batampos – Debat publik pertama calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) yang berlangsung di Hotel Radisson, Batam, Sabtu (2/11) sore, awalnya berjalan monoton. Namun, saat masuk sesi tanya jawab dan sampai pada tahap membahas proyek strategis nasional (PNS) Rempang Eco City, debat menjadi panas. Calon Gubernur Rudi vs Ansar bahkan saling tunjuk.
Muhammad Rudi yang merupakan calon gubernur Kepri nomor urut 2, mempertanyakan komitmen dan dukungan Ansar Ahmad, terkait PSN Rempang Eco City.
Rudi yang menjabat sebagai Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, selama PSN ini bergulir merasa bekerja sendirian dalam mengurus proyek Rempang Eco City.
Ia tak merasakan adanya dukungan maksimal dari gubernur yang dijabat Ansar selama ini.
”Gubernur adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat. Dalam penataan Rempang Eco City sebagai PSN, yang dimulai dengan relokasi penduduk terdampak di Tanjungbanon, apakah saudara mendukung sepenuhnya? Apa bentuk dukungan konkret dari Anda untuk PSN ini?” tanya Rudi, di debat tersebut.
Rudi juga menyebut, proyek Rempang Eco City adalah proyek nasional, dan seharusnya Gubernur ikut bertanggung jawab atas penyelesaiannya. Namun, hampir 100 persen penanganan masalah Rempang Galang dibebankan kepada kepala BP dan Wali Kota yang ia jabat.
”Kalau komunikasi baik, saya kira permasalahan Rempang tak akan seperti ini. Jika dukungan penuh dari Gubernur ada, masalah Rempang akan selesai,” ungkap Rudi dengan nada tegas.
Menanggapi pertanyaan dan kritikan ini, calon Gubernur nomor urut 1, Ansar Ahmad, menegaskan dirinya memberikan dukungan penuh terhadap proyek tersebut. Ansar menegaskan, investasi daerah yang besar, seperti PSN Rempang Eco City, dapat membuka lapangan kerja dan membangun subsistem ekonomi baru di Kepri.
”Saya selalu mendukung investasi yang memberikan nilai tambah besar bagi masyarakat. Untuk Rempang Eco City dan Tanjungbanon, permasalahannya lebih kepada pendekatan ke masyarakat. Komunikasi publik itu kunci, kalau dilakukan dengan pendekatan humanis, saya yakin tak akan terjadi kegaduhan,” kata Ansar.
Apalagi jika investasi itu terkait industri hilirisasi, maka akan berdampak luas bagi perekonomian masyarakat. Maka itulah pentingnya mendorong investasi yang humanis.
Ansar juga membantah bahwa dirinya tidak terlibat dalam proyek tersebut. Ia menyebutkan, meskipun telah beberapa kali turun ke lapangan, peran gubernur tidak sepenuhnya diperhitungkan karena proyek tersebut berada di bawah kendali dan kewenangan BP Batam.
”Saya beberapa kali ikut pertemuan terkait Rempang, tetapi waktu itu gubernur tidak dianggap waktu itu. Sepenuhnya di bawah BP Batam. Kami ingin merangkul semua pihak, dan di Tanjungbanon, kami telah berdialog dengan tokoh masyarakat dan justeru setelah kami turun, proyek ini mulai berjalan dengan baik,” ujar Ansar.
Bahkan Ansar meminta Rudi menanyakan sejauh mana peran dia selaku gubernur Kepri saat itu, soal polemik Tanjungbanon dengan tokoh masyarakat Gerisman.
”Akhirnya kan semua bisa berjalan dengan bertahap, proses ini berjalan dengan baik. Saya kira tak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan jika kita mau mendengarkan,” ujar Ansar.
Justeru, kata Ansar, jika mau melakukan sesuatu lalu ada penentangan seperti di Tanjungbanon, maka yang menentang ini harus diajak berdialog, diajak berdiskusi supaya ketemu solusi terbaik.
”Di situlah pentingnya komunikasi publik yang baik,” ujar Ansar.
Bahkan Ansar mencontohnya proyek Bintan Alumina Indonesia ketika ia jadi bupati, lebih dari 1000 hektare lahan dibebaskan.
”Tidak ada satupun persoalan apa-apa, sekarang sudah Rp 20 triliun investasi terbangun di sana, kunci utamanya komunikasi publik, saling menghargai, setara, tidak boleh memandang orang lain rendah, tidak boleh memandang orang berlawanan sebagai musuh kita, semua harus kita rangkul, secara baik,” ujar Ansar.
Ansar yakin, jika PSN dikomunikasikan dengan baik, apalagi memberikan nilai tambah yang besar dengan jaminan-jaminan yang pasti, maka ia yakin tidak akan ada penolakan keras masyarakat.
”Mudah-mudahan nanti kita dudukkan bersama-sama, supaya investasi berkembang dan rakyat ikut menikmati maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, sebelum sampai pada debat panas soal PSN Rempang Eco City, Ansar juga sempat melontarkan pertanyaan menohok ke Rudi soal komunikasi dia baik di internal pegawai maupun keluar, sebab Ansar menilai ada beberapa hal yang kurang pas, sehingga menimbulkan kegaduhan di masyarakat, salah satunya soal Tanjungbadon tersebut.
Menanggapi pertanyaan itu, Rudi menegaskan bahwa komunikasi yang ia lakukan selama ini, baik di internal maupun eksternal, sudah berjalan dengan baik.
”Hampir 14 tahun saya memimpin, semua berjalan dengan baik. Capaian PAD maupun pembangunan berjalan dengan baik. Itu artinya, komunikasi Walikota dengan kepala dinasnya berjalan dengan baik,” ujar Rudi.
Sementara itu, pada debat tersebut, kedua paslon juga memberikan tanggapan beragam soal peran Generasi Z dan Masa Depan Inklusif, yang memang menjadi tema utama di debat pertama tersebut.
Dalam sesi debat yang membahas subtema pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berbudaya, calon Gubernur nomor urut 01, Ansar Ahmad, menekankan bahwa Gen Z merupakan aset masa depan yang harus diperhatikan secara serius.
Ia menyampaikan pentingnya persiapan infrastruktur yang mendukung mereka agar mampu mengembangkan potensi dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif.
“Gen Z adalah generasi yang akrab dengan teknologi digital, dan ini perlu kita dorong agar mereka mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan literasi digital yang baik. Kita juga perlu menyediakan ruang publik dan fasilitas pendukung agar ekspresi serta potensi mereka dapat disalurkan ke arah yang positif,” ujar Ansar.
Ia menambahkan, pentingnya akses pendidikan yang merata, seperti pemberian SPP gratis dan beasiswa, sebagai upaya untuk memastikan bahwa Gen Z memiliki kualifikasi dan kompetensi bersaing, baik di pasar kerja lokal maupun internasional.
Menurutnya, kualitas pendidikan yang mumpuni adalah kunci bagi generasi muda agar siap menghadapi tantangan global.
Di sisi lain, calon Gubernur nomor urut 02, Muhammad Rudi, menyoroti pentingnya pemerataan akses teknologi di Kepri.
Ia menekankan, teknologi akan menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan yang inklusif, terutama di wilayah yang terdiri dari banyak pulau seperti Kepri.
Komunikasi antar pulau di Kepri harus menjadi perhatian utama. Jika infrastruktur teknologi tidak merata, maka Gen Z di daerah lain bisa tertinggal dari kota Batam yang saat ini memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih besar dari provinsi.
“Ini menunjukkan bahwa generasi muda Batam mungkin lebih maju dalam teknologi dibanding daerah lain di Kepri,” ungkap Rudi.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ansar menegaskan pentingnya pendekatan yang komprehensif, tidak hanya pada ekonomi dan teknologi, tetapi juga dalam membangun pendidikan berkarakter bagi Gen Z.
“Kita ingin Gen Z tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memiliki karakter yang kuat,” pungkasnya.
Meskipun debat pertama ini diwarnai dengan suasana yang sedikit panas, namun di akhir kedua paslon gubernur dan wakil gubernur Kepri ini tetap terlihat akrab dan saling berpelukan satu sama lain setelah debat berakhir. (*)