Sabtu, 9 November 2024

Daya Tawar Korporasi Melejit Berkat Energi Bersih dari PLN Batam

Berita Terkait

spot_img
Dirut PT Tamarin, Mike Wiluan (lima dari kanan) usai menandatangani MoU dengan PT PLN Batam terkait penyediaan tenaga listrik di KEK Nongsa, Oktober 2022 lalu. F. Dok PLN Batam untuk Batam Pos

Sejumlah sektor industri dan korporasi besar di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), kepincut dengan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satunya, memanfaatkan penggunaan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap bekerja sama dengan PLN Batam. Selain mengurangi emisi, penggunaan energi berkelanjutan itu juga menambah daya tawar perusahaan di hadapan relasi internasional. Imbasnya, sejumlah investasi asing masuk, kemudian kerja sama dengan korporasi di tingkat global juga terus meningkat.

Reporter : RATNA IRTATIK

Masih lekat dalam ingatan ketika Michael Kristian Wiluan atau yang lebih akrab disapa Mike Wiluan, salah satu produser dan sutradara film kenamaan di Tanah Air, tersenyum simpul pada akhir Oktober 2022 lalu. Berdiri di antara belasan orang di samping kanan dan kirinya, sorot mata dari sutradara Film Buffalo Boys tersebut, terlihat bahagia.

Saat itu, Mike tidak sedang mengenalkan atau meluncurkan sebuh film. Tidak juga didampingi para aktor maupun aktris kenamaan Ibu Kota. Peran Mike hari itu berbeda, bukan sebagai produser, apalagi sutradara. Melainkan, ia tengah menjadi Direktur Utama PT Taman Resor Internet atau PT Tamarin, selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa di Kota Batam.

Selaku bos dari sebuah kawasan yang tengah dikembangkan sebagai sentra ekonomi digital di Kota Batam ini, Mike baru saja memulai lompatan baru ke depan. Ia baru saja menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT PLN Batam, terkait kerja sama penyediaan dan pengelolaan tenaga listrik untuk mendukung kebutuhan pasokan setrum di Data Centre yang berada di KEK Nongsa.

PT Tamarin adalah anak perusahaan dari Citramas Group, yang merupakan pemilik Kawasan Industri Terpadu Kabil di Kecamatan Nongsa, Kota Batam, yang memegang otoritas untuk mengelola KEK Nongsa. Sebagai Badan Usaha Pembangun dan Badan Usaha Pengelola KEK Nongsa (BUPP KEK Nongsa) berdasarkan Keputusan Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor 2 Tahun 2021 tanggal 5 Juli 2021, tentu memerlukan pasokan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan Data Centre di KEK Nongsa.

“Tamarin telah berhasil menarik investor untuk membangun Data Centre di Nongsa dan memerlukan tenaga listrik yang andal dan berkesinambungan sesuai dengan standar Data Centre untuk TIER 3 dan TIER 4,” tutur Mike.

Untuk diketahui, TIER 3 merupakan tingkatan Data Centre berstandar internasional dari segi infrastruktur, fasilitas dan tingkat keamanan. Memiliki tingkat uptime 99,982 persen, atau dalam setahun waktu downtime-nya maksimal 1,6 jam. Harus memiliki lebih dari satu sumber daya listrik dan jaringan sehingga syarat “no shutdown” dapat terpenuhi pada Data Centre TIER 3.

Sedangkan TIER 4, hampir sama dengan TIER 3. Tetapi, Data Centre TIER 4 ini hanya memiliki toleransi downtime 30 menit dalam setahun, dengan tingkat uptime 99,995 persen. Memiliki raised floor, Uninterruptible Power Supply (UPS) dan generator cadangan serta memiliki sistem jalur untuk pengeluaran udara panas dan dingin. Tingkat keamanannya tinggi karena telah memiliki sistem keamanan 24 jam, serta tidak rentan terhadap gangguan terencana maupun tidak.

Menurut Mike, untuk mendukung operasional Data Centre tersebut, diperlukan dua sumber listrik yang dapat diandalkan. Karena itu, perusahaan menyiapkan dua sumber penyediaan listrik yaitu dari PLN Batam dan PT Maxpower Indonesia, sesuai yang dibutuhkan KEK Nongsa secara berkesinambungan.

“Dalam perencanaan, akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menambah back-up (penopang) sumber daya listrik sekaligus sebagai green energy (energi hijau) untuk Data Centre. Perkiraan kami, diperlukan saluran listrik sebesar 530 Megawatt (MW) sampai tahun 2030,” beber Mike.

Adapun, PLTS adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi dari cahaya matahari untuk menghasilkan energi listrik. Komponen utama dari PLTS adalah panel surya fotovoltaik yang dapat mengonversi energi matahari menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan listrik.

Arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya fotovoltaik adalah arus listrik searah (DC), sehingga dibutuhkan komponen lainnya seperti inverter untuk mengonversi arus listrik searah (DC) ini menjadi arus listrik bolak-balik (AC).

Dalam kerja sama ini, PLN Batam berperan sebagai penyedia sumber tenaga listrik untuk keperluan Data Centre. Kemudian, PT Tamarin akan membangun local grid atau jaringan lokal untuk distribusi listrik kepada Data Centre.

Diharapkan, melalui suplai listrik yang andal ini, KEK Nongsa dapat menjadi pusat pengembangan teknologi dan pariwisata digital, bukan hanya di tingkat Indonesia, namun Asia. Sehingga, dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia, terutama di wilayah Batam, serta dapat mengharumkan nama bangsa di kancah global.

“Kami mohon dukungan dari semua pihak agar penyaluran tenaga listrik untuk keperluan Data Centre di KEK Nongsa berjalan dengan baik dan suksess,” harap Mike kala itu.

Bukan hanya PT Tamarin yang tertarik menggunakan PLTS sebagai pemasok energi listrik. PT McDermott Indonesia, perusahaan yang menyediakan solusi pengembangan lapangan lepas pantai asal Amerika yang telah berinvestasi di Kota Batam sejak 1970, juga meneken kerja sama serupa dengan PLN Batam. Perusahaan yang berbasis di Kecamatan Batuampar, Kota Batam tersebut, juga memanfaatkan pembangkit listrik berbasis EBT yakni PLTS Atap untuk menyuplai pasokan listrik ke perusahaan.

Di atap gedung perkantoran dan struktur bangunan PT McDermott Indonesia, dipasang panel surya fotovoltaik yang mampu menghasilkan 8 Megawatt hour (MWh) setiap tahunnya.

Ilustrasi. Pemasangan PLTS Atap. Beberapa perusahaan di Kota Batam mengajukan pemasangan PLTS Atap untuk suplai energinya. Foto. Jawa Pos

Manager Government Affair PT McDermott Indonesia, Syahrial, saat penandatanganan kerja sama dengan PLN Batam saat itu, mengatakan bahwa pemanfaatan EBT sudah menjadi tuntutan global untuk menurunkan emisi serta mendorong sektor industri menuju industri hijau yang menggunakan energi terbarukan.

“Semoga perusahaan industri lainnya yang memiliki lokasi cukup besar, dapat terinspirasi untuk mulai dipasangkan PLTS Atap menggunakan energi terbarukan untuk membantu kegiatan operasionalnya,” tuturnya usai pendatangannan kerja sama, November 2021 lalu.

Pesona PLTS tak hanya memikat kalangan industri. Bahkan, pengelola Bandara Internasional Hang Nadim Batam, juga kepincut dengan energi ramah lingkungan tersebut. Hal itu dibuktikan dengan penandatangan MoU antara pengelola yakni PT Bandara Internasional Batam (BIB) dengan PLN Batam, terkait pengembangan infrastruktur kelistrikan berbasis EBT di wilayah Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Kota Batam, Jumat (24/6/2022).

Dalam sambutannya, Direktur Utama PT BIB, Pikri Ilham Kurniansyah, mengungkapkan, energi listrik dari PT PLN Batam punya peran penting untuk mendukung operasional dan layanan di kawasan bandara yang saat ini tengah dikembangkan. Proyek tersebut meliputi pemugaran Terminal 1, pembangunan Terminal 2, perluasan apron, serta pengembangan fasilitas air side dan land side.

“Tidak ada artinya jika nanti bandara megah yang akan dibangun ini, bahkan dengan Terminal 2 yang dapat menampung kapasitas hampir 35 juta penumpang per tahun, kalau tidak ada dukungan energi dari PT PLN Batam,” ujarnya.

Karenanya, pengelola bandara bekerja sama dengan anak usaha PT PLN (Persero) tersebut dalam memberikan dukungan penyediaan energi bersih dan ekonomis serta minim emisi. Pembangunan PLTS di kawasan ini, akan dilakukan seiring proyek pengembangan Terminal 2.

“Mari bersama kita gunakan energi yang modern, futuristik dan ramah lingkungan, dimulai dari hal-hal yang kecil. Hang Nadim mulai langkah baru bersama seluruh elemen masyarakat, kami beralih ke green energy,” imbuh Pikri.

Ke depan, potensi pengembangan EBT berbasis PLTS untuk sektor industri di kota yang berbatasan dengan dua negara tetangga, Singapura dan Malaysia ini, juga berpeluang meningkat. Hal itu seiring dengan laju positif masuknya tren investasi asing ke Kota Batam.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI mencatat kenaikan pesat realisasi investasi di Kota Batam pada kuartal 1, 2024. Tercatat, investasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp5,73 triliun pada periode tersebut. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, investasi PMA sebesar Rp2,61 triliun.

Lonjakan nilai realisasi investasi Triwulan 1 tahun 2024 itu didominasi sektor industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik dan jam dengan nilai USD 151,68 juta atau Rp2,275 triliun.

Permintaan EBT Meningkat, PLN Siap

Antusias sektor industri di Kota Batam untuk beralih menggunakan energi hijau, selaras dengan upaya pemerintah yang menetapkan komitmen target Net Zero Emission (NZE) maksimal pada tahun 2060 nanti.

Demi mendukung upaya tersebut, PLN Batam juga getol memperluas cakupan penggunaan EBT, dalam hal ini adalah PLTS atap yang dinilai cukup sesuai dengan topografi Batam.

Beberapa waktu lalu, Batam Pos mewawancarai Vice President Product Development PLN Batam, Samsul Bahri, yang menyebut bahwa PLN Batam terus berkontribusi untuk mewujudkan target pemerintah tersebut. Salah satunya, dengan mendorong transisi energi bagi sektor industri dan korporasi di Kota Batam.

“Kami sedang menggodok agar ada legal standing (kedudukan hukum) sendiri, sehingga kami harus mengevaluasi dan menelaah segala hal agar permintaan (pemasangan PLTS) bisa terakomodir,” ujar Samsul.

Menurutnya, penggunaan PLTS Atap di Kota Batam sebenarnya masih termasuk hal baru, meskipun sudah mulai berjalan. Secara teknis, kata dia, pihaknya akan terus melakukan evaluasi dan kajian sehingga pelanggan betul-betul menikmati suplai listrik serta keandalannya tetap terjamin.

“Ini sekaligus tantangan yang kami jadikan peluang di sistem kelistrikan di Kota Batam,” terangnya.

Sejauh ini, ada sejumlah perusahaan yang mengajukan kerja sama pemanfaatan PLTS Atap di Kota Batam. Ia menyebut, beberapa perusahaan itu di antaranya SMOE, Sat Nusapersada, McDermott dan lainnya.

Dalam skema kerja sama pemanfaatan PLTS Atap ini, perusahaan atau instansi tak perlu membeli alat. Pihak PLN Batam yang akan menyediakan dan memasang perangkat tersebut, serta memberikan perawatan secara rutin.

“Jadi pelanggan ini hanya memakai listrik saja, ibaratnya terima beres. Yang penting, secara persyaratan terkait ketersediaan area dan infastruktur memadai setelah kami survei,” terangnya.

Menurut Samsul, tingginya antusias pelaku industri di Kota Batam terhadap transisi energi hijau karena ada banyak manfaat yang bisa didapat. Selain mendapatkan energi dengan sumber yang bersih dan bebas emisi, perusahaan juga mendapat nilai lebih atas penggunaan EBT tersebut.

“Bagi perusahaan, penggunaan EBT bisa meningkatkan harga jual perusahaan itu sendiri karena dapat mengantongi sertifikat Renuwable Energy Certificates (RECs). Bagi perusahaan yang produknya berskala ekspor, tentu ini penting karena mitra usahanya di luar negeri akan melihatnya sebagai nilai tambah,” papar Samsul.

Jika permintaan terhadap EBT meningkat seiring laju investasi di Kota Batam, Samsul mengatakan PLN Batam siap mengakomodir kebutuhan tersebut.

“Pada prinsipnya kami sangat siap, sehingga jika demand (permintaan) tinggi, kami akan layani. Bahkan, di tahun 2026, targetnya kami mampu menyuplai hingga 126 Megawatt peak (MWp),” ujarnya.

Direktur Utama PT PLN Batam, Muhammad Irwansyah Putra, pernah mengungkapkan bahwa PT PLN Batam senantiasa berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dari berbagai sektor, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi listrik, maupun pelayanan yang baik kepada masyarakat.

“Semoga dengan banyaknya kerja sama akan meningkatkan kepercayaan stakeholders (pemangku kepentingan) serta menambah semangat kami untuk bekerja lebih giat lagi untuk memberikan pelayanan terbaik,” tutupnya. (*)

spot_img

Update