Selasa, 26 November 2024

DR Ir Priyono Eko Sanyoto DEA IPU, Accountable Manager AMTO Polibatam

Lulus 60, Batam Butuh 700 Tenaga AMTO setiap Tahun

Berita Terkait

spot_img
DR Ir Priyono Eko Sanyoto DEA IPU. F Pribadi

PESAWAT udara termurah di dunia senilai Rp 18 miliar. Bukan harga yang murah. Angkutan udara untuk manusia dan berbagai benda ini membutuhkan  perawatan agar tetap layak pakai. Masalahnya tidak semua orang bisa merawatnya. Ada teknisi khusus, sekolah khusus yaitu Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) pembelajaran atau training tentang aircraft maintenance, perawatan pesawat udara. AMTO ini digabung dalam Prodi Diploma III TPPU Polibatam.

BACA JUGA: Drs Buralimar MSi, Mantan Birokrat Bergabung di PDI-P Kepri


Hingga saat  ini, Polibatam telah mewisuda sekitar 102 teknisi yang memiliki Basic Sertificate AMTO. Jumlah itu belum  mampu memenuhi kebutuhan pasar perawatan pesawat udara yang mencapai 700 orang setiap tahunnya.  Kepada redaktur Batam Pos, Suprizal Tanjung di Batuampar Kamis (24/3/2023), Accountable Manager AMTO Polibatam, Dr Ir Priyono Eko Sanyoto DEA IPU memaparkan apa kendala, kelebihan dan harapannya terhadap pengembangan kualitas dan kuantitas pendidikan AMTO dalam Prodi Diploma III TPPU Polibatam.

BACA JUGA: Ir Suparman SH MH MSi, Ketua Hiptasi Sumbar 2015-Sekarang

Apa manfaat pendidikan AMTO ini?

AMTO ini fokus menyiapkan tenaga ahli dalam bidang teknik guna mendukung industri perawatan pesawat terbang. Lembaga ini mendapat lisensi langsung dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Intinya adalah melatih dan mendidik orang menjadi teknisi perawatan pesawat udara. Untuk menjadi teknisi perawatan pesawat udara itu dia harus memiliki Sertifikat Dasar atau Basic Sertificate. Untuk mendapat sertifikat ini mahasiswa harus belajar di AMTO yang digabung dalam Prodi Diploma III Teknik Perawatan Pesawat Udara (TPPU) Polibatam selama 4 semester.

BACA JUGA: Putra Caesar Odang BBA SE, Ketua PC PPM Kota Batam

Bagi Batam?

Batam telah menjadi pusat Maintenance Repair and Overhaul (MRO) pesawat terbang di Indonesia bagian barat. Dalam kondisi ini, Batam harus banyak tersedia tenaga kerja terampil untuk merawat pesawat udara. Tenaga kerja terampil di MRO tadi adalah mahasiswa yang telah mengikuti pendidikan dan mendapat Basic Sertificate AMTO di  TPPU Polibatam.

BACA JUGA: Sirajudin Nur, Wakil Ketua Komisi IV DRPD Kepri

Siapa yang bisa masuk pendidikan AMTO ini?

Generasi muda lulusan SMA/ SMK sederajat. Calon mahasiswa harus masuk ke Polibatam. Kenapa di Polibatam? Karena program  AMTO ini bagian Prodi Diploma III TPPU Polibatam. AMTO ini kan hanya empat semester, belum Diploma III. Makanya  pendidikan AMTO digabung dengan program TPPU di Polibatam sehingga lulusannya meraih Diploma III dengan gelar  Ahli Madya (AMd).

BACA JUGA: Ns Didi Yunaspi MKep, Wakil Rektor IKMB Batam

Ada keunikan?

Pendidikan ini sangat potensial dan punya daya serap kerja tinggi, namun tidak semua penduduk di Kepri tahu akan hal ini. Pendidikan AMTO di TPPU Polibatam adalah satu-satunya pendidikan tinggi teknik perawatan udara milik Politeknik di Indonesia. Polibatam satu-satunya politeknik di Indonesia  yang mendapat amanah dari Direktoran Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan untuk menyelenggarakan pendidikan langka ini. Sedangkan pendidikan serupa yang dikelola Kementerian Perhubungan cukup banyak seperti di Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

BACA JUGA: Silvia Hilda Kusumaningtyas, Pembina Yayasan Silhouette

Masalah kualitas antara pendidikan AMTO di Curug dengan Polibatam?

Sama saja. Prodi TPPU dikelola Polibatam. Tiap 3-6 bulan sekali, Polibatam didatangi tim asesmen (menadapatkan data, informasi, red). Dicek Kementerian Perhubungan. Dilihat sistem, cara dan pelaksanaan pendidikan, ujian, fasilitas pendidikan di AMTO ini. Dengan demikian kita bisa mandiri. Dulu ujian nya selalu dibantu Kementerian Perhubungan, kini Polibatam sudah bisa ujian sendiri.

Mahasiswa AMTO ini kuliah empat semester pertama di Polibatam dan mendapat Sertifikat Basis. Kemudian dia bisa magang di Batam Aero Technic (BAT) selama satu tahun. BAT ini sendiri merupakan bagian dari Lion Group milik pengusaha Rusdi Kirana. Usai magang, mereka akan mendapat ijazah Diploma III, AMd dari Polibatam.

Nantinya, para lulusannya dapat memanfaatkan pengalaman kerjanya, dengan pola Regoknisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan (STr). Bahkan hingga sertifikasi Insinyur (Ir) dari Program Studi Program Profesi Insinyur, (PSPPI) yang sudah ada di Politeknik Negeri Batam.

Terkait sistem pendidikan?

Kurikulum AMTO ini basic-nya internasional. Mengacu kepada Civil Adhiesen Safety Regulation (CASR) Nomor 147. CASR ini dikelola langsung oleh Direktoran Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Namun induk dari CARS ini adalah International Civil Aviation Organization (ICAO) atau Organisasi Internasional untuk Penerbangan Sipil dan berpusat di Kanada.

Jurusan apa saja yang bisa masuk TPPU  ini?

Dari sisi kurikulum jelas  pendidikannya lebih banyak ke ilmu eksak, teknik. Namun peraturan kan kadang-kadang tidak statis. Ada perubahan. Fleksibel. Terakhir pemerintah meminta agar Politeknik tidak membeda bedakan siswa lulusan sosial dan ataupun eksak.

Berapa alumni STPPU ini?

Kita sudah (sekitar) 2-3 angkatan. Satu kelas berisi 34 orang. Kalau dijumlah, alumni STPPU ini sekitar 102 orang.

Mereka kerja di Batam?

Di Batam pasti. Ada juga yang bekerja di maskapai penerbangan Garuda, di berbagai  MRO lainnya. Mungkin juga ada bekerja di Malaysia atau Singapura. Khusus luar negeri ini, saya tidak bisa memastikan karena tidak ada data lengkap. Kemungkinan bisa saja terjadi.

Berapa kebutuhan Indonesia terhadap teknisi perawatan pesawat udara?

Sangat banyak. Sudah lama Indonesia membutuhkan tenaga mereka. Dengan memanfaatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Batam saat ini telah memiliki Batam Aero Technic (BAT). Batam membutuhkan sekitar 700 teknisi per tahun. Alumni TPPU kita hanya 60 orang per tahun. Masih kurang. Pesawat besar  BAT memiliki investasi Rp 7,29 triliun. Jumlahnya tidak sedikit. Investasi ini perlu dirawat. Adanya bengkel ini bisa menekan efisiensi dari pasar MRO per tahunnya secara nasional mencapai Rp 26 triliun.

Sebagai pusat perawatan dan pengerjaan penanganan perbaikan pesawat udara, BAT yang mulai beroperasi tahun 2014 di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam memiliki kegiatan utama berupa industri MRO. Siapa yang mengisi teknisi MRO ini. Ya alumni TPPU Polibatam. Batam merupakan tujuan investasi yang menjadi salah satu perhatian nasional dan dunia internasional. Untuk itu Batam terus melakukan pengembangan di berbagai bidang, salah satunya yang terkait dengan industri yang mendukung penerbangan nasional.

Dengan nilai investasi sebesar Rp 7,29 triliun, kehadiran KEK ini diproyeksikan dapat menghemat devisa rata-rata 30 sampai 35 persen dari kebutuhan perawatan (MRO) Maskapai Penerbangan Nasional senilai Rp 26 triliun per tahun. Dengan adanya peningkatan kapasitas SDM di bidang MRO, secara bertahap penyerapan jumlah tenaga kerja BAT mencapai 9.976 tenaga kerja pada 2030. Ini adalah peluang bagi alumni TPPU Polibatam. Kesempatan kerja bagi  generasi muda Batam dan Kepri umumnya.

Berapa jumlah pesawat yang bisa dirawat MRO Indonesia?

Menurut saya jumlahnya relatif sedikit. Dari sejumlah pesawat, teknisi MRO hanya mampu merawat 30 persen saja. Sisanya, dirawat di luar negeri. Pertanyaannya kenapa harus dirawat di luar negeri? Karena kita kekurangan orang menguasai ilmu MRO. Kalau tidak ada Iptek, ya kita hanya jadi helper saja di MRO. Tentu ini bukan hal yang kita inginkan.

Ada keuntungan bekerja di BAT?

Saat  bekerja, nanti mereka akan mendapat sertifikat Type Rating. Spesialis perawatan pesawat 737, Airbus 320, pesawat ini dan itu. Sertifikat Type Racing ini didapat 2-3 tahun. Lanjutan setelah mendapat Basic Sertificate dari Polibatam.

Tahapan selanjutnya, teknisi akan mendapat Aircrat Maintenance Enginer  Licency  (AMEL). Ini lisensi paling tinggi. Semua ini harus dari praktik MAO terlebih dahulu.

Kendala sehingga Batam dan Indonesia kekurangan tenaga AMTO?

Generasi muda kurang minatnya masuk AMTO. Ini yang membuat tenaga teknisi perawatan pesawat ini menjadi terbatas.

Apa karena  masalah biaya kuliah?

Betul. Salah satunya karena biaya. Per semester biayanya Rp 15 juta atau Rp 20 juta. Beda dengan jurusan lain di Polibatam yang berkisar Rp 4 jutaan.

Tidak ada bantuan dari Pemko Pemkab se-Kepri dan Pemprov Kepri?

Pasti ada. Kita berharap kepada pemerintah, dalam hal ini Pemko Pemkab se-Kepri dan Pemprov Kepri agar lebih men-support pendidikan TPPU  ini. Agar ketersediaan dan kebutuhan teknisi perawatan pesawat udara bisa dipenuhi. Cara support-nya bagaimana? Ini kan pendidikan dengan biaya relatif mahal. Tolong pemerintah bantu generasi muda, anak-anak di Batam dan Kepri ini untuk kuliah di TPPU Polibatam. Beri beasiswa. Jika mereka kuliah dan lulus di Batam, ini akan menjadi aset bagi Kepri. Menciptakan lapangan kerja. Uang masuk dan akan berputar di Kepri.

Selain beasiswa?

Oh ya. Pesawat dipakai Polibatam untuk praktik MRO adalah Cesna 1000. Pesawat kecil. Kita memerlukan pesawat besar. Kita belum mempunyai pesawat Air Bus, Boing 737. Karena terbiasa dengan pesawat kecil, saat merawat pesawat terbang besar, mahasiswa kita agak kaget, kaku.

Dulu ada rencana Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof H Drs Mohamad Nasir Ak MSi PhD mencarikan pesawat Boeing atau Airbus?

Nah ini dia. Pak Mohamad Nasir pernah menjanjikan itu saat meresmikan Gedung Hanggar Perawatan Pesawat Udara, Kokok Haksono Dyatmiko Polibatam di Kampus Polibatam, Kamis (18/7/2019). Kata beliau, ada beberapa prototype pesawat udara tidak terpakai, itu bisa dibawa ke Polibatam. Daripada pesawat itu tidak terpakai, lebih baik kita beli saja Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Cuma saya tidak tahu apa kendalanya. Rencana itu belum terealisasi. Padahal,  kalau terealisasi Polibatam akan memiliki pesawat Boeing atau Airbus, tentu akan sangat baik bagi peningkatan keterampilan, keandalan, dan kemampuan anak didik kita.

Kendala lain mendapatkan pesawat Boeing atau Airbus?

Masalah dana. Untuk pesawat bekas saja bisa mencapai Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Apalagi kalau pesawat besar masih layak terbang. Harganya bisa Rp 20 miliar lebih. Terlalu mahal. Kita perlu pesawat tidak layak terbang sajalah. Ha ha.

Kan ada pesawat terbang bekas dan tidak terpakai di luar negeri?

Ide menarik. Kita bisa saja datangkan pesawat dari luar negeri. Namun itu tadi. Perlu biaya. Dan kita tidak ada biaya untuk  mendatangkannya.

Kendala lain?

Dosen di TPPU belum begitu banyak. Untuk tenaga pengajar harus pernah bekerja di MAO. Minimal pengalaman 3 tahun. Solusinya adalah dengan mengirim dosen Polibatam untuk magang di BAT. Kini, kita semakin baik dari sisi SDM, sistem pendidikan dan lainnya. Kita semakin mandiri.

Bentuk semakin baik?

Kita sudah mengajukan bantuan Aviation Electronics (Avionik) atau elektronik persawat terbang kepada Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Jika sudah didapat. Kita akan memiliki prodi tersendiri yaitu Elektronik Pesawat Terbang. Elektronik pesawat terbang itu banyak dan semakin cangih. Perlu ditangani tenaga khusus dan ahli. Prodi ini sudah kita ajukan dan tinggal disetujui. Saat ini kita baru memiliki Prodi Power Plant Engine. Kita doakan saja semoga cepat disetujui bantuan ini dan dibentuk prodi tersendiri. (adv)

Biodata

Nama: DR Ir Priyono Eko Sanyoto DEA IPU

Tempat Lahir: Tanjungpandan, Belitung, Provinsi Bangka Belitung, 30 Juni 1957.

Saudara: Anak keenam dari 11 bersaudara.

Keluarga:

Istri: Amaranti Apt. Di ITB

Anak: Amie Sanyoto SSn (FSRD ITB), MBA (Sekolah Bisnis & Manajemen, SBM, ITB).

Pendidikan:

Ir (S1) di ITB. Lulus 1983.

Insinyur Profesional Utama (IPU) adalah sertifikat kompetensi insinyur profesional dari Badan Kejuruan Mesin (BKM) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) berlaku Februari 2022 sampai Februari 2027.

Insinyur dari PS PPI Polibatam.

DEA (S2) di Université de Poitieres, France. Lulus 1988

Dr (S3) di Université de Poiteres, France. Lulus 1993.

Jabatan

Direktur Politeknik Negeri Batam (2001 sampai Selasa (21/7/2020).

Accountable Manager AMTO Polibatam mulai 2017 sampai sekarang.

Reporter: Suprizal Tanjung

spot_img

Baca Juga

Update