batampos – BAGI sebagian besar wisatawan, mengunjungi Batam belum lengkap rasanya tanpa berfoto dengan latar tulisan raksasa Welcome to Batam. Tulisan putih yang gagah itu menjadi simbol penyambutan hangat bagi siapa saja yang menginjakkan kaki di Kota Industri ini. Namun, cerita indah itu perlahan memudar.
Ada dua bangunan bertingkat kini berdiri di kawasan Welcome to Batam (WTB). Bangunan itu menghalangi pandangan ke arah monumen ikonik itu.
“Kalau monumen itu tidak tertutup bangunan, pasti lebih cantik. Saya sering lihat di TikTok dan Facebook, tidak ada bangunan yang menghalangi. Sekarang kalau foto, kurang estetik karena kelihatan bangunan itu,” kata wisatawan asal Malaysia, Fazila, Sabtu (14/12).
Fazila mengatakan, jika pembangunan terus berlangsung dan bangunan menjadi lebih tinggi, daya tarik WTB bisa hilang sepenuhnya.
“Orang datang ke sini mau ambil foto dengan latar belakang tulisan Welcome to Batam. Kalau tertutup, tidak ada gunanya lagi,” ucapnya.
Hal serupa dirasakan wisatawan asal Banten, Rizki Kurniawan. Dia sengaja menyempatkan waktu untuk mengunjungi WTB di sela-sela kunjungannya ke Batam. Akan tetapi, ia kecewa karena sebelumnya sering melihat monumen ini di media sosial tanpa halangan apa pun.
“Ini pertama kali saya ke Batam. Sayangnya, tulisan WTB tertutup bangunan. Padahal ikon ini salah satu daya tarik utama kota. Rasanya kurang estetik untuk foto. Setelah melihat langsung, jadi agak kecewa. Kalau nanti bangunannya lebih tinggi, akan tidak kelihatan sama sekali,” katanya.
Wisatawan asal Malaysia lainnya, Salleh, mengatakan, pembangunan pertokoan membuat hasil foto kurang bagus dan estetik.
“Tujuan datang ke Batam ialah untuk foto di sana. Tapi kondisinya sudah berbeda sekarang. Sudah ada ada bangunan alhasil kurang bagus fotonya,” ujar dia.
Sejak pertama kali dibangun di medio 2010 dengan anggaran Rp472,4 juta dari APBD Kota Batam, tulisan Welcome to Batam menjadi daya tarik tersendiri. Tak hanya wisatawan domestik, turis asing pun menjadikannya destinasi wajib. Kawasan ini hidup—pedagang kaki lima meramaikan suasana, penggiat wisata menjadikannya tempat strategis untuk memulai tur, dan wisatawan berbondong-bondong mengabadikan momen.
Kini, beberapa bagian dari tulisan Welcome to Batam tertutup. Tidak hanya memberikan efek kekecewaan dari para wisman maupun wisnu. Namun, juga para pedagang sekitar kawasan itu.
“Pedagang yang biasanya ramai berjualan di sini sekarang mengalami penurunan pendapatan. Nilai ekonominya turun drastis,” ujar pemandu wisata lokal, Rahmad.
Keberadaan bangunan baru ini tak hanya mengancam keindahan visual, tetapi juga keberlangsungan ekonomi para pedagang dan penggiat wisata di sana. Sebab, jumlah wisatawan berkunjung ke WTB semakin berkurang. Hal itu diungkapkan oleh Rahmad.
Ia mengatakan, sejak pembangunan dimulai di lembah Bukit Clara sekitar enam bulan lalu, jumlah wisatawan yang datang ke kawasan WTB menurun hingga 80 persen. Menurut dia, mayoritas wisatawan yang datang memiliki tujuan utama untuk berfoto dengan latar belakang monumen. Namun, setelah mengetahui monumen itu tertutup, banyak yang memilih langsung pulang tanpa mengambil foto.
Salah satu pedagang di kawasan Welcome to Batam, Firdan, menambahkan, tujuan orang datang ke sini biasanya untuk jajan kuliner dan bersantai. “Jika itu hilang, daya tarik kawasan ini pun akan berkurang,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Ardiwinata, menuturkan, ikon Welcome To Batam telah menjadi spot foto para wisatawan berkunjung ke Batam. Tentu sebagai warga Batam harus menjaga, kehadiran bangunan ruko tepat yang tak jauh dari ikon tersebut menjadi terganggu bagi para wisatawan untuk berfoto.
“Karena pengunjung wisatawan itu ingin melihat dan foto bahkan buat konten disana (WTB). Kami tetap berkomunikasi dengan travel agen agar persoalan ini diperhatikan atau pun wisatawan yang datang personal ke Batam,” kata dia, Sabtu (14/12).
Ardi menerangkan, semoga hal ini bisa dipahami oleh pemilik lahan tersebut dan stakeholder yang berkepentingan disana. “Karena dari kami wewenang dan tanggung jawabnya terbatas. Kemudian untuk pihak terkait memang banyak yang menanyakan ke saya dan telah disampaikan secara personal bagaimana hal ini bisa dipertahankan karena Batam membutuhkan destinasi seperti WTB menjadi daya tarik kota Batam,” ujarnya.
Untuk kepemilikkan lahan, Ardi mengatakan, terus intens menyampaikan persoalan ini kepada pihak terkait. Banyak masukan dan kritikan untuk WTB karena dinilai sudah tidak indah estetik lagi untuk spot foto.
“Beberapa masukan menyampaikan ke saya seperti travel agen yang membawa wisatawan, intinya kami juga berkomunikasi dengan Wali Kota Batam dan pihak terkait untuk persoalan ini,” ujarnya .
Kini, pertanyaan besar membayang: Akankah Welcome to Batam, ikon kebanggaan kota ini, hanya tinggal kenangan? Atau mungkinkah pemerintah dan masyarakat bisa bersinergi untuk menyelamatkan simbol penyambutan Batam yang telah mempersatukan banyak orang?
Waktu akan menjawab, namun harapan masih ada. Welcome to Batam, semoga tetap menjadi wajah ramah Kota Batam—dulu, kini, dan nanti. (*)
Reporter : ARJUNA / AZIS MAULANA