Senin, 23 September 2024

Dolar Singapura Menguat, Berkah Bagi Pengusaha di Batam

Berita Terkait

spot_img
batu ampar bp batam
Ilustrasi. Aktivitas di Pelabuhan Batu Ampar. Menguatnya dolar Singapura jadi berkah bagi pengusaha di Batam karena produk yang dijual ke Singapura juga dalam kurs dolar Singapura. Foto: BP Batam untuk batampos.co.id

batampos – Nilai tukar dolar Singapura masih tinggi dalam beberapa waktu belakangan ini. Pada perdagangan Minggu (11/12), nilai tukar dolar Singapura atas rupiah tercatat Rp11.506,64.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam Rafki Rasyid menilai, jika mata uang rupiah melemah terhadap mata uang asing sebenarnya hal itu bisa menjadi berkah bagi pengusaha di Batam.



Alasannya, harga produk dari Batam akan lebih murah diluar negeri ketika mata uang rupiah melemah.

Baca Juga: Terkait Penetapan UMK Batam 2023, Apindo Tunggu Putusan Dari Mahkamah Agung

“Jika mata uang kita melemah terhadap dolar Singapura maka seharusnya ekspor dari Batam ke Singapura akan meningkat,” ujar Rafki.

Ia melanjutkan, ada komponen yang dibayar perusahaan di Batam dalam bentuk rupiah seperti upah tenaga kerja. Sehingga, dengan menguatnya dolar Singapura akan menaikkan pendapatan pengusaha Batam yang mengekspor ke Singapura.

Bahan baku yang diimpor dari Singapura inilah yang akan naik ketika dolar Singapura menguat terhadap rupiah.

“Tapi bagi pengusaha Batam ini tidak ada masalah. Produk yang dijual ke Singapura juga dalam kurs dolar Singapura,” katanya.

Baca Juga: UMK Batam Rp4,5 Juta, Pengusaha Lakukan Ini 

Dengan menguatnya dolar Singapura terhadap rupiah ini, akan terasa bagi warga Indonesia yang akan bepergian ke Singapura karena menguatnya kurs dolar Singapura terhadap rupiah. Begitu juga untuk perusahaan yang mempunyai hutang di Singapura.

“Penguatan kurs dolar Singapura terhadap rupiah ini akan memberatkan perusahan di Batam yang memiliki hutang di Singapura,” imbuhnya.

Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, Tjaw Hioeng mengatakan, kondisi saat ini hampir sama saat tahun 2018. Dimana saat itu Rupiah berkisar di angka 10.700 – 11.000 per 1 dolar Singapura.

“Sehingga, tentunya industri-industri di Batam pasti sudah punya pengalaman,” katanya.

Baca Juga: Alumni ITS Siap Bangun Provinsi Kepri, Infrastruktur Sektor Maritim Jadi Perhatian Serius

Ia melanjutkan, untuk industri yang orientasi ekspor akan relatif stabil. Karena transaksi ekspornya dan impornya pasti dalam bentuk dolar Singapura.

Disisi lain, lanjutnya, yang terganggu adalah perusahaan supply chain yang hanya sebagai bagian dari supply chainnya industri. Yakni, beli raw material dan bahan baku penolong dari luar negri dalam bentuk dolar. Mereka hanya boleh jual di batam dalam bentuk rupiah.

“Turun naik rupiah pasti akan sedikit mengganggu harga penawaran yang diberikan oleh supplier atau vendor tersebut,” imbuhnya. (*)

 

 

Reporter : Eggi Idriansyah

spot_img

Update