batampos – Penumpukan sampah di pinggir jalan menuju kawasan galangan kapal Seilekop, Sagulung terus menjadi perhatian. Sampah rumah tangga, bekas material bangunan, pakaian bekas, hingga perabotan rusak berserakan di sepanjang jalan. Bahkan, saat ini sampah-sampah tersebut meluber hingga ke bahu jalan, menimbulkan aroma tak sedap yang semakin mengganggu, terutama saat musim hujan.
Masalah ini semakin parah dengan munculnya lalat, belatung, dan binatang lainnya di sekitar lokasi. Meski jauh dari permukiman warga, ancaman kesehatan dari penumpukan sampah ini tetap nyata, terutama bagi para pekerja galangan kapal yang setiap hari melewati lokasi tersebut.
Imron, salah seorang pekerja galangan kapal di Seilekop, mengungkapkan bahwa tumpukan sampah ini sudah berlangsung lama dan terus bertambah. Menurutnya, masyarakat sering kali membuang sampah sembarangan di tempat tersebut, bahkan ada yang menggunakan lori atau pikap untuk mengangkut sampah ke sana.
“Lokasi ini memang jauh dari permukiman, jadi susah dikontrol. Siapa saja bebas buang sampah di sini. Sudah lama kondisinya seperti ini. Apalagi musim hujan, baunya makin menyengat, dan banyak lalat serta ulat di sepanjang jalan,” keluh Imron saat ditemui di lokasi.
Bida Augusta, Lurah Seilekop, mengakui persoalan ini. Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah minimnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga dengan baik. Selain itu, ada juga beberapa RW yang menolak membayar retribusi sampah. Akibatnya, masyarakat dari wilayah tersebut lebih memilih membuang sampah sembarangan.
“Masalah ini sudah sering kami bahas bersama warga, tapi memang masih ada yang menolak bayar retribusi sampah. Satgas hanya mengangkut sampah dari lokasi yang membayar retribusi. Yang tidak, akhirnya membuang sampah ke pinggir jalan seperti ini. Masalah sampah memang rumit, tapi kami terus mencari solusinya,” ujar Bida Augusta.
Meski begitu, Satgas dari kecamatan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tetap berupaya membersihkan sampah di lokasi tersebut. Namun, tingginya intensitas pembuangan sampah liar membuat pekerjaan mereka sulit. Penumpukan terus terjadi, dan lokasi tersebut seperti tidak pernah benar-benar bersih.
Persoalan serupa juga ditemukan di beberapa lokasi lain di Sagulung. Misalnya, di pinggir jalan Kaveling Baru, Tembesi, hingga ruas jalan Trans Barelang menuju Seipelenggut. Situasi di tempat-tempat tersebut hampir sama, sampah terus bertambah, dan solusi yang ada belum efektif menghentikan kebiasaan buruk masyarakat.
Camat Sagulung, M. Hafiz Rozie, menegaskan bahwa masyarakat tidak seharusnya membuang sampah sembarangan. Pemerintah sudah menyediakan tempat penampungan sampah sementara serta armada pengangkut yang bekerja secara maksimal. Ia berharap masyarakat dapat lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dan memanfaatkan fasilitas yang ada.
“Tidak ada alasan untuk membuang sampah sembarangan. Kami harap masyarakat bisa lebih disiplin dalam mengelola sampah. Ini bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga kesehatan dan kenyamanan bersama,” kata Hafiz Rozie.
Masalah sampah di Seilekop dan sekitarnya menuntut perhatian serius dari semua pihak. Perlu sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sekaligus mengakhiri kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Tanpa langkah konkret, masalah ini hanya akan semakin parah. (*)
Reporter: Eusebius Sara