batampos– Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, mengungkapkan bahwa terdapat 21 titik banjir di Batam yang membutuhkan penanganan serius dengan estimasi biaya mencapai Rp19 miliar.
Ia berencana untuk mengunjungi DKI Jakarta pada 23 Januari mendatang. Tujuannya untuk melihat langsung keberhasilan Jakarta dalam mengatasi genangan air yang sebelumnya kerap menjadi permasalahan ibu kota.
Keberhasilan Jakarta dia harapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi Batam dalam upaya penanganan banjir.
“Saya akan mengunjungi DKI Jakarta untuk melihat langsung bagaimana landing station itu dibuat dan bagaimana model tata kelolanya,” katanya, Minggu (19/1).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sistem penanganan banjir di Batam akan mencakup penggunaan pompa, sumur resapan, serta detail engineering design. Berdasarkan analisis sementara dari konsultan, Batam membutuhkan 12 pompa untuk menangani 21 titik banjir yang ada.
BACA JUGA: Amsakar-Li Claudia Tinjau Lokasi Longsor dan Banjir di Batam, Berikan Bantuan ke Warga Terdampak
“Satu titik banjir diestimasi membutuhkan anggaran sekitar Rp19 miliar. Anggaran ini mencakup pembangunan landing station, instalasi pompa, sumur resapan, hingga perencanaan teknis yang matang,” kata Amsakar.
Pemerintah pun tak berkelit bahwa banjir disebabkan juga akan daya tampung saluran yang sudah tak mampu menampung debit air. Kawasan Jodoh dan Nagoya, misalnya. Lingkungan di sana sudah tertata, meliputi bangunan, jalan, maupun drainase. Mustahil jika konturnya dinaikkan. Sementara, syarat pengaliran lewat gravitas itu cuma mengandalkan kemiringan tanah.
“Kinerja drainase tidak semuanya maksimal. Ada juga beberapa memang persoalan utilitas di dalam saluran yang mengganggu aliran. Kalau untuk Batam ini, 100 persen masih memanfaatkan pengaliran gravitasi” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA) Batam, Suhar, tempo lalu.
Kapasitas saluran air di lingkungan yang dimaksudkan itu sudah maksimal. Secara logika, jika badan jalan diambil untuk pelebaran drainase, sama dengan mengambil badan jalan. Itu tidak mungkin dilakukan.
“Fakta yang kita hadapi di sana, kita tak bisa melebarkan saluran, kita tidak bisa meninggikan lingkungan. Kapasitas tetap sama. Kita juga tidak bisa menjamin kecepatan aliran karena kemiringan saluran sedikit. Satu-satunya upaya pengentasan masalah banjir yakni dengan dipompa,” kata dia.
DBM-SDA bakal segera membahas dan mengusulkan pengadaan sistem pompa air tersebut ke DPRD Batam. Satu unit pompa semi lengkap berserta konstrukainya, ditaksir mencapai Rp20 miliar.
Sistem pompa itu dinilai yang paling efektif mengatasi banjir, sebab mampu membuang 1.800 kubik air per menit. Untuk tahap awal, paling tidak Batam membutuhkan empat hingga lima titik penempatan pompa air.
“Marina, Bengkong, itu juga dibutuhkan (pompa air). Sementara Jodoh, Nagoya, mungkin ada tiga kebutuhan. Kita bukannya mengistimewakan kawasan Jodoh dan Nagoya, tapi memang sekarang di sana itu lebih rentan banjir,” ujar Suhar.
Ia melihat, bahwa solusi pengentasan masalah banjir harus secara komprehensif dan tidak serta merta dengan solusi teknis semata. Solusi komprehensif yang dimaksud mulai dari pendekatan kebijakan, sampai ke teknisnya. Hal itu harus berjalan bersamaan.
“Sedapat mungkin kita bisa mempertahankan daerah resapan yang masih tersisa. Paling tidak mengurangi air limpasan,” kata dia. (*)
Roporter: Arjuna