruan dan pendidikan non vokasi (Gambar 3). Hal tersebut dikarenakan banyaknya peminatan terhadap SMK tidak diimbangi dengan kualitas lulusan yang dapat diterima oleh industri.

3

Gambar 3. Tingkat pengangguran lulusan vokasi vs non vokasi
Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa kualitas lulusan SMK sulit untuk bersaing di dunia industri? Beberapa kondisi yang terjadi adalah: Ketidaksesuaian kurikulum di SMK yang mengakibatkan keterampilan yang dimiliki lulusan kurang relevan dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

BACA JUGA: Mahasiswa Polibatam Produksi Film Animasi Ficusia

Fasilitas praktek di SMK yang kurang memadai atau terbatas yang mengakibatkan siswa tidak mendapat kesempatan untuk melakukan praktek dengan teknologi terbaru.
Dari sisi pendidik/ guru kurang mendapat pelatihan atau enggan untuk mengikuti perkembangan terbaru di industri, sehingga metode pembelajaran yang digunakan kurang relevan. Hal ini berdampak pada ketidak sesuaian kompetensi antara lulusan dengan kebutuhan industri.

BACA JUGA: Bambang Hendrawan Pimpin Polibatam

Untuk menyikapi kondisi tersebut, maka dibutuhkan hubungan yang harmonis antara keduanya (SMK dan DUDI) agar kesenjangan yang ada dapat diminimalisir. Permasalahan tidak dapat diselesaikan hanya dengan memperbanyak magang atau praktek industri saja, tetapi yang terpenting adalah meningkatkan kualitas dan kompetensi dari pendidiknya. Pelatihan yang diberikan dan diikuti tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan administrasi di pelaporan dinas, tetapi juga perlu kesadaran bahwa kualitas lulusan serta serapannya di industri juga sangat penting.

BACA JUGA: Tim Robot Polibatam Juara 3, Kalahkan Cina

Dari sisi sekolah, perlu keselarasan dalam penyusunan kurikulum terkini sesuai dengan kebutuhan industri. Kurikulum disampaikan kepada siswa dengan metode pembelajaran yang menarik dan up to date. Project based leraning (PBL) dapat diterapkan juga di SMK dengan tujuan agar siswa dapat memunculkan kreativitasnya serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Hard skill dan soft skill harus seimbang agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Dari sisi industri, perlu dikaji kembali mengenai CSR yang dilakukan. Pelatihan kepada pendidik di SMK dapat menjadi kegiatan rutin, agar transfer knowledge tidak hanya ke siswa tetapi juga ke gurunya, dengan demikian industri akan sangat terbantu karena dasar-dasar keahlian dari industri telah mampu diberikan oleh guru di SMK.

BACA JUGA: 123 Mahasiswa se-Nusantara Hadir di Polibatam

Kolaborasi ini sangat dibutuhkan, untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK di Kepulauan Riau agar dapat bersaing di dunia global. Sehingga harapan dari masyarakat yang memilih SMK sebagai sekolah yang mencetak tenaga kerja yang terampil dapat terpenuhi. Ketika kolaborasi telah terjalin dengan baik, maka harmonisasi akan terwujud.

Harmonisasi sebagai proses penyelarasan berbagai elemen sehingga SMK dan DUDI dapat bekerja bersama secara efisien dan efektif. Dengan memastikan bahwa kurikulum dan pelatihan yang diberikan di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan standar industri. Sehingga ketika kesenjangan ketrampilan berkurang maka kualitas lulusan tentunya memiliki kompetensi yang relevan dan dapat di terima oleh industri. Kerjasama ini akan baik jika setiap pembaruan dan penyesuaian selalu dilakukan terus menerus karena perubahan akan terjadi seiring berjalannya waktu. (*)

spot_img

Update