batampos – Dinas Perindag Kota Batam tengah mendata kebutuhan cabai disejumlah pasar Batam. Hal itu untuk memastikan kebutuhan cabai yang nantinya akan di suplai dari dua daerah di Sumatra Utara, yakni Tapanuli Utara dan Simalungun.
Kadisperindag Kota Batam, Gustian Riau mengatakan Pemko Batam telah menjalin kerjasama dengan dua daerah di Sumut untuk memenuhi kebutuhan komoditi di Batam. Untuk tahap pertama, suplai komoditi dari Tapanuli sebanyak 5 ton.
“Untuk kerjasama pertama sudah di suplai 3 ton pada tanggal 16 September lalu, kemudian 2 ton pada hari Sabtu depan, jadi total 5 ton,” ujar Gustian.
Sedangkan suplai dari daerah Simalungun akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar di Kota Batam. Dimana saat ini, Disperindag melalui Asparindo tengah mendata kebutuhan cabai di pasaran Batam.
“Untuk dari Simalungun belum kami tentukan, karena menunggu pendataan pasar dulu, kalau sudah pasti, baru bisa dipastikan suplai dari sana berapa tonnya,” tegas Gustian.
Menurut Gustian, saat ini harga cabai di Kota Batam berkisar Rp 78-80 ribu per kg. Namun dengan suplai dari daerah kerjasama, harga cabai dari distributor ke pedagang menjadi Rp 57 ribu.
“Cabai dari distributor ke pedagang Rp 57 ribu, jadi bisa dijual Rp 60 ribuan,yang penting pedagang jangan ambil untung banyak,” tegas Gustian.
Masih kata Gustian, penyaluran cabai dari daerah Tapanuli dan Simalungun akan langsung diantar ke pasar-pasar yang membutuhkan. Sehingga kedepannya, cabai di Kota Batam bisa satu harga.
“Nah biasanya kan pedagang pasar-pasar swasta mengambil cabai di pasar pagi. Nah ini cabai akan diantar langsung dari Pelabuhan. Jadi harapannya, harga cabai bisa sama semua sekota Batam,” imbuh Gustian.
Disinggung harga cabai yang masih tinggi untuk kawasan Batamcenter, menurut Gustian karena penyalurannya belum merata dan memang masih penyesuaian.
“Karena memang penyaluran pertama tak dapat semua pasar. Saya harap setelah pendataan ini, cabai dari kerjasama ini bisa disalurkan di pasar-pasar, sehingga harga bisa murah,” pungkas Gustian. (*)
Reporter : Yashinta