batampos – Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) cukup mewabah di triwulan pertama tahun 2024 ini. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam di Batuaji mencatat ada 15 pasien di tiga bulan pertama tahun ini. Satu pasien di antaranya meninggal dunia di bulan Januari.
Ini mengkuatirkan, sebab pola cuaca yang tak menentu ini tentu akan semakin berisiko dengan ancaman DBD ini. Masyarakat berharap ada tindakan pencegahan dari dinas terakait dengan program pengasapan atau fogging.
“Nyamuk semakin banyak. Kita susah berupaya keras baik goro bersihkan drainase ataupun lingkungan rumah masing-masing. Mohon pemerintah juga ambil bagian dengan melakukan fogging untuk memerangi nyamuk ini. Sudah banyak yang kena DBD, ” kata Suhaimin, warga Bukit Tempayan, Batuaji.
Baca Juga:Â Bising, Aktivitas Balap Liar Bikin Warga Tak Bisa Tidur
Ancaman mewabahnya penyakit DBD ini jadi perhatian serius masyarakat di Batuaji dan Sagulung. Masyarakat yang resah dengan nyamuk dan jentik nyamuk berharap agar ada program fogging atau pengasapan dari instansi pemerintah terkait sebagai upaya pencegahan.
“Setidaknya bisa mengurangi serbuan nyamuk ini kalau rutin ada pengasapan,” harap Januari, perangkat RT di Batuaji.
Dinas Kesehatan Kota Batam sebelumnya sudah mengeluarkan himbauan agar masyarakat lebih peduli dengan kebersihan lingkungan masing-masing. DBD menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai selama musim hujan.
“Tren kasus DBD termasuk cukup tinggi, terutama memasuki musim pancaroba,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmajardi.
Kasus DBD ini bersifat fluktuatif. Genangan air yang timbul setelah hujan berpotensi jadi sarang nyamuk berkembang biak. “Hal ini tidak jauh dari kebersihan. Saat lingkungan bersih, nyamuk yang jadi sumber penyakit bisa dihindari,” katanya.
Baca Juga:Â Terkait Kasus Penyerangan SD Yos Sudarso III, Dewan dan Yayasan Minta Proses Hukum Berjalan Tuntas
Tidak hanya lingkungan, Didi juga menekankan pentingnya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Kemudian mengkampanyekan program 3M, yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan barang-barang bekas.
“Pada musim hujan populasi Aedes aegypti akan meningkat karena telur yang belum menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan, ” tuturnya.
Peningkatan kesiapsiagaan DBD ini meliputi, meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut peduli mencegah peningkatan DBD ini. Dinkes juga meminta puskesmas untuk mengimplementasikan gerakan satu rumah satu jumantik dengan menunjuk juru pemantau jentik (jumantik) memantau dan memastikan tak ada jentik di lingkungan masing-masing.
“Kita juga minta semua kasus DBD dilaksanakan penyelidikan epidemiologi dan melaporkan ke Dinkes Batam, ” tegasnya.
Tidak ketinggalan meningkatkan upaya promosi kesehatan tentang pencegahan dan pengendalian DBD sekaligus melakukan larvasidasi dan pembagian abate secara selektif. (*)
Reporter: Eusebius Sara