batampos – Batam menjadi salah satu kota industri termasyhur di Indonesia. Batam layaknya primadona bagi para pencari kerja, ataupun yang ingin mengembangkan karir. Namun di sisi lain, kemiskinan dan pengangguran masih merajalela.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, menunjukkan angka kemiskinan menurun. Di 2023 saja, penduduk miskin diangka 5,02 persen. Sementara di 2022, persentasenya lebih tinggi, diangka 5,12 persen.
“Garis kemiskinannya, dihitung dari konsumsi diangka Rp854.465. Kalau di bawah garis itu termasuk miskin, di atas itu bisa hampir miskin atau tidak miskin,” ujar Kepala BPS Batam, Eko Aprianto, Senin (10/6).
Baca Juga:Â Pencari Kerja 7.057 Orang, Lowongan Kerja 8.463
Banyak faktor yang menjadi penyebab kemiskinan. Mulai dari lapangan pekerjaan yang minim, serta penghasilan yang terbatas.
“Saya rasa pemerintah pun sudah berusaha menekan angka kemiskinan ini. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain, kita termasuk di bawah,” katanya.
Kemudian, untuk tingkat pengangguran juga mengalami penurunan. Jika berkaca pada tahun 2022 lalu, angka pengangguran Batam mencapai 9,56 persen. Sementara di 2023 ini, turun menjadi 8,14 persen.
Dengan angka segitu, Eko menganggap tingkat pengangguran di Batam sebagai kota industri tergolong tinggi. Kini, penekanan dapat dilakukan oleh sektor industri pengolahan dan UMKM.
Baca Juga:Â Banjir di Batam Tak Terhindarkan, Sistem Pompa Jadi Andalan
“Banyaknya UMKM yang menjadi pendorong agar bisa menyerap tenaga kerja dan menekan tingkat pengangguran terbuka,” kata dia.
Ekonom Batam, Rafki Rasyid, menyebut perekonomian di Bandar Dunia Madani cukup baik. Termasuk juga sisi investasi di Kepri yang banyak disumbang oleh Batam.
“Investasi Kepri lebih banyak disumbang Batam dengan posisi ketujuh pada triwulan I di 2024, setelah sebelumnya di 2023 berada di posisi 15. Ini menunjukkan adanya pemulihan ekonomi yang baik untuk Kepri dan Batam,” ujarnya.
Rafki yang juga selaku Ketua Apindo Batam, optimis pemulihan ekonomi akan berdampak pada penurunan angka pengangguran. Dari data yang ia pegang, ada penurunan tingkat pengangguran dari tahun ke tahun. Hal itu menandai ekonomi Batam sedang mengalami perbaikan cukup signifikan.
Baca Juga: Kepala BP Batam Hadiri RDP Komisi VI DPR RI
Namun ada catatan lain. Masih ada ancaman, dimana ekspor Batam ke luar negeri mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Termasuk juga penurunan nilai ekspor. Walau tidak begitu berpengaruh, tapi hal demikianlah yang mesti diantisipasi.
“Ini tanda-tanda adanya masalah di pasar luar negeri. Ini sejalan dengan terjadinya perang Israel-Palestina, dan Rusia-Ukraina, yang ternyata memengaruhi pasar global,” ujar dia.
Momentum pertumbuhan ekonomi harus dimanfaatkan semua pihak untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Dengan ekonomi yang tumbuh atau merangkak naik, harusnya permintaan tenaga kerja juga ikut tinggi. (*)
Reporter: Arjuna