batampos – Masalah suplai air bersih di Kota Batam masih menjadi tantangan serius. Meski berbagai upaya telah dilakukan, namun gangguan pasokan air masih sering terjadi, bahkan merugikan pelanggan.
Pertengahan 2024, jumlah pelanggan air di Batam mencapai 318 ribu, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2021 yang hanya sekitar 280 ribu pelanggan. Peningkatan ini, yang mencapai 37 ribu pelanggan, menyebabkan kebutuhan air bertambah sebesar 370 liter per detik (lps).
Namun, kapasitas terpasang Sistem Penye-diaan Air Minum (SPAM) di Batam tidak berubah sejak 2015, tetap berada di angka 3.600 lps, hingga 2023. Meskipun pada Agustus 2023, BP Batam telah menambah kapasitas sebesar 350 lps di Muka Kuning 2 (MK2), hal ini masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertambah.
Saat ini, Kota Batam menga-lami defisit air sekitar 300 lps. Membuat gangguan sekecil apapun pada sistem Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) berdampak langsung pada pelanggan.
Dalam rangka mengatasi masalah ini, konsorsium air bersih telah memulai pembangunan dua instalasi baru, yaitu IPA 500 lps di Duriangkang dan 230 lps di Tembesi, yang diproyeksikan selesai pada Desember 2024. Dengan selesainya proyek ini, diharapkan Kota Batam akan memiliki surplus air sebesar 230 lps setidaknya hingga akhir 2025.
”Kami juga fokus pada perbaikan fasilitas IPAM eksisting seperti pompa, filter, dan sistem perpipaan yang sudah uzur, agar gangguan dapat diminimalisir,” ujar Corporate Communications PT Air Batam Hilir (ABH), Ginda Alamsyah, beberapa waktu lalu.
Namun, dalam sebulan terakhir, gangguan air makin sering terjadi, menambah beban pelanggan. Ginda menjelaskan beberapa penyebab utama gangguan ini.
Pertama, gangguan kelistrikan yang parah terjadi pada awal Juni 2024 akibat pembangunan infrastruktur yang mengganggu suplai lis-trik ke Duriangkang. Kapasitas air yang terbatas menyebabkan pemulihan membutuhkan waktu hingga seminggu, terutama bagi daerah-daerah yang jauh dan berada di ketinggian seperti Marina, Pulau Buluh, dan Bukit Raya.
Kedua, kebocoran pipa di median jalan yang dicor di sekitar Perumahan Happy Garden juga menjadi penyebab gangguan. Pencarian lokasi kebocoran memakan waktu lama dan mengganggu lalu lintas utama.
”Solusi yang dilakukan adalah dengan mengebor di bawah jalan untuk mengakses pipa utama yang lain,” katanya.
Ketiga, di Juni 2024, terjadi kebocoran di lima titik sepanjang Jalan Raden Fatah, dimana posisi pipa berada di bawah jalan yang dicor. Kebocoran ini telah diatasi untuk sementara, namun rencana relokasi pipa sedang dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang.
Dengan upaya-upaya yang sedang dilakukan, diharapkan masalah suplai air di Batam dapat segera teratasi, dan masyarakat tidak lagi mengalami gangguan pasokan air yang mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.
Dari kejadian di Perumahan Happy Garden dan sekitarnya, terdapat 1.300 pelanggan yang terdampak. Tak sedikit yang mengalami kerugian materiil. Belum lagi sektor usaha yang terganggu. Kemudian, daerah lain seperti Bengkong, Tanjungsengkuang, juga Tanjunguncang, yang acap kali mengalami gangguan. Dampaknya bisa mengganggu pasokan air bersih hampir 10 ribuan pelanggan.
Sepanjang Januari sampai pertengahan Agustus 2024 ini, Batam Pos mencatat ada sebanyak 97 gangguan pelayanan air bersih. Informasi itu didapat dari akun Instagram resmi PT ABH, @airbatamhilir.
Ginda menyebut, kendala yang dialami tak serta merta akibat dari kesalahan konsorsium. Misal, gangguan pada sistem kelistrikan, itu wajar terjadi dikarenakan pemeliharaan rutin yang dilakukan secara berkala.
Sementara untuk gangguan seperti kebocoran pipa, disebabkan karena pengembangan pembangunan Batam yang masif. Terlepas dari itu, pihaknya terus berbenah dan selalu melakukan yang terbaik, termasuk cekatan dalam menuntaskan masalah.
”Kami ini kan ada dua perusahaan, di hulu dan hilir. Kebocoran pipa itu wewenang hilir dan sistem kelistrikan itu di hulu,” kata Ginda.
Rentetan kejadian tersebut menjadi catatan buruk buat pihak konsorsium air bersih. Tak jarang hal demikian disorot oleh DPRD setempat.
Bukan hanya di Nagoya, wilayah Sagulung, Batuaji, dan Sekupang juga kerap bermasalah. Bahkan masalah air ini sudah memicu terjadinya Selisih paham dan keributan antarwarga. Misalnya di Perumahan Gesya Eternal Marina, Kelurahan Tanjungriau, Kecamatan Sekupang. Krisis suplai air bersih yang berkepanjangan jadi penyebab kehidupan yang kurang harmonis. Warga saling sikut bahkan suami istri kerap cekcok karena depresi dengan masalah suplai air bersih.
Sudah tiga tahun perumahan ini suplai airnya bermasalah. Air mengalir kecil, hanya di malam hari dan itu hanya untuk beberapa rumah saja. Lebih banyak rumah yang tidak kebagian.
Suplai air dari ABH selaku pengelola air bersih di Batam juga kerap bermasalah. Kebutuhan ideal 40 tangki per hari yang diantar hanya empat sampai lima tangki. Inilah yang membuat persoalan sesama warga saling sikut berebut air.
”Nah, insiden yang terjadi karena masalah air ini. Tadi ada suplai air dengan mobil tangki dari ABH. Karena jumlahnya sangat terbatas, warga khususnya kaum ibu-ibu antarblok berebutan. Terjadilah keributan. Orang semua pada butuh air sementara yang diantar hanya satu tangki. Sempat memanas situasi tadi tapi untuk kaum bapak pada kompak untuk melerai mereka,” ujar Evan, sekretaris RT Perumahan Gesya, belum lama ini, ketika menengahi pertengkaran ibu-ibu yang berebut air tangki dari ABH.
Demikian juga dengan warga di Perumahan Putera Jaya, Tanjunguncang, yang selalu ada persoalan baik dalam rumah tangga ataupun sesama warga karena persoalan air. Bahkan tidak sedikit warga yang memilih keluar dari permukiman itu karena masalah air.
”Kalau persoalan air sudah tak ada akhirnya kalau diceritakan. Banyak sekali. Berantem suami istri lah, sama tetangga lah. Ya gimana lagi memang begini kondisinya. Capek kerja seharian malah cari air ya pada naik emosi. Banyak juga yang sudah pindah dari sini karena tak tahan lagi dengan masalah air ini,” ujar Syahrul, warga Perumahan Putera Jaya.
Senada, warga perumahan Putera Jaya Tanjunguncang juga sudah lama mengalami persoalan krisis air bersih ini. Suplai air tangki juga tidak memadai sehingga krisis air masih terus terjadi hingga kini.
”Kami malah paling lama kalau soal masalah air ini. Tiap tahun begini terus. Belum ada solusi yang tepat untuk me-ngatasi masalah air ini. Semakin banyak masyarakat yang depresi karena masalah air ini,” tutur Budi, warga perumahan Putera Jaya.
Wilayah Nongsa juga tak luput dari masalah air bersih. Icha, warga Nongsa, mengatakan, setahun belakangan air di rumahnya selalu mati setiap pagi. Padahal, dulunya air di rumahnya selalu mengalir dan lancar.
“Sejak setahun belakangan, kalau sudah jam 6 pagi sampai setengah 8 pagi, juga sore hari sering mati. Dulunya tak pernah begini,” sebut Icha.
Bahkan ia mengeluhkan kualitas air yang kurang bersih pada malam hari. Air kerap keruh dan berbau, padahal kondisi air mengalir deras. “Kalau udah tengah malam air deras, tapi berbau dan kuning. Kadang juga berbusa. Namun kalau siang bersih,” ungkap Icha.
Sedangkan Riski, warga Batam Center, mengeluhkan kondisi air di rumahnya yang hanya menyala beberapa jam setiap hari. Padahal saat dikelola ATB, air di perumahannya tak pernah mati. “Kalau sekarang hanya beberapa jam saja hidup, sekitar 3 jaman lah,” sebutnya.
Mirisnya, distribusi air selama 3 jam itu mulai dialiri pada dini hari. Yang akhirnya membuat banyak warga begadang untuk menampung air. ”Hidupnya mulai jam 2, kadang jam setengah 2, kemudian setengah 5 sudah mati lagi. Kalau hidup sampai jam 6 itu, berarti matahari sudah terbit dari Barat,” sindirnya.
Sementarta itu, tidak lancarnya air bersih di sejumlah wilayah termasuk di Nagoya membuat pengusaha hotel merugi. Sebab, mereka terpaksa membeli air tangki dengan harga jutaan rupiah.
Ita, resepsionis hotel di Nagoya, mengatakan bahwa air di sana selama sepekan tidak mengalir. Sehingga, pemilik hotel terpaksa membeli air tangki. ”Tadi beli air tangki Rp1,5 juta. Seminggu ini sudah empat kali beli,” ujarnya, belum lama ini.
Menurut dia, matinya air tersebut membuat para pemilik hotel mengeluarkan biaya lebih besar dibandingkan pendapatan. ”Apalagi ini akhir pekan, tamu lebih banyak. Kalau tidak ada air, gimana orang mau nginap,” katanya.
Hal senada dikatakan Rembo, pengusaha kuliner di kawasan Nagoya Newton. Ia mengatakan sepekan ini sudah membeli puluhan air galon untuk kebutuhan usahanya.
”Usaha kami kecil-kecilan, untungnya sedikit. Gara-gara beli air jadi tak ada untung,” ungkapnya.
Ia mengaku untuk kebutuhan sehari-hati atau mandi terpaksa mengunjungi rumah saudaranya di Seraya. ”Mandi di tempat saudara. Kalau gini terus, bisa bangkrut usaha kami,” keluhnya.
Anggota DPRD Kepri, Uba Ingan Sigalingging juga berang atas kinerja konsorsium air bersih di Batam. Permasalahan tersebut harus disikapi sangat serius lantaran itu bakal menimbulkan gambaran buruk terhadap Batam yang akrab dengan pariwisata dan sektor industri yang mentereng.
”Kita mempromosikan banyak hal, industri, pariwisata. Tapi dengan kondisi seperti ini tentu akan menjadi aib bagi kota kita karena orang yang datang mengetahui ternyata pelayanan dasar kita, pelayanan publik kita, buruk sekali. Maka ini bertentangan dengan semangat kita untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan Kota Batam,” kata Uba, tempo lalu.
Dia juga pernah menyinggung soal indikasi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan pihak konsorsium karena gagal mendistribusikan air dengan baik. Secara, air menjadi kebutuhan dasar buat masyarakat.
”Mereka tak mampu menjalankan amanat tersebut, ini bukan saja gagal secara konstitusional, tetapi juga mengandung pelanggaran HAM karena air itu kebutuhan dasar,” ujarnya.
Soal gangguan suplai air bersih di Batam kerap kali diingatkan oleh Ombudsman RI perwakilan Kepri. Keluhan masyarakat makin hari kian meluas.
”Banyak pipa-pipa yang jadi pemicu penurunan debit air. Apapun itu, ini bentuk kegagalan SPAM Batam dan operator. Seharusnya mitigasi dan antisipasi terkait perosoan air ini, baik hulu sampai hilir ke pelanggan sudah dituntaskan,” kata Kepala Ombudsman RI perwakilan Kepri, Lagat Parroha Patar Siadari.
Belum lagi mengenai pipa air yang kerap bocor. Bagi Lagat, sudah waktunya dilakukan peremajaan pipa. Selain itu, ia risau konsorsium air bersih di Batam hanya mengandalkan pemasukan atau pendapatan dari bisnis air.
”Apakah ada nilai investasi terhadap pengelolaan air ini? Karena selama ini kita tidak dengar ada nilai investasinya. Saya khawatir ini hanya mengandalkan pemasukan pendapatan dari air. Kalau itupun, harusnya cukup karena air di Batam ini laris manis. Harusnya pendapatan diputar lagi untuk pengembangan yang baik,” kata Lagat.
Ia harap, konsorsium air bersih dapat bekerja maksimal dalam memenuhi kebutuhan hak dasar masyarakat di Batam. Pelanggan membayar untuk itu, maka mereka berhak mendapatkan pelayanan yang optimal.
”Kalau kita komparasikan dengan masa ATB, jelas ATB lebih baik dari yang sekarang ini. Itu fakta yang tidak terbantahkan. Ingat, masyarakat bayar. Mereka berhak mendapatkan pelayanan air bersih yang terbaik,” ujar dia.
Semakin jelas bahwa perbaikan sistem suplai air di Batam tidak hanya memerlukan upaya teknis yang cepat dan efektif, tetapi juga transparansi serta akuntabilitas dari konsorsium air bersih. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa solusi yang konkret, kepercayaan publik terhadap pengelolaan air bersih di Batam bisa semakin terkikis. (*)
Reporter: Arjuna, Eusebius, Yashinta, Yofi Yuhendri