batampos – Belakangpadang adalah kota lama, pusat peradaban Kota Batam zaman dahulu. Meskipun tak lagi jadi pusat kota, namun Belakangpadang masih menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sekali datang ke Belakangpadang, akan membawa kerinduan untuk datang lagi ke tempat ini.
Ada sebuah pameo yang sering disampaikan oleh orang Belakangpadang. Jika tidak bisa ke Singapura, tengoklah Singapura dari Belakangpadang.
Tentunya, pameo ini bukan sembarang sebut. Sebab, Belakangpadang berhadap-hadapan dengan Singapura. Dari Belakangpadang, dapat melihat gedung-gedung pencakar langit milik Singapura.
Pemandangan yang apik, kota yang terkesan antik, menjadi daya tarik. “Tidak hanya secara geografi dan wilayah yang baik. Tapi, Belakangpadang memiliki beragam makanan otentik dan menarik. Jika disimpulkan, ada 5 favorit terbaik dari Belakangpadang,” kata Camat Belakangpadang, Yudi Atmadji kepada Batam Pos, Sabtu (24/6).
Ia mengatakan, orang ke Belakangpadang, hanya ingin menyeruput kopi atau teh tarik. Banyak kedai kopi yang menyediakan menu ini.
Menu ini terbilang khas. Kopi atau teh tariknya, sangat bernuansa melayu. Sedikit kelat, namun manisnya susu tetap mendominasi. Jika diceritakan saja, agak sulit rasanya.
“Ada banyak kedai yang jualan, mulai dari Ameng, Botak, Anak Botak, dan banyak lainnya,” ucap Yudi.
Lalu, juga ada cendol. Indonesia bagian barat, mungkin sangat familiar dengan cendol. Namun, ada yang khas dari cendol Belakangpadang.
Baca Juga:Â 1.100 Wisman Singapura Pelesiran ke Batam
Cendol Belakangpadang memiliki racikan santan dan gula yang berbeda. Salah satu pembeda lainnya yakni tepung cendolnya didatangkan dari luar negeri. Sehingga, cendol ini sangat menyampaikan ciri khas melayu.
“Ada Prata,” ucap Yudi.
Prata sangat terkenal di Batam, salah satu pusat kuliner yang menjual prata di wilayah Tiban. Namun, perlu diketahui masyarakat, pemilik prata di Tiban Center, semuanya berasal dari Belakangpadang.
Sehingga, jika masyarakat datang ke Belakangpadang, Yudi sarankan untuk menyempatkan diri menyicipi prata khas Belakangpadang.
Makanan lain yang perlu dicoba saat ke Belakangpadang adalah asam pedas. Asam pedas ini, kata Yudi, menu wajib dicicipi masyarakat. Asam pedas yang disajikan sangat khas melayu pulau.
“Tiada dua rasanya. Banyak tempat menjual asam pedas, salah satunya di samping Masjid At Taqwa,” ujar Yudi.
Lalu, yang terkenal juga lense dingkis. Ikan dingkis yang digoreng dengan minyak yang minim. “Jika ingin makan ikan dingkis terbaik, datanglah di Februari atau Maret. Saat itu ikan dingkisnya sedang bertelur, nikmatnya jadi bertambah,” tutur Yudi.
Baca Juga:Â Embarkasi Batam berangkatkan 476 Calon Haji Tambahan
Lima makanan ini, menjadi salah satu daya tarik Belakangpadang. Sehingga, membuat para wisatawan lokal maupun mancanegara, betah berlama-lama di Belakangpadang.
Yudi mengaku, tidak memiliki data terkait jumlah wisman. Namun, jika dikalkulasikan dengan jumlah kunjungan dari tiket pancung. Saat akhir pekan, seharinya bisa seribu orang yang datang ke Batam.
“Saya rasa tak salah, bagi masyarakat datang ke sini. Habiskan akhir pekan, atau cuti disini,” tuturnya.
Salah seorang wisatawan lokal ditemui Batam Pos di Belakangpadang, Rafi Syahputra. Ia mengaku, datang dari Jakarta ke Batam. Ada beberapa pekerjaan yang dilakukannya selama sepekan ini.
“Lalu, di akhir pekan ini, tidak ada pekerjaan. Kami diajak ke Belakangpadang. Kesan kota lamanya, terasa banget,” ujarnya.
Rafi mengaku, merasa tenang dan damai disini. “Tak salah dibilang, siapa yang datang ke sini, akan balik lagi. Rindu suasana dan makanannya,” tuturnya. (*)
Reporter: FISKA JUANDA