Minggu, 22 September 2024

Atasi Banjir, Pemko Kaji Pakai Sistem Pompa di Daerah Terdampak Pasang Air Laut

Berita Terkait

spot_img
Suhar e1640158763112
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batam Suhar. (JPG)

batampos– Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Batam menyebutkan, banjir yang merendam kota Batam akibat curah hujan yang tinggi sejak Kamis (30/11) hingga malam. Tingginya curah hujan dibarengi air laut pasang sehingga membuat air merendam sejumlah wilayah di Batam.

Di Seraya, persisnya depan Rumah Sakit Harapan Bunda, banjir misalnya, dalam video yang beredar di grup WhatsApp, seorang pengendara motor terjatuh dan nyaris terseret arus banjir yang relatif deras. Air tidak terlalu tinggi, tetapi arusnya deras. Tak lama kemudian menyusul pengendara lainnya.



Kawasan Nagoya dan sekitarnya begitu juga ikut terendam banjir. Termasuk jalan utama di kawasan tersebut. Seorang warga Batam melaporkan titik banjir di antaranya di Jalan Duyung depan Hotel Pacific, Harbourbay, dan BCA Jodoh. Air yang mulai tinggi menggenangi jalan sehingga sejumlah pengendara, terutama sepeda motor tidak bisa melewatinya.

“Memang intensitas hujannya merata dan lebat, ditambah air laut pasang sehingga beberapa saluran primer seperti wilayah Lubuk Baja dan Jodoh penuh serta tidak bisa membuang air secara cepat, ” ujar Suhar kepada Batam Pos, Jumat (1/12).

Dikatakan Suhar, beberapa wilayah di Batam seperti Nagoya, Jodoh dan Baloi sudah tidak bisa lagi mengandalkan sistem pengaliran secara gravitasi. Oleh sebab itu sudah seharusnya pemerintah daerah memiliki sistem pompa air khususnya bagi wilayah-wilayah yang terdampak dan terpengaruh pasang air laut semisalnya Nagoya, Lubuk Baja, Bangkong dan Sagulung.

“Ke depan kita lagi mengkaji untuk memakai sistem pompa bagi wilayah-wilayah yang terdampak dan terpengaruh pasang air laut ini. Karena kalau hanya mengandalkan sistem gravitasi tentu tak akan menyelesaikan masalah apabila air laut ikut pasang, ” ungkap Suhar.

Ia menambahkan, penanganan banjir ini tidak hanya tanggung jawab DBMSDA saja, tapi melainkan secara komprehensif dari semua pihak. Semisalnya mulai dari pengendalian di hulu pada perizinan. Banyak daerah sebelumnya resapan air yang diubah menjadi kawasan pemukiman sehingga tidak mampu lagi menampung air ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

BACA JUGA: Batam Dikepung Banjir, Rudi Minta Galakkan Gotong Royong

“Daerah resapan habis semua menjadi limpasan air permukaan saat hujan tambah besar. Semisalnya wilayah di Marina kan daerah bantaran banjir tapi dibangun juga rumah. Baloi dulu ada daerah resapan ditimbun jadi perumahan serta masih banyak yang seperti itu. Artinya untuk menyelesaikan ini harus secara komprehensif semua pihak, ” tegasnya.

Disinggung mengenai sistem pompa air ini, ia menjawab, masih dalam tahap kajian dan direncanakan baru diusulkan di tahun 2025 mendatang. Selain karena biayanya yang tidak sedikit, sistem pompa ini juga harus memperhitungkan kesiapan drainasenya apakah sudah permanen atau belum.

“Untuk 2024 ini belum karena anggaran masih terbatas, makanya bertahap kita coba mulai tahun 2025,” kata Suhar.

Diakuinya, rata-rata satu lokasi yang memakai sistem pompa ini membutuhkan biaya sekitar Rp 25 miliar hingga Rp 30 miliar, tergantung kesiapan drainasenya. Sementara itu di Kota Batam sendiri hampir seluruh wilayahnya seperti Nagoya, Bengkong, Marina, Sagulung sudah sangat memerlukan sistem pompa ini.

“Jadi penanganan banjir ini tidak hanya tanggung jawab Bina marga saja mesti komprehensif ya, ” pungkasnya. (*)

reporter: rengga

spot_img

Update