Minggu, 29 September 2024

Belajar Online karena Melebihi Kapasitas

Berita Terkait

spot_img

batampos –  Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA dan SMK di Batam, Kepulauan Riau, tahun ajaran 2024-2025 masih bergulir di tahap zonasi. Tak sedikit keluhan bermunculan dari orangtua siswa ketika mendaftarkan anaknya melalui sistem online.

Seperti di SMAN 3, Batam Kota. Humas panitia PPDB SMAN 3 Batam, Becektang, menyampaikan aduan dari wali murid ke sekolah menanyakan tata cara mendaftarkan melalui jalur zonasi. “Kami selalu standby di halaman sekolah untuk memberikan informasi kepada wali murid tentang zonasi terutama menarik titik koordinat dari Google Maps untuk jarak antara rumah dengan sekolah,” ujarnya, saat dijumpai di SMAN 3, Senin (24/6).



Proses PPDB jalur afirmasi telah selesai, dengan total pendaftar 24 siswa. “Namun, untuk jalur zonasi, saat ini masih berlangsung dengan jumlah pendaftar 750 siswa dan baru 151 siswa yang terverifikasi,” kata dia.

Kuota daya tampung SMAN 3 Batam adalah 432 siswa, dengan 65 persen dialokasikan untuk jalur zonasi, 15 persen untuk afirmasi, dan 5 persen untuk perpindahan orangtua. Becektang mengungkapkan, kendala utama yang dihadapi orangtua adalah salah dalam menarik titik koordinat dan menggunakan Kartu Keluarga (KK) yang tidak sesuai dengan alamat tempat tinggal. ”Banyak orangtua yang menggunakan alamat KK lama, padahal mereka sudah pindah tempat tinggal. Hal ini menyebabkan mereka tidak terdaftar dalam zonasi SMAN 3,” terangnya.

Zonasi SMAN 3 mencakup dua kecamatan, yaitu Nongsa dan Batam Kota, dengan kelurahan-kelurahan terdekat sekolah. Oleh karena itu, Becektang mengimbau orangtua siswa memastikan bahwa mereka menggunakan alamat KK yang sesuai dengan tempat tinggal saat ini, dan menarik titik koordinat dengan benar.

SMA
ILUSTRASI. Siswa SMAN 1 Batam saat berada di teras sekolah, beberapa waktu lalu. Disdik Kepri akan membentuk tim pencegahan perundungan di sekolah.
F. Dalil Harahap/Batam Pos

Terpisah, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Kepri, Lagat Siadari, menyampaikan terkait kuota pada jalur afirmasi, prestasi dan perpindahan orangtua, ditemukan hampir semua sekolah tidak terpenuhi. Contohnya, di SMAN 3 Batam akan membeludak. Tapi, pada kenyataannya tidak demikian.

Seperti pada jalur afirmasi kuotanya 65, sedangkan yang mendaftar hanya 28 orang.

“Memang pada jalur pres-tasi, kuotanya 65, yang mendaftar 106. Namun, ini hanya satu-satunya SMA yang pendaftarnya pada jalur tersebut melebihi kuota,” ujar Lagat.

Selain itu, Ombudsman RI Perwakilan Kepri pun masih menemukan sekolah yang menggunakan sistem shifting dan belajar online akibat kurangnya ruang kelas. “Ini terjadi bukan hanya 6 bulan, tapi tahunan. Ini tentu akan mengganggu kualitas belajar mengajar,” tuturnya.

Ia berharap, temuan Ombudsman dijadikan evaluasi oleh Disdik untuk pelaksa-naan PPDB selanjutnya.

Sementara itu di beberapa sekolah swasta masih banyak yang kekurangan siswa. Bahkan beberapa sekolah swasta yang terkenal dan punya nama kekurangan pendaftar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Misalnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kartini Batam. Di sana proses PPDB telah masuk gelombang ketiga. Pendaftaran kemungkinan bakal ditutup pada 12 Juli mendatang. Sistemnya dilakukan secara online dan offline.

Ketua PPDB SMK Kartini 2024/2025, Widiono, menyebut pembukaan PPDB di tempatnya dimulai sejak awal tahun. Namun, efektifnya baru Februari lalu. Dalam proses itu, pihak sekolah tidak ada kendala sama sekali.

”Tanggal 13 Juli kami (MK Kartini) daftar ulang, dan tanggal 15 Juli sudah efektif sekolah. Tapi intinya bukan di-closing tanggal 12. Tetap kami nerima setelah tanggal 13 pun tetap kami terima,” kata Widiono, Senin (24/6).

Pelajar yang sudah diterima di SMK Kartini sekitar 230 orang. Semua pendaftar dipastikan diterima dan tak ada yang ditolak. Siswa yang sudah dipastikan masuk pun belum ada yang mengundurkan diri.

Namun, jika ditarik mundur ke tahun-tahun sebelumnya, ada penurunan angka pendaftar di sekolah tersebut. Menurut Widiono, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, mulai dari sekolah negeri yang membuka PPDB tanpa batas kuota, serta adanya jurusan yang sama di sekolah negeri.

Untuk tahun lalu, pendaftar di SMK Kartini bisa mencapai 300 orang. Tahun 2024 ini angkanya menurun. Sementara siswa yang dilepas tahun ini ada 210 orang.

”Dari siswa yang tamat, memang ada peningkatan. Tapi dari yang sudah-sudah jumlahnya malah menurun. Kalau indikator belum kami lakukan pengukuran. Yang jelas selama ini memang dari tahun lalu, kami ada penurunan. Itu karena sekolah negeri membuka PPDB, bisa dibilang seolah-olah tanpa kuota, sehingga kami yang swasta terimbas,” ujar Widi.

Di SMK Kartini, dominasi pendaftar mengambil jurusan mesin, total ada 90 orang. Sedang untuk tahun 2023, jurusan yang paling banyak diminati adalah desain komunikasi visual.

”Sekarang agak menurun karena di SMK negeri sebagian juga ada buka jurusan yang sama,” katanya.

Total siswa di sekolah tersebut sekitar 750 orang. Tiap rombel memuat 25 sampai 36 siswa. Semua tergantung pada setiap jurusan, karena jumlahnya yang berbeda-beda.

Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Batam Muhammad Raihan mengatakan, membeludaknya pendaftaran siswa baru ke sekolah negeri sangat bertolak belakang dengan PPDB di sekolah swasta. Ini terjadi karena kurangnya dukungan dan perhatian dari pemerintah ke sekolah swasta sehingga pandangan masyarakat akan mahalnya biaya pendidikan sekolah swasta belum bisa dihilangkan. Butuh perhatian serius dari pemerintah dengan masalah ini sebab keberadaan sekolah swasta sangat membantu keberlangsungan dunia pendidikan di Kepri dan Batam ini.

”Ini persoalan tiap tahun. Kalau musim PPDB pasti begini. Padahal ada ribuan loh sekolah swasta di Batam ini. Jalan keluar dari pemerintah belum ada agar ada keseimbangan antara sekolah negeri dan dan swasta ini,” ujarnya.

Persoalan kekurangan siswa bagi sekolah swasta, sebut Raihan, sudah lazim terjadi setiap tahunnya. Berulang kali lakukan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait namun hasilnya tetap sama. PPDB sekolah swasta saat ini umumnya masih di bawa angka 80 persen. Artinya angka kuota ideal jauh belum terpenuhi.

”Rata-rata masih kekurangan siswa kami. Mau diapain lagi? Ini sudah takdir kami yang swasta. Tiap tahun kita bahas tapi tetap seperti ini. Kami hanya bisa membangun fasilitas yang lengkap dan tingkatkan mutu, biar dilirik oleh orangtua dan calon peserta didik. Bersaing dengan negeri ya paling dengan cara itu,” ujarnya. (*)

 

Reporter : Azis Maulana – Eusebius Sara – Arjuna

spot_img

Update