Senin, 11 November 2024

Ada Konflik Antara Satwa dengan Manusia di Batam

Berita Terkait

spot_img

 

batampos – Satu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bernasib tragis di Kota Batam, Kepulauan Riau, baru-baru ini. Ia dibunuh setelah dianggap mengganggu warga di daerah Kecamatan Batam Kota.

Ilustrasi. Foto: Jawapos.com

Sepanjang tahun 2022 hingga Januari 2023, Seksi Konservasi Wilayah II Batam menangani 15 kejadian interaksi negatif antara manusia dengan satwa monyet ekor panjang di kota Batam.

Sebagian besar kejadian kasus terjadi di kawasan pemukiman masyarakat , terutama yang berbatasan dengan kawasan hutan atau pemukiman yang dulunya berupa kawasan hutan kini terus di gerus oleh pembangunan kota dan pemukiman warga

“Terdapat dua kasus terjadi karena manusia yang memelihara monyet ekor panjang secara ilegal. Beberapa kejadian interaksi negatif antara monyet ekor panjang dengan manusia,” ujar Kasi Konservasi Wilayah Kepri, BKSDA Riau, Decky Indra Prasetya, Sabtu , (14/1/2023).

Peristiwa kasus ini terjadi di pemukiman yang berada di wilayah Nongsa, Batam Center, dan Tiban, seperti di Perumahan Citramas Indah, Polda Kepri, Bandara Hang Nadim, PT Ecogreen Oleochemical, Baloi Indah, Tiban Housing, dan daerah lainnya di kota Batam.

“Laporan ini yang kita terus amati setahun terakhir di beberapa titik tersebut,”jelasnya.

Jumlah populasi monyet yang berinteraksi negatif dengan manusia adalah sebanyak lebih dari 54 ekor dan sebanyak 40 ekor berhasil direlokasi, dan sisanya monyet tersebut melarikan diri ke kawasan hutan terdekatnya.

“Ada beberapa faktor penyebab terjadinya hal tersebut seperti perubahan habitat yang masif, Keterbatasan habitat pakan di alam, serta proses habituasi oleh manusia seperti pemberian pakan oleh manusia,”sebutnya.

Decky menjelaskan pembukaan kawasan berhutan menjadi terbuka tanpa memperhatikan kondisi ekosistem yang sudah terbentuk pada lokasi tersebut membuat keberadaan satwa monyet tidak diperhatikan.

“Kawasan yang berubah dari berhutan menjadi kawasan terbuka, dan monyetnya terkurung pada lokasi tersebut,”ujarnya.

Ia menambahkan, belum lagi dengan kebiasaan baik langsung ataupun tidak langsung, kondisi tempat pembuangan sampah yang tidak tertutup, tanaman buah-buahan yang berada di pemukiman, dan manusia yang sengaja memelihara monyet.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Seksi Konservasi Wilayah II Batam, lokasi habitat alami monyet ekor panjang di Batam diantaranya di hutan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, hutan lindung Tiban, Sei Harapan, Sei Baloi, Sei Ladi, Sei Tembesi, Sagulung.

Sementara yang merupakan habitat alami monyet yang berbatasan dengan pemukiman wilayah Tiban,Sekupang, Batam Kota, Sei Beduk, Batu Aji, Lubuk Baja

“Dengan estimasi 20 kelompok monyet ekor panjang dengan estimasi 3 sampai 15 individu monyet per kelompoknya,” ujarnya.

Begitu juga di Hutan lindung Kampung Dalam, Teluk Joi, Dangas, Tanjung Sembur merupakan habitat alami monyet ekor panjang yang berada di wilayah Sekupang. (*)

 

spot_img

Update