Minggu, 19 Januari 2025

Nelayan Batam Terancam Tidak Bisa Melaut Akibat Ancaman Buaya, Minta Perusahaan Bertanggung Jawab

Berita Terkait

spot_img
Nelayan tengah memasang alat penangkap ikan.

batampos – Kejadian lepasnya sejumlah buaya dari penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) yang berkeliaran di perairan sekitar Batam semakin memperburuk kondisi para nelayan pesisir di Batam. Akibat ancaman keselamatan yang ditimbulkan oleh buaya-buaya tersebut, banyak nelayan yang kini tidak berani melaut.

Mereka khawatir jika tetap melaut, nyawa mereka bisa terancam. Padahal, bulan Januari, terutama menjelang perayaan Imlek, adalah waktu penting bagi mereka untuk memperoleh hasil tangkapan khususnya ikan Dingkis yang menjadi sumber pendapatan utama.


Hasim, tokoh masyarakat pesisir Batam, mengungkapkan kekecewaannya kepada perusahaan yang dinilai bertanggung jawab atas insiden ini. Menurutnya, pihak perusahaan sama sekali tidak pernah turun tangan untuk menangani masalah tersebut. Padahal dampaknya sangat besar bagi nelayan.

“Pihak perusahaan tidak turun ke lapangan untuk mencari buaya yang lepas. Malahan, nelayan yang diminta untuk menangkap buaya yang lepas dengan upah Rp 1 juta untuk yang hidup dan Rp 500 ribu untuk yang mati. Sementara itu, nelayan kami bertaruh nyawa untuk menangkap buaya-buaya ini agar tidak ada korban jiwa, dan agar anak-anak mereka bisa aman bermain di pinggir laut,” ujarnya, Minggu (19/1).

Selain itu ia menilai perusahaan tersebut tidak transparan dan enggan bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh nelayan.

“Perusahaan hanya mengakui ada lima ekor buaya yang lepas, tetapi saya yakin lebih dari 50 ekor yang lepas. Ini sudah sangat merugikan nelayan, yang seharusnya bisa melaut untuk mencari ikan, terutama menjelang Imlek. Sekarang nelayan kita tak berani untuk turun ke laut, ” tegas Hasim.

Hasim (kiri), tokoh masyarakat pesisir Batam.

Situasi ini semakin memperburuk kondisi para nelayan yang tergantung pada hasil laut untuk menyambung hidup mereka. Mereka kini terancam kehilangan kesempatan untuk memperoleh penghasilan pada bulan yang seharusnya menjadi waktu panen bagi mereka. Selain itu, banyak nelayan yang kini merasa tertekan dengan tanggung jawab besar untuk menangkap buaya yang lepas, sementara mereka sendiri juga khawatir akan keselamatan mereka.

“Nelayan tidak hanya takut melaut, mereka juga takut akan keselamatan anak-anak mereka di pinggir laut. Kami meminta pihak perusahaan untuk bertanggung jawab, terutama untuk nelayan yang berada di tiga kecamatan pesisir Batam ini,” tegasnya.

Masyarakat pesisir Batam, yang juga terdampak, berencana untuk mengorganisir sekitar 3.000 orang untuk mendatangi perusahaan tersebut jika masalah buaya yang lepas tidak segera ditangani. Hasim menyatakan bahwa aksi tersebut bertujuan untuk menuntut perusahaan agar segera bertanggung jawab atas kejadian ini dan memberikan solusi yang memadai bagi nelayan yang kesulitan.

“Kami tidak bisa tinggal diam jika perusahaan tidak bertanggung jawab. Kami akan datang langsung ke perusahaan untuk menuntut mereka memberikan solusi yang jelas. Ini sudah menyangkut keselamatan nelayan dan kelangsungan hidup mereka,” ujar Hasim dengan tegas. (*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update