batampos– Pulau Bulan dan sekitarnya masih diselimuti ketegangan akibat insiden lepasnya buaya dari lokasi penangkaran milik PT PJK. Hingga Selasa (21/1), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Seksi Konservasi Wilayah II Batam melaporkan bahwa 34 ekor buaya telah berhasil ditangkap. Penangkapan ini melibatkan tim gabungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat.
Kepala BBKSDA, Tommy Steven Sinambela, menyebutkan bahwa dalam penangkapan terakhir, dua ekor buaya berhasil diamankan. “Semalam satu ekor, dan subuh tadi satu ekor lagi. Totalnya sudah 34 ekor yang berhasil ditangkap, kebanyakan buaya berukuran besar,” ujar Tommy.
Proses penangkapan dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan keamanan masyarakat dan satwa tersebut.
Tommy juga menegaskan bahwa pihaknya masih fokus pada perburuan buaya yang lepas. Evaluasi lebih lanjut, termasuk tindakan terhadap perusahaan, akan dilakukan setelah arahan dari pemerintah pusat. Namun, ia mengakui bahwa proses pengeringan kolam penangkaran untuk menghitung jumlah buaya yang tersisa terkendala cuaca buruk. “Musim hujan membuat air kolam belum kering sepenuhnya, sehingga kami belum bisa memastikan berapa jumlah buaya yang lepas,” katanya.
Kapolsek Bulang, Iptu Adyanto Syofyan, turut mengerahkan anggotanya dalam operasi penangkapan ini. Ia memastikan bahwa pihaknya bekerja sama erat dengan BBKSDA untuk menangkap semua buaya yang lepas. “Kami terus berupaya maksimal demi keselamatan masyarakat. Setiap buaya yang ditemukan akan segera diamankan dan dikembalikan ke penangkaran,” tegasnya.
BACA JUGA: Sudah 32 Ekor Buaya yang Terlepas dari Penakaran PT PJK di Pulau Bulan Ditangkap Kembali
Insiden ini memicu kekhawatiran serius di kalangan masyarakat Pulau Bulan. Banyak warga mengurangi aktivitas melaut karena takut serangan buaya. Azman, seorang nelayan setempat, mengungkapkan bahwa rasa takut membuat mereka terburu-buru menyelesaikan pekerjaan di perairan. “Buaya-buaya itu sudah hampir dua minggu tidak makan. Pasti jadi lebih ganas,” ujar Azman.
Camat Bulang, Ramadhan, juga menyoroti keresahan warga. Ia meminta pihak perusahaan segera menyelesaikan masalah ini agar masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan aman. “Perusahaan harus bertanggung jawab. Jangan sampai masyarakat jadi korban,” kata Ramadhan.
Meski ada sayembara dengan hadiah uang tunai bagi siapa saja yang berhasil menangkap buaya, tawaran ini tidak banyak mendapat respons dari warga. Menurut mereka, risiko menangkap buaya terlalu tinggi dibandingkan dengan hadiahnya. “Ini buaya, bukan kucing. Sebelum dapat uang, kaki bisa hilang duluan. Kami tidak berani,” kata Suhardi, warga Pulau Bulan.
Perburuan buaya bahkan meluas hingga ke pulau-pulau terluar untuk memastikan semua buaya yang lepas dapat diamankan. Namun, hingga kini, jumlah pasti buaya yang kabur masih menjadi misteri karena kolam penangkaran belum sepenuhnya kering. Hal ini mempersulit upaya penghitungan buaya yang tersisa.
Kapolsek Bulang menyatakan bahwa pihaknya juga memasang spanduk himbauan di berbagai lokasi untuk mengingatkan masyarakat agar tetap waspada. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di area perairan jika tidak mendesak,” tambahnya.
Selain itu, banyak warga yang menolak berpartisipasi dalam penangkapan buaya karena minimnya perlengkapan keselamatan yang memadai. Mereka berharap pemerintah atau perusahaan menyediakan peralatan yang lebih aman jika memang masyarakat diminta terlibat.
Insiden lepasnya buaya ini tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat, tetapi juga berdampak pada perekonomian lokal. Banyak nelayan memilih berhenti melaut, terutama di malam hari, karena khawatir dengan keberadaan buaya.
Dalam jangka panjang, masyarakat berharap ada evaluasi serius terhadap pengelolaan penangkaran buaya. “Ke depan, perusahaan harus memastikan penangkaran lebih aman, agar kejadian seperti ini tidak terulang,” kata Ramadhan.
Hingga kini, tim gabungan terus melanjutkan operasi penangkapan. Masyarakat diminta tetap waspada dan segera melapor jika melihat keberadaan buaya di sekitar permukiman atau perairan. “Keselamatan warga adalah prioritas utama kami,” pungkas Iptu Adyanto. (*)
Reporter: Eusebius Sara