batampos – Dirjen (Direktur Jenderal) Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI Kamaruddin Amin menyebutkan tugas ASN Kemenag tidak hanya sebatas administrator, tetapi juga mencerahkan umat.
“Perbedaan Pejabat Kemenag dengan (pejabat) yang lain, tugas kita bukan hanya sebagai Administrator, tetapi mencerahkan umat, tidak hanya melayani administrasi tetapi melayani umat agar memilih paham keagamaan yang benar,” kata Kamaruddin Amin saat mengisi Rapat Koordinasi (Rakor) Kebimasislaman di Lingkungan Kanwil Kemenag Kepri, Golden View Hotel Batam, Ahad (04/06/2023).
Di hadapan Kakanwil Kemenag Kepri Mahbub Daryanto, serta Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, Kepala KUA (Kantor Urusan Agama), Penghulu, dan Penyuluh Agama Islam, Kamaruddin menjelaskan 2 hal yang menjadi tantangan bangsa khususnya Kemenag, yakni persoalan keluarga dan persoalan merawat perbedaan.
Kamaruddin mengatakan, Kemenag adalah Kementerian yang memainkan peran penting dan fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, ia meminta kepada para hadirin untuk berkontribusi kepada bangsa dan negara sesuai peran masing-masing.
“Beberapa contoh persoalan keluarga yang juga menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dan Kemenag adalah peningkatan kasus perceraian, pernikahan dini, kasus stunting, dan kekerasan dalam rumah tangga. Kasus-kasus ini, perlu diminimalisasi dan diintervensi oleh pihak-pihak yang berperan di Kemenag, khususnya di Bimas Islam, melalui rumusan instrumen (program),” ucap Kamaruddin.
“Semua pihak harus berkontribusi untuk memberi pemahaman kepada anak-anak kita bahwa pernikahan itu sakral, merupakan keputusan terbesar. Keputusan ini harus dijaga dan dihormati, karena pernikahan melanjutkan kekhalifahan di bumi, ada bagian Tuhan di dalamnya,” terangnya.
Menurutnya, terjadinya angka perceraian adalah bagian dari tanggung jawab ASN Kemenag untuk mengurangi masalah ini. “Betapa peran kita sebagai orang yang di beri amanah begitu penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita tidak hanya jadi Pencatat Nikah tetapi juga menjadi Konsultan Menikah,” tuturnya.
Selain masalah keluarga, masalah berikutnya yang menjadi tanggung jawab ASN Kemenag adalah merawat perbedaan. Terlebih, Indonesia adalah negara yang sangat besar dengan segala keragamannya, termasuk perbedaan agama.
“Tugas kita bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa dengan beragama kita bisa menghormati orang lain, sekalipun berbeda agama, itu yang disebut dengan moderasi beragama. Ini tantangan yang besar bagi Kemenag,” serunya.
Kamaruddin menyampaikan, ASN Kemenag harus terjun ke masyarakat untuk berdakwah dan hadir di masjid, membina majelis taklim/komunitas, serta harus menjadi contoh/panutan/referensi masyarakat. Kalau ada yang bertanya tentang agama Pejabat Kemenag lah yang menjadi rujukannya.
“Orang Kemenag secara struktural yang paling bertanggung jawab terhadap keberagamaan umat, kualitas kehidupan keberagamaan setempat tergantung Kemenag. Untuk itu, kita tidak boleh hanya menjadi Kepala Kantor, harus ke masjid, membina masyarakat, menjadi konsultan, dan teladan. Ini kekhususan dan kemuliaan menjadi pegawai Kemenag,” urainya.
Kamaruddin kembali menegaskan, ASN Kemenag harus berdakwah sesuai kapasitas masing-masing, setidaknya menjadi contoh teladan terutama dalam keberagamaan karena dalam beragama tantangannya sangat dinamis dan besar.
Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi yakni media sosial, Kamaruddin mengingatkan agar jangan sampai kalah bertarung dengan penceramah yang tidak moderat di ruang maya.
“Saat ini siapa yang menguasai media sosial dia yang memenangkan ruang itu. Kalau kita semua diam, tidak mengisi ruang-ruang spiritualitas umat, sementara anak-anak belajar dari Youtube, Google, yang tidak bisa dikontrol maka jangan heran dan sedih kalau beberapa tahun akan datang kita tidak bisa menjamin kualitas keberagamaan anak-anak cucu kita. Mungkin kita hanya menangis, kita sudah kalah bertarung di media sosial,” bebernya.
Terakhir, Kamaruddin mengingatkan bahwa kerukunan bangsa ini tidak lepas dari kontribusi ASN Kemenag dalam menjaga daerahnya masing-masing, yang menjadi rujukan dan menjadi pencerah bagi masyarakat. Ia juga mengajak para Penghulu dan Penyuluh Agama untuk terus meningkatkan kualitas diri agar semakin kompeten dan percaya diri dalam menyampaikan ilmu/pemahaman kepada masyarakat. (*)