batampos – Bank Indonesia (BI) mendorong pertumbuhan investor lewat Regional Investment Relation Unit (RIRU).
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data terbaru mengenai realisasi investasi di seluruh wilayah Indonesia.
Dari data terbaru tersebut, pada tahun 2022, Provinsi Kepri berada di peringkat 23 untuk investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan nilai investasi sebesar Rp 4.817,4 miliar dari 3.343 proyek.
Sementara investasi dari Penanaman Modal Asing (PMA), posisi Provinsi Kepri sedikit lebih baik. Yakni menempati peringkat 13 dengan nilai investasi sebesar USD 934,0 juta untuk 2.144 proyek.
Baca Juga:Â Polsek KKP Gagalkan Pengiriman PMI Ilegal ke Malaysia, 4 Pelaku Diamankan
Kepala Perwakilan BI Provinsi Kepri, Suryono, mengatakan, Bank Indonesia akan selalu mendorong agar investasi di daerah itu diketahui dan diminati oleh investor. Baik itu investor dari dalam negeri maupun investor dari luar negeri.
“Oleh karena itu kita punya yang namanya Regional Investment Relation Unit (RIRU). Jadi ada unit yang menangani hal-hal yang terkait supaya investasi itu masuk ke daerah,” katanya.
Riru merupakan salah satu sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Daerah (Prov.Bali) guna meningkatkan minat investor dan mempercepat masuknya investasi.
Fungsi RIRU adalah menjadi pusat informasi terpadu bagi para investor dan melakukan riset pengembangan potensi investasi/komoditas unggulan daerah.
Baca Juga:Â Ancaman Kamtibmas Mengadang, Kapolda Kepri Beri Arahan ke Personel Satbrimob
Saat ini, kata Suryono, sudah ada lebih dari 10 daerah yang mempunyai RIRI. Sehingga dengan RIRU tersebut, dapat memaparkan potensi yang ada di darerah.
“Saya tidak tau apakah Batam sudah masuk apa belum. Saya belum mendalami kesana. Tapi intinya kalau misalnya belum tentu kita akan dorong bagaimana pemerintah daerah itu bisa menampilkan kinerja potensi investasi di daerah. Kalau misalnya belum masuk RIRU, kita akan usulkan,” katanya.
Ia menambahkan, beberapa daerah seperti di Manado; Bali; Kalimantan Selatan; Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain sudah mempunyai RIRU. Sehingga, BI Kepri akan memacu pemerintah daerah untuk mempunyai RIRU.
“Jadi memang, kita pacu pemerintah daerahnya mana Investasi mu. Kelebihannya apa, apa yang masih perlu ditingkatkan. Itu kita lihat supaya investor dari luar. Paling tidak masuk atau bertahan yang sudah lama,” imbuhnya.
Baca Juga:Â Polsek KKP Gagalkan Pengiriman PMI Ilegal ke Malaysia, 4 Pelaku Diamankan
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam, Rafki Rasyid mengungkapkan, posisi realisasi investasi di Kepri tahun 2022 yang berada di posisi 13 untuk investasi PMA dan 23 untuk PMDN, tentunya tidak mengenakan bagi semua pihak yang ada di Provinsi Kepri. Karena investasi merupakan salah satu faktor penting yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi Kepri ke depannya.
“Jika saat ini posisi Kepri melorot, maka ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita beberapa tahun mendatang akan ikut terdampak,” katanya.
Namun demikian, lanjut Rafki, semua pihak tentu harus hati-hati dalam membaca data peringkat investasi tersebut. Karena ketika posisi Kepri melorot, maka bisa saja investasi tetap tumbuh baik, namun daerah lain tumbuh lebih baik dari Kepri.
Baca Juga:Â Prajurit TNI AL Pergoki Maling Motor Tempel, Lari, Dikejar, Tak Lama Kemudian Tertangkap
“Sehingga bisa mengejar posisi Kepri secara peringkat,” katanya.
Dalam investasi, saingan Kepri itu tidak hanya Provinsi lain, tapi juga negara tetangga yang punya infrastruktur yang lebih baik dan tawaran fasilitas investasi, juga insentif pajak yang lebih menarik. Sehingga PMA yang akan masuk ke Kepri bisa membelok berinvestasi ke negara tetangga yang memberikan aneka penawaran menarik.
Selaniutnya kata Rafki, harus diingat juga bahwa Kepri khususnya Batam dan kawasan FTZ lainnya di Kepri memang disiapkan untuk menampung investasi asing (PMA) khususnya dari Singapura. Sehingga tidak heran kalau untuk realisasi PMDN Kepri berada pada peringkat 23.
“Sementara untuk realisasi PMA tahun 2022 yang lalu kita masih relatif lebih baik walaupun posisinya turun dari biasanya berada di 10 besar,” katanya.
Tapi tentu saja penurunan peringkat Kepri ini, harus jadikan peringatan lampu kuning bagi Kepri. Seluruh stakeholders yang ada terutama yang bertugas mendatangkan investasi ke Kepri harus melakukan evaluasi. Merumuskan lagi langkah langkah yang lebih akurat dalam menggaet investor ke Kepri khususnya PMA.
Baca Juga:Â Kadisdik Sumut Sambut Hangat Rombongan PWI Kepri
Infrastruktur investasi yang ada harus terus ditingkatkan terutama pelabuhan dan Bandara. Insentif investasi yang saat ini ada mungkin masih kurang menarik bagi investor, maka bisa dicarikan lagi insentif apa yang dirasa menarik bagi investor.
Hambatan-hambatan investasi yang selama ini dikeluhkan pengusaha sebaiknya segera dibenahi. Seperti masalah perizinan, energi, bahkan masalah air bersih yang masih mengalami gangguan yang mengganggu aktivitas produksi.
“Termasuk juga masalah demonstrasi masih dikhawatirkan oleh investor di Kepri,” katanya.
Ia menambahkan, cara-cara konvensional dalam menarik investor dari luar yang selama ini digunkan juga sebaiknya direformasi. Saat ini dibutuhkan cara cara yang lebih kreatif dan inovatif dalam meyakinkan investor untuk berinvestasi akibat semakin terbukanya akses informasi yang bisa diakses calon investor.
“Jaringan untuk mencari investor baru juga perlu terus diperluas untuk mendapatkan investor yang lebih beragam. Sebagai contoh investor dari negara negara Timur Tengah yang saat ini perekonomiannya terus berkembang, perlu juga digaet karena mereka merupakan investor yang cukup potensial selain investor dari negara negara yang saat ini berinvestasi di Kepri,” imbuhnya.(*)
Reporter: Eggi Idriansyah