batampos – Camat Sagulung mengerahkan masyarakat untuk melakukan gotong royong massal, Minggu (3/11) pagi. Ada sekitar 731 titik lokasi goro dengan fokus membersihkan sampah dan saluran drainase.
“Kita sudah kasih surat edaran sebelumnya dan hari ini kita laksanakan goro massal. Sasaran drainase dan sampah,” ujar Camat Sagulung M Hafiz Rozie.
Masyarakat yang berada di lokasi penumpukan sampah fokus dengan goro membersihkan sampah tersebut. Sementara di pemukiman juga fokus dengan drainase. Sampah dan semak belukar dibersihkan.
“Ini akan rutin dilaksankan untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat,” kata Hafiz.
Baca Juga:Â Pemko Batam Alokasikan Rp46,7 Miliar untuk BPJS Kesehatan
Suherman, toko masyarakat di Seilekop, mengapresiasi dengan perhatian dan instruksi pihak kecamatan untuk menghidupkan kembali budaya gotong royong ini. Menurutnya, goro perlu dilakukan setiap pekan agar mengurangi risiko penumpukan sampah ataupun penyumbatan drainase.
“Masalah utama di Sagulung ini sampah dan banjir. Ini dua kasus yang berkaitan. Semoga dengan goro rutin ini persoalan sampah dan banjir bisa berkurang,” katanya.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, wilayah Kecamatan Sagulung disoroti karena persoalan sampah. Sampah meluber di sejumlah titik di pinggir jalan raya. Ada banyak titik pinggir jalan yang menjadi lokasi penumpukan sampah.
Beberapa diantaranya, di pinggir jalan menuju Kaveling Baru Sagulung, pinggir jalan menuju Pelabuhan Sagulung dan yang paling parah ada di pinggir jalan Seilekop.
Ada dua titik lokasi penumpukan sampah di pinggir jalan menuju kawasan galangan kapal ini. Satu titik di lokasi bekas TPS depan kawasan Candi Bantar dan lainnya di dekat galangan kapal Seilekop. Puluhan ton sampah meluber hingga ke bahu jalan.
Baca Juga:Â Dana IMTA Dioptimalkan untuk Pelatihan Kerja, Penuhi Kebutuhan Industri
Lurah Seilekop Bida Augusta sebelumnya menjelaskan, penumpukan sampah ini terjadi karena masih ada sebagian masyarakat yang menolak membayar retribusi sampah, sehingga armada pengangkut sampah tidak masuk ke pemukiman tersebut.
Masyarakat akhirnya membuang ke pinggir jalan. Padahal di Batam, persoalan sampah ini diatur dan ditangani pemerintah. Warga harusnya mendukung dengan membayar retribusi sampah.
“Tapi bagaimanapun ini akan terus kita upayakan supaya semua membayar retribusi sampah. Semua pemukiman harus masuk armada pengangkut sampah,” ujar Bida Agusta.
Baca Juga:Â Warga Seilekop Enggan Bayar Retribusi Sampah Jadi Pemicu Menumpuknya Sampah di Pinggir Jalan
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Batam Eka Surianto menjelaskan, pihaknya sudah berupaya keras menyelesaikan persoalan sampah di pinggir jalan ini. Namun kenyataan di lapangan memang sulit.
Intensitas pembuangan sampah ke pinggir jalan di wilayah ber penduduk padat ini sangat tinggi sehingga tak merubah jumlah yang sampah yang menumpuk. Sampah bahkan semakin bertambah banyak dari waktu ke waktu.
“Kita selalu angkut itu. Ada seratusan lebih armada kita yang bekerja setiap hari. Tapi itu tadi, perilaku buang sampah sembarangan yang belum hilang, jadi sampah terus menumpuk. Kita angkut pagi hari, malamnya sudah kembali menumpuk bahkan lebih banyak lagi,” ujar Eka. (*)
Reporter: Eusebius Sara