batampos– Menjelang perayaan Imlek, suasana kawasan Nagoya, Lubuk Baja, mulai dipenuhi nuansa khas Imlek berbagai toko telah memamerkan ornamen perayaan, seperti hampers, angpao, lampion, hingga jeruk khas Imlek yang melambangkan keberkahan.
Di Komplek Pasar Bumi Indah, Toko Sempurna Jaya milik Herline menjadi salah satu pusat perhatian.
Toko ini menawarkan aneka hampers dengan harga mulai dari Rp100 ribu. Hampers, yang juga dikenal sebagai parcel, berisi berbagai makanan khas Tionghoa, wine, abalon, hingga sarang burung walet.
“Pelanggan dapat memesan isi hampers sesuai keinginan. Biasanya, permintaan mulai ramai tiga hingga empat hari sebelum Imlek,” ujar Herline, Sabtu (18/1).
Selain hampers, jeruk khas Imlek juga tersedia dengan harga mulai Rp100 ribu per kotak, berisi 14 hingga 50 buah. Jeruk ini menjadi simbol keberkahan dan hanya tersedia menjelang Imlek.
Sementara itu, pusat perbelanjaan di kawasan Nagoya pun ramai dikunjungi. Para pengunjung terlihat antusias membeli angpao, lampion, dan aksesori khas Imlek.
Menurut Wati, seorang pekerja di salah satu gerai, harga yang ditawarkan sangat bervariasi, menyesuaikan kebutuhan pelanggan.
Wakil Ketua III DPRD Batam, Hendra Asman, turut memberikan pandangannya terkait perayaan Imlek tahun ini yang bertepatan dengan tahun Shio Ular.
BACA JUGA:Â Libur Imlek, Wisman Singapura Ramai ke Batam
“Tahun Ular ini diyakini sebagai tahun yang baik, terutama bagi mereka yang bershio Tikus. Saya pribadi merasa tahun ini penuh energi positif, dan saya berharap masyarakat juga merasakan semangat baru,” ujarnya.
Hendra menjelaskan, tradisi menyambut Imlek dimulai sejak malam sebelum hari H, yang dikenal sebagai Sachakme. Pada malam spesial ini, keluarga Tionghoa biasanya berkumpul untuk makan malam bersama. Hidangan seperti dingkis (ikan khas Imlek), tahu, daun bawang, dan jeruk menjadi menu wajib, melambangkan doa dan harapan baik.
“Malam itu kami mengenakan pakaian merah sebagai bentuk rasa syukur. Setelah makan, anak-anak akan memberikan hormat kepada orang tua dengan bersujud sambil menyerahkan angpao. Sebaliknya, orang tua juga memberikan angpao kepada anak-anak sebagai simbol doa dan keberkahan,” tambahnya.
Hendra juga menekankan makna warna merah, yang dipercaya membawa keberuntungan dan berkah.
Dalam budaya Tionghoa, tradisi berbagi angpao memiliki makna mendalam. Orang yang belum menikah atau sedang berduka biasanya tidak memberikan angpao.
“Angpao bukan soal isi, tetapi doa dan harapan. Doanya adalah kesehatan, panjang umur, dan rezeki yang melimpah,” jelasnya.
Makna mendalam juga terdapat pada setiap hidangan yang disajikan, seperti ikan dingkis*.
“Uniknya, ikan dingkis saat Imlek selalu bertelur, melambangkan keberuntungan. Sementara itu, jeruk melambangkan kesempurnaan hidup,” ujar Hendra.
Perayaan Imlek di Batam tahun ini tidak hanya menjadi ajang belanja dan bersilaturahmi, tetapi juga sarat makna budaya yang mengakar kuat. (*)
Reporter: Azis