batampos– Ikon wisata kebanggaan Kota Batam, bukit Welcome To Batam (WTB), kini berada kekhawatiran wisatawan . Pembangunan deretan ruko di sekitarnya dinilai mengancam daya tarik visual yang selama ini menjadi magnet wisatawan.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menyerukan perlunya kajian mendalam untuk menyelamatkan ikon pariwisata ini dari potensi kehilangan identitasnya.
“Saya kira hal ini harus dibahas bersama Dinas Pariwisata dan instansi terkait. Apakah ada opsi agar ikon WTB tetap terlihat atau justru akan tertutup sepenuhnya? Ini perlu kajian bersama.
Saya baru bisa menjawab ini secara tuntas setelah 10 Februari 2025,” ujar Amsakar, Kamis (19/12).
Pembangunan ruko ini juga mendapat sorotan dari anggota Komisi III DPRD Batam, Suryanto. Ia menilai, kurangnya koordinasi lintas sektoral, khususnya antara Dinas Pariwisata, Dinas Cipta Karya, dan Badan Pengusahaan (BP) Batam, menjadi salah satu akar masalah.
“WTB adalah ikon wisata Batam. Tanggung jawab menjaga daya tariknya ada di Dinas Pariwisata dan Dinas Cipta Karya. Pembangunan ruko jelas berdampak pada visual ikon ini. Tapi, apakah sudah ada komunikasi terkait dampaknya? Karena pembangunan ini bukan proses singkat,” kata Suryanto.
Ia mendesak pemerintah daerah untuk segera berkoordinasi guna mencegah kerugian lebih besar bagi sektor pariwisata Batam.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Ardiwinata, juga mengakui gangguan yang ditimbulkan pembangunan ruko terhadap daya tarik WTB.
Menurutnya, Dinas Pariwisata telah menjalin komunikasi dengan agen perjalanan wisata untuk menyampaikan keluhan terkait dampak pembangunan ini. Namun, ia menyebut bahwa kewenangan dinasnya terbatas dalam menangani persoalan ini.
“Kami berharap pemilik lahan dan stakeholder terkait memahami pentingnya menjaga ikon wisata ini. WTB adalah simbol yang sangat berharga bagi pariwisata Batam dan harus dipertahankan,” tambahnya.
Sementara itu, para pengamat pariwisata menilai, ikon Welcome To Batam bukan sekadar simbol kota, tetapi juga elemen penting dalam strategi branding pariwisata Batam.
Mereka mengingatkan, konflik seperti ini berpotensi mengurangi minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. (*)
Reporter: Azis