Senin, 21 Oktober 2024

RSUD Tangani 36 Pasien DBD sejak Januari, 1 Pasien Meninggal Dunia

Berita Terkait

spot_img
rsudef
Ilustrasi. Suasana di RSUD Embung Fatimah Kota Batam. Foto: Dalil Harahap/ Batam Pos

batampos – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam mencatat sebanyak 36 pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sejak Januari hingga September 2024. Angka ini tergolong tinggi dan tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya.
Kondisi ini memerlukan perhatian dari semua pihak untuk bersama-sama menekan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sepanjang tahun ini, penyebaran DBD masih sama dengan tahun sebelumnya, sehingga perlu perhatian lebih untuk memerangi penyakit ini.

”Pada tiga bulan pertama, jumlah pasien cukup banyak. Ini perlu diwaspadai karena kita masih dalam musim hujan, yang tentunya meningkatkan risiko penyebaran DBD,” ujar Ellin Sumarni, Humas RSUD Embung Fatimah Batam, kemarin.

Ancaman mewabahnya DBD menjadi perhatian serius di masyarakat Batuaji dan Sagulung. Warga resah dengan keberadaan nyamuk dan jentik nyamuk, berharap program fogging atau pengasapan dari Dinas Kesehatan Kota Batam dapat digencarkan kembali.

”Kalau bisa, pengasapan perlu diperbanyak. Musim hujan ini membuat banyak drainase tergenang air, sehingga nyamuk berkeliaran siang dan malam,” kata Irma, salah satu warga Tanjunguncang, Batuaji.

Dari 36 pasien DBD yang dirawat di RSUD sepanjang tahun 2024, satu di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Pasien tersebut berusia lima tahun. Adapun, kasus DBD di rumah sakit ini didominasi oleh pasien anak-anak, meskipun ada juga remaja, dewasa, hingga lansia.

”Jaga kebersihan rumah dan lingkungan dengan pola 3M Plus: menguras bak penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air, serta menutup wadah penampungan air. Orang tua harus benar-benar memperhatikan kesehatan anak-anak mereka di rumah,” tambah Ellin.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmajardi, sebelumnya juga menyerukan hal yang sama. Ia meminta semua lapisan masyarakat untuk waspada dan tetap menjaga pola hidup sehat. Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang mengawasi pertumbuhan jentik nyamuk juga perlu diaktifkan kembali.

”Tetap harus waspada. Pola hidup sehat perlu diperhatikan, apalagi selama musim hujan ini,” ungkap Didi.

Ia menekankan bahwa penyebaran penyakit akibat sengatan nyamuk Aedes aegypti perlu diwaspadai, karena peluang mewabah kembali terbuka lebar selama musim hujan jika masyarakat lengah menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal atau kerja mereka.

”Kami dari Dinas Kesehatan telah menyerukan kepada setiap puskesmas dan kader (pos-yandu) untuk kembali mengaktifkan jumantik, baik yang dewasa maupun anak-anak. Ini adalah langkah yang paling efektif untuk mencegah DBD. Minimal satu rumah harus memiliki satu jumantik,” lanjutnya.

Bagi lingkungan yang belum memiliki jumantik, Didi berharap agar petugas dari Puskesmas segera bergerak, memanfaatkan anak-anak sekolah yang ada sebagai jumantik.

”Jumantik berfungsi untuk memantau jentik-jentik yang dapat menjadi bibit nyamuk di rumah. Jika ada, jumantik akan memberantasnya dengan berbagai cara yang sudah diajarkan,” jelasnya.

Selain fogging dari Dinas Kesehatan, masyarakat juga dihimbau untuk menerapkan pola 3M Plus yang sudah diajarkan, yaitu menguras, mengubur, dan menutup wadah penampu-ngan air, serta mengenakan alat pengaman anti nyamuk saat beraktivitas di luar rumah, seperti menggunakan cairan anti nyamuk dan kelambu saat tidur. (*)

 

Reporter : Eusebius Sara

spot_img

Update