Jumat, 27 September 2024

Banjir di Batam Tak Terhindarkan, Sistem Pompa Jadi Andalan

Berita Terkait

spot_img
suhar
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA) Batam, Suhar. (F. Arjuna / Batam Pos)

batampos – Selain curah hujan tinggi, tata guna lahan, sampai kapasitas daya tampung menjadi penyebab atau faktor utama banjir yang kerap terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Jika daerah resapan air limpasannya sedikit, tidak semua air hujan menjadi air permukaan. Pemerintah setempat pun tak berkelit bahwa banjir disebabkan juga akan daya tampung saluran yang sudah tak mampu menampung debit air.



Kawasan Jodoh dan Nagoya, misalnya. Lingkungan di sana sudah tertata, meliputi bangunan, jalan, maupun drainase. Mustahil jika konturnya dinaikkan. Sementara, syarat pengaliran lewat gravitas itu cuma mengandalkan kemiringan tanah.

“Kinerja drainase tidak semuanya maksimal. Ada juga beberapa memang persoalan utilitas di dalam saluran yang mengganggu aliran. Kalau untuk Batam ini, 100 persen masih memanfaatkan pengaliran gravitasi” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA), Suhar, Selasa (11/6).

Kapasitas saluran air di lingkungan yang dimaksudkan itu sudah maksimal. Secara logika, jika badan jalan diambil untuk pelebaran drainase, sama dengan mengambil badan jalan. Itu tidak mungkin dilakukan.

“Fakta yang kita hadapi di sana, kita tak bisa melebarkan saluran, kita tidak bisa meninggikan lingkungan. Kapasitas tetap sama. Kita juga tidak bisa menjamin kecepatan aliran karena kemiringan saluran sedikit. Satu-satunya upaya pengentasan masalah banjir yakni dengan dipompa,” kata dia.

DBM-SDA bakal segera membahas dan mengusulkan pengadaan sistem pompa air tersebut ke DPRD Batam. Satu unit pompa semi lengkap berserta konstrukainya, ditaksir mencapai Rp20 miliar.

Sistem pompa itu dinilai yang paling efektif mengatasi banjir, sebab mampu membuang 1.800 kubik air per menit. Untuk tahap awal, paling tidak Batam membutuhkan empat hingga lima titik penempatan pompa air.

“Marina, Bengkong, itu juga dibutuhkan (pompa air). Sementara Jodoh, Nagoya, mungkin ada tiga kebutuhan. Kita bukannya mengistimewakan kawasan Jodoh dan Nagoya, tapi memang sekarang di sana itu lebih rentan banjir,” terang Suhar.

Ia melihat, bahwa solusi pengentasan masalah banjir harus secara komprehensif dan tidak serta merta dengan solusi teknis semata. Solusi komprehensif yang dimaksud mulai dari pendekatan kebijakan, sampai ke teknisnya. Hal itu harus berjalan bersamaan.

“Sedapat mungkin kita bisa mempertahankan daerah resapan yang masih tersisa. Paling tidak mengurangi air limpasan,” kata dia.

Puluhan Titik Rawan Banjir

Setidaknya, ada 21 titik rawan banjir di Batam, dari hasil rangkuman DBM-SDA setempat. Banjir tak cuma melanda jalan umum, tapi juga kawasan perumahan.

Kabid SDA di DBM-SDA Batam, Wan Taufik mengatakan, lokasi parah terendam banjir meliputi Jodoh, Nagoya, Tiban, Bengkong, Marina, dan lain-lain.

Untuk penanganan, DBM-SDA sudah menyiapkan rencana, baik itu jangka pendek dan jangka panjang. Penanganan jangka pendek, ialah secara rutin dilakukan pembersihan atau normalisasi saluran baik menggunakan alat berat maupun tenaga manusia.

Kemudian, lanjut dia, untuk penanganan jangka panjang, dilakukan pembangunan drainase secara permanen untuk daerah-daerah yang masih bisa air mengalir mengandalkan gravitasi.

Sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi pasang air laut, sudah seharusnya penanganan banjir menggunakan sistem polder atau penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan.

“Ini penanganan jangka panjang di hilir. Sedangkan untuk di hulunya, harus dikembalikan fungsi daerah resapan air dengan melakukan penghijauan dan mempertahankan RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai ketentuan yang ada. Di samping itu, perlu kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan,” pungkasnya. (*)

 

 

Reporter: Arjuna

spot_img

Update