batampos – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri menyiapkan anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT) untuk menangani lima titik longsor di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 21 Batam, yang berlokasi di Nongsa.
Ansar menyebutkan kondisi sekolah memang termasuk salah satu yang rawan longsor. Hal ini karena pengalokasian lahan memang adanya di sana. Tim sudah diturunkan dalam menghitung kebutuhan biaya pembangunan batu miring.
“Kondisi ini termasuk yang darurat. Karena mengancam keselamatan bangunan sekolah, siswa, dan warga sekitar. Untuk itu nanti kami akan gunakan BTT dulu. Informasinya masih ada sisa Rp10 miliar. Kita pakai dulu untuk tangani longsor ini,” kata dia, Sabtu (4/3).
Baca Juga:Â Pembangunan Jalan Yos Sudarso Kembali Dilanjutkan, Warga Baloi Kolam Terdampak
Ia menjelaskan, dana BTT digunakan untuk mengantisipasi longsor terjadi kembali, dengan membangun batu miring. Kondisi sekolah yang berada di tebing atau ketinggian juga menyebabkan rawan longsor.
Ansar meminta kepada BP Batam, agar lebih memperhatikan kondisi lahan yang akan diberikan untuk pembangunan sekolah. Menurutnya banyak lahan yang dihibahkan oleh BP Batam ke Disdik Kepri yang yang kurang baik. Seperti lokasi di SMAN 21 Batam sekarang ini.
“Dulu pernah saya bilang juga, sesekali kami dikasih lahan yang bagus, jangan cuma investor saja yang dikasi lahan bagus. Dunia pendidikan ini tanggung jawab kita bersama,” pintanya.
Baca Juga:Â Tembok Pembatas Perumahan Ansley Park Roboh
Ansar menyebutkan pembangunan batu miring akan segera dilaksanakan. Pengerjaan akan dimulai usai cuacaa membaik. Sehingga pelaksanaan bisa berjalan tanpa kendala.
Saat ini bangunan dan jalan SMAN 21 Batam, terancam amblas lantaran berada di perbukitan dan dikelilingi lima titik longsor. Sejumlah titik longsor itu muncul usai hujan deras mengguyur Kota Batam
Kondisi cukup parah terdapat di bagian belakang, kiri, kanan, maupun depan gedung SMAN 21 Batam yang belum terpasang batu miring.
Baca Juga:Â Longsor di Tanjungsengkuang, Seorang Warga Meninggal Dunia
Kepala Sekolah SMAN 21, Dwi Sulistiyani mengungkapkan, SMA tersebut memang menjadi langganan longsor terutama saat hujan deras terjadi. Namun, belum sampai mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.
Dwi menjelaskan, atas kerawanan itu, pihaknya kerap kali mendapatkan komplain dari warga sekitar. Meski demikian, ia mengaku belum dapat mengatasi permasalahan tersebut karena keterbatasan anggaran.
“Mudah-mudah segera dipasang. Karena ini sudah sangat mengkhawatirkan,” sebutnya. (*)
Reporter : YULITAVIA