batampos – Debat Calon Legislatif (Caleg) DPRD Kota Batam yang diselenggarakan Batam Pos kembali berlangsung di Four Points by Sheraton, Batam, Rabu (6/12). Pada putaran kedua ini, Batam Pos menghadirkan empat caleg dari Daerah Pemilihan (Dapil) 2 Bengkong-Batuampar.
Ada yang seru pada debat kali ini, karena satu dari empat caleg yang hadir adalah Petahana (Incumbent), sedangkan tiga lainnya adalah caleg baru. Incumbent adalah Udin P Sihaloho dari PDIP, yang saat ini masih duduk sebagai anggota DPRD Batam tiga periode.
Sedangkan tiga lainnya Hadis Hamzah dari Partai Demokrat, Harianto dari PPP dan Ivonny Christina Hutabarat dari PSI, merupakan caleg baru.
Sebelum debat berlangsung, masing-masing caleg sempat menyampaikan program-program mereka. Seperti Udin P Sihaloho menjelaskan masyarakat sudah bisa menilai bagaimana kinerjanya sebagai DPRD Kota Batam. Apalagi, ia sudah 3 kali dipercaya masyarakat Bengkong-Batuampar sebagai perwakilan rakyat.
Baca Juga:Â Antisipasi Kerusuhan dan Tindak Kejahatan, Polisi Fokus Pengamanan Kampanye
“Masyarakat bisa menilai bagaimana kerja saya. Program-program saya selama ini adalah menyentuh langsung dengan masyarakat. Diantaranya pendidikan dan kesehatan. Dimana sebelumnya banyak masyarakat yang mengeluhkan pelayanan BPJS Kesehatan, keluhan masyarakat itu kemudian kami tindaklanjuti dengan mengundang BPJS Kesehatan. Keluhan itu pun dapat diselesaikan dengan baik,” ujar Udin.
Selanjutnya Hadis, Caleg Demokrat Dapil 2, mengaku ingin berkontribusi terhadap Kota Batam. Apalagi, ia sudah tinggal di Kota Batam sejak 20 tahun lalu, sehingga banyak hal-hal yang ingin ia berikan kepada masyarakat.
“Program saya, bagaimana pelayanan publik dari pemerintah bisa dirasakan masyarakat dengan baik. Apalagi saya sebagai masyarakat biasa, ingin mendapatkan pelayanan terbaik,” jelas Hadis.
Berbeda dengan Hadis, caleg Ivonny mengaku punya program sosial yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, terutama wanita dan anak. Apalagi ia yang memang kerap berkutat dengan kegiatan sosial, tahu bagaimana keinginan masyarakat, untuk bisa maju , terutama untuk ekonomi kreatif.
“Saya mendorong untuk bagaimana ekonomi kreatif bisa dirasakan masyarakat, terutama untuk membangun Kota Batam. Terutama untuk wanita yang juga bisa menjadi bagian penting dalam pembangunan,” jelas caleg nomor 4 ini.
Baca Juga:Â Biaya Wisata ke Batam Mahal, Wisman Lebih Memilih ke Malaysia dan Thailand
Sementara, Harianto caleg nomor 5 Dapil 2 ini mengaku program yang ia punya tak hanya kata-kata saja. Namun ia ingin memberikan program nyata untuk masyarakat, terutama untuk bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.
“Saya hadir untuk program nyata, untuk masyarakat bisa mendapat pelayanan terbaik, baik untuk pendidikan, kesehatan dan lainnya,” tegasnya.
Dalam debat itu, para caleg menyampaikan beberapa pendapat mereka terkait materi yang disampaikan host Batam Pos. Diantara materi yang sempat diperdebatkan para caleg, yakni dunia pendidikan, kesehatan, ruli, sampah hingga politik uang.
Untuk pendidikan misalnya, Ivonny menjelaskan pendidikan yang paling penting adalah pendidikan mental, yang mana saat ini pendidikan hanya untuk sekedar belajar, tanpa memikirkan mental dari anak-anak.
Tak hanya itu, Ivonny menilai soal PPDB saat ini berlangsung cukup baik. Dimana salah satu kekhawatiran saat penerima siswa siswi baru, adanya sekolah swasta yang kosong, karena banyak memilih ke sekolah negeri.
“Buktinya sekolah swasta padat, meski di negeri juga padat. Tak ada ketakutan dari sekolah untuk kekosongan, karena memang tetap ada yang masuk,” jelas Ivonny.
Menurut dia, yang perlu diperhatikan adalah, bantuan untuk masyarakat yang membutuhkan. Misalnya masyarakat kurang mampu, dimana seharusnya pemerintah harus bisa menyiapkan kuota tertentu.
Baca Juga:Â Disdik Kepri Rampungkan Pembangunan SMAN 29 Batam, Siap Digunakan Tahun Depan
Hal senada dikatakan Harianto, ia menilai daya tampung siswa di sekolah Batam sudah seimbang. Contohnya, untuk yang mau masuk SD, ruang kelas baru (RKB) sudah memenuhi.
“Untuk RKB-nya menurut saya sudah seimbang. Namun yang jadi kendala saat ini, banyak orang tua yang berlomba-lomba ingin mendapatkan sekolah anak yang bermutu. Sehingga banyak anak tertumpuk di satu sekolah. Hal ini juga dipengaruhi sistem zonasi,” jelas Harianto.
Sementara, Hadis menilai penyebab bermasalahnya dunia pendidikan di Batam karena sebaran sekolah tidak merata. Contohnya Bengkong Sadai, hanya memiliki satu sekolah negeri, padahal jumlah anak usia sekolah sangat banyak.
“Intinya sebaran sekolah di Batam tidak merata. Antara kebutuhan ruang belajar dan produksi juga tak sesuai,” jelas Hadis.
Lain lagi dengan Udin yang dengan tegas menyatakan tidak setuju dengan sistem zonasi. Karena setiap daerah mempunyai sebaran penduduk yang berbeda, namun sistem zonasi membuat semua jadi bermasalah.
“Saya tak setuju sistem zonasi. Tak semua daerah punya sekolah negeri contohnya di Sei Jodoh tak satupun ada sekolah negeri. Padahal daerah itu padat penduduk, dan banyak pasangan usia subur,” jelas Udin.
Menurut dia, harusnya sistem zonasi dihapuskan. Kemudian pemerintah bisa mencukupi kebutuhan tiap sekolah, yang pastinya setiap sekolah juga harus memberikan pendidikan yang bermutu. Sehingga tidak menjadi salah satu incaran orang tua murid, karena keunggulan satu sekolah.
“Kalau mengenai kualitas, harus diakui SDM kita masih jauh. Contohnya saja, ada tamatan SMA, yang untuk matematika dasar saja tidak tahu. Artinya apa, kualitas pendidikan di Batam perlu diperbaiki,” pungkas Udin. (*)
Reporter: Yashinta