batampos – Proyek cut and fill di Kelurahan Buliang, Kecamatan Batuaji tetap berlangsung meski telah yang diprotes oleh masyarakat RW 24, Rabu (24/5). Harapan warga agar proyek yang berdampak dengan lingkungan tersebut dihentikan belum ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah terkait.
Padahal masyatarat melalui perangkat RT/RW setempat sudah menyampaikan keluhan mereka tersebut ke kelurahan dan kecamatan.
Lurah Buliang Hari Budiman saat dikonfirmasi mengaku akan segera melakukan pertemuan antara pihak proyek dengan masyarakat serta pihak pemerintah terkait yang berwenang atas perizinan proyek cut and fill tersebut.
“Kemarin sudah ke lapangan dan sudah kita minta RT/RW setempat untuk buatkan surat secara resmi. Nanti kita mediasi untuk pertemuan dengan pihak proyek ataupun pihak terkait lainnya,” ujar Hari.
Baca Juga:Â Kerugian Industri Galangan Kapal Semakin Membengkak Akibat Pemadaman Listrik
Camat Batuaji Faisal juga menyampaikan hal yang sama. Jika proyek tersebut memang berdampak maka pihaknya akan menindaklanjuti ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam untuk penindakannya.
“Kalau soal perizinan itu wewenang BP Batam. Kalau dampaknya ke masyarakat tentu akan kami tindak dengan koordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup,” ujar Faisal.
Sebelumnya, puluhan warga yang berdiam di RW 24, kelurahan Buliang, Kecamatan Batuaji mendatangi lokasi proyek pematangan lahan atau proyek cut and fill yang terjadi di dalam pemukiman mereka. Masyarakat protes keras, sebab proyek tersebut berdampak dengan lingkungan sekitar.
Protes warga ini berjalan dengan damai meskipun pihak proyek enggan menanggapi protes mereka. Warga yang tak ingin terjadi keributan akhirnya melapor lagi ke kantor kelurahan dan Kecamatan Batuaji.
Baca Juga:Â Dirayu dan Dijanjikan Dinikahi, Remaja Dicabuli Pacar
Ketua RT 06 / Rw 24 Buliang Osman menuturkan, protes ataupun penolakan masyarakat ini sangat beralasan sebab proyek cut and fill ini tidak memperhatikan dampak lingkungan sekitar. Aktifitas truk pengangkut material tanah mengotori ruas jalan.
Jalan pemukiman yang baru sebatas semenisasi terancam kembali rusak. Padahal masyarakat setempat bersusah payah mengusahakan akses jalan ke pemukiman mereka disemenisasi melalui berbagai program pengajuan ke pemerintah.
“Itulah masalahnya pak, kami tak menghalangi mereka bekerja tapi tolong perhatikan dampak lingkungannya. Buatlah komitmen untuk menjaga jalan dan lingkungan ini. Lingkungan kami jadi tak sehat karena debu berterbangan setiap waktu. Tolong ini diperhatikan,” ujar Osman. (*)
Reporter: Eusebius Sara